Luapkan rasa sakitmu dan berbagilah denganku, Aku sudah siap dengan itu.
_________
Arka dan Anita bergegas menuju ke Rumah Sakit Jiwa, mereka juga pergi tanpa Yezkiel. Saat di perjalanan, Arka terus meramalkan doa di dalam hati. Berharap ibunya kembali hidup. Tidak butuh waktu lama, mereka kini tiba di tempat yang di tuju. Arka dan Anita berlari menuju bilik kamar ibunya.
Langkahnya melemas saat melihat ibunya terbaring dan tertutup kain putih. Perawat rumah sakit segera keluar dari kamar dan membiarkan Arka untuk bertemu dengan ibunya.
Arka membuka kainnya pelan untuk melihat wajah ibunya. "Bu!" panggil Arka pelan.
"Bu, bangun!" panggilnya lagi, Arka masih berusaha untuk menahan tangisnya.
"Ibuu!!!" Seketika tangisnya kembali pecah. Arka memeluk sang Ibu yang sudah tidak bernyawa. Suara tangis laki-laki itu begitu nyaring di ruangan.
"A-apa yang terjadi, Bu? Si-siapa yang melukai I-ibuu? Bilang padaku." Arka mencium tangan ibunya dan menangis ditangannya.
"Ibu, bangun. Arka janji akan membawa pulang Ibu sekarang juga. Bu! Atau Ibu mau Arka mainkan piano? Iya? Bu!" Arka mencium pipi Ibunya. Tangisnya melemah, namun ia masih setia memeluk Ibunya. Ia sangat tidak siap jika Ibunya harus pergi meninggalkannya selama-lamanya.
Anita yang berada di belakang Arka ikut merasakan sesak. Ia mengusap punggung Arka berusaha untuk menenangkannya, walau sedikit.
Tiba-tiba laki-laki itu menegakkan tubuhnya dan mengelap air matanya. Lalu pergi dari ruangan itu, Anita tentu langsung mengikutinya. Langkah kakinya yang lebar membuat Anita kesusahan untuk menyamakan langkahnya. Arka terlihat seperti tergesa-gesa.
Arka masuk ke ruangan Dokter, dan,,
'Brakk!'
Beberapa Dokter yang berada di ruangan ini terkejut, karena Arka yang tiba-tiba menggebrak meja, begitu juga dengan Anita yang kini terdiam di dekat pintu.
"Lepas seragam Dokter kalian, Sialan! Apa kalian pantas disebut Dokter, hah?!!" Arka berteriak dan menunjuk semua Dokter yang berada di ruangan.
"Jaga sikapmu! Kau pikir kau siapa? Beraninya berteriak dengan kami?!" Balas Dokter membentak, dengan nametag 'Fajar Herlambang'
"Ibuku yang bernama Anita Kristanti, pasien kamar nomor 15. Meninggal dunia hari ini. Setiap kali aku berkunjung, Ibuku selalu mengeluh sakit di kepalanya. Apa kalian sebagai dokter tidak pernah mengobatinya? Apa karena di sini merupakan pasien sakit jiwa, jadi kalian mengira Ibuku hanya mengada-ada? Lantas gunanya kalian berada di sini apa? Ya, Ibuku memang gila. Tapi,—"
Arka kembali mengeluarkan air matanya. "Ta-tapi, Ibuku mempunyai penyakit lain." Intonasinya melemah. "Terkadang, aku melihat Ibu berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya. Apa kau tahu itu, hah?!!!" Arka mencengkeram kerah baju Dokter itu. "Setiap kali ibuku mengeluh kesakitan, kalian malah menyuntikkannya obat penenang. Bajingan!!"
Anita berusaha menarik Arka agar tidak menimbulkan perkelahian. Beberapa Dokter lainnya juga membantu melepaskan cengkraman kerahnya.
"A-arka, sudah. Lebih baik kita kembali dan membawa Ibumu pulang. Ayo!" Anita memeluk pinggangnya. Laki-laki itu juga menurut dan mengikuti langkah Anita.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓
Storie d'amore𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 21+ •Scene at a Glance• 𝙎𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙂 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧 𝘽𝙖𝙘𝙝. Kemampuan jari-jarinya terhadap tuts Piano itulah yang paling Anita suka. Tapi, Ketertarik...