bab 20. (Galen)

473 106 6
                                    

Yang sudah lama kau cari, jangan biarkan memudar.

_________

(Practice dance paling kusuka, ngeliat jimin boyfriend able bgt bajunya 😭)

Kini Anita sedang bersusah payah membawa Arka ke dalam kamar. Saat mereka berciuman, Arka kembali pingsan tak sadarkan diri. Anita juga tidak akan membiarkan Arka berbaring di sofa. Ia tidak mungkin se-egois itu.

Saat akhirnya sudah tiba di kamar, Anita membaringkan tubuhnya pelan di samping Yezkiel yang sudah tertidur sejak tadi. Setelah itu ia merenggangkan otot-ototnya. Mata Anita tertuju pada ikat pinggang Arka. Dia sangat ingin melepaskannya. Karena, itu pasti sangat mengganggu tidurnya. Tapi,,,

(Tapi apa nich?🌚)

"Ah, masa bodo." Setelah berpikir agak lama, Anita tetap bersikeras untuk melepaskan ikat pinggangnya itu.

Tangan Anita masih berusaha untuk membuka pengaitnya. Ia juga berusaha untuk tidak salah fokus. Setelah pengaitnya terbuka, Anita melepaskannya dari celana. Menarik ikat pinggangnya pelan agar tidak mengganggu istirahatnya, lalu menyimpannya di meja.

Ia duduk di tepi kasur, memperhatikan kakak beradik yang sedang tertidur pulas. Ah ralat, Arka pingsan, bukan tertidur. Ia mengusap rambut Arka dan Yezkiel bergantian. Lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut.

Anita berjalan ke sofa dan berbaring disana. Di sofa juga sudah ada bantal dan selimut bekas Arka kemarin malam.

"Kalau dipikir-pikir aneh juga, aku adalah tuan rumah. Tapi, aku yang tidur di sofa." Ia tersenyum lalu memejamkan matanya.

_________

Aroma masakan begitu menyeruak di ruangan kamar. Silaunya matahari juga sangat menusuk kelopak matanya. Arka menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya untuk menghindari sinar matahari. Namun, seketika ia terlonjak kaget. Mengingat bahwa ini adalah kamar Anita.

Arka bangun dari posisi tidurnya. "Kenapa aku ada di kas– Argghhh!" Arka lupa jika semalam ia berkelahi dengan orang lain. Ia turun dari kasur sambil terus memegang pipinya.

Laki-laki itu berdiri di depan cermin, penampakan dirinya di cermin sangat buruk.  "Ah, sepertinya rahangku hanya memar. Syukurlah tidak patah." ucapnya pelan sembari membuka mulutnya berkali-kali, untuk memastikan rahangnya baik-baik saja. Ia juga menggerakkan gigi bawahnya ke kiri dan ke kanan.

Laki-laki itu kini berniat untuk mandi. Saat berjalan menuju kamar mandi, Arka melihat Anita yang tengah memasak. Dengan senyum yang terpancar ia langsung menghampiri gadis itu.

"Kau sudah sehat?" tanya Arka yang membuat Anita kaget.

"Arka, kau membuatku kaget. Bagaimana keadaanmu?"

"Kenapa malah balik bertanya? Apa aku terlihat sakit, hemm?"

Anita mendengus. "Kau, tahu? Aku menangis semalaman melihatmu babak belur seperti itu. Cih, menyebalkan. Masih mau sok kuat, hah!?" omel Anita menunjuk laki-laki dengan centong.

Arka tersenyum dan memeluk Anita dari belakang. "Maaf, ya?"

Anita menyimpan centongnya lalu ia berbalik. Gadis itu agak mendongak dan memegang pipi Arka dengan kedua tangannya untuk melihat memar di wajahnya. Laki-laki itu juga masih setia melingkarkan tangannya di tubuh Anita.

"Masih sakit?" tanya Anita.

Arka menggeleng. "Rasa sakitnya sudah hilang saat kau menciumku semalam." ucapnya berbisik pada kata terakhir. Ia tersenyum melihat wajah Anita yang memerah.

𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang