Selama aku masih bertahan, kau adalah seseorang yang takkan tergantikan.
__________
Hari sudah mulai siang, dan hanya ada suara denting sendok yang beradu dengan piring. Selebihnya hening, namun tidak ada yang terganggu dengan itu semua. Keduanya duduk berhadapan di meja dapur. Setelah kejadian yang membuat Anita melambung tinggi, Arka justru bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi. Tunggu! Atau mungkin dia lupa? Laki-laki itu makan dengan lahap dan beberapa kali menyisir rambutnya ke belakang dengan jari.
"Nasimu masih banyak, kau tidak lapar?"
"U-uh i-iya," Anita langsung melahap makanannya dengan cepat, bahkan Arka sempat terheran melihat mulut Anita yang penuh dengan makanan.
Arka menyodorkan air putih pada Anita. "Pelan-pelan, Anita. Nih, minum dulu, nanti kau tersedak."
Anita mengangguk dan menelan habis semua makanan di mulutnya lalu ia juga menghabiskan segelas air yang di berikan Arka. Tangannya bergerak menutupi mulutnya untuk menahan sendawa yang nyaris keluar.
Arka tahu penyebab Anita yang bergelagat aneh, karena Arka sendiri pun sebenarnya sangat malu mengingat dirinya sangat liar pagi tadi. Ia hanya berusaha untuk tenang saja. Beruntung ia sempat tersadar sebelum mahkota milik Anita benar-benar direnggut olehnya. Arka sendiri pun baru sadar jika ternyata ia banyak memberikan tanda merah pada sekitar leher dan pundak Anita, ah bahkan ada yang berwarna ungu kebiruan. Sebegitu liarnya kah dirinya?
Setelah Arka selesai dengan makanannya, ia beranjak dari kursi lalu membisikkan sesuatu pada Anita tepat di telinganya. "Aku tunggu sekarang di kamarku." Setelah mengatakan itu, ia berjalan menuju kamarnya.
Anita banyak mengambil napas setelah merasa napasnya tercekat sejak tadi. Sambil menghabiskan makanannya, kepalanya terus berpikir tentang kenapa Arka menunggunya di kamar. Mengingat kejadian beberapa jam lalu, sebenarnya Anita sempat kecewa karena Arka menyudahi permainannya di tengah jalan.
Padahal dirinya sudah sangat terangsang hebat saat itu dan menginginkan sesuatu yang lebih daripada hanya sekedar sentuhan. Bahkan sekarang pun rahimnya masih sedikit membengkak, sebab ia belum mencapai klimaksnya dan cairan pelumasnya malah teredam di dalam. Arka sungguh-sungguh mempermainkannya. Setidaknya biarkan itu keluar dulu, baru Arka boleh berhenti.
Bodoh kau Anita, kenapa aku malah jadi seperti gadis malam yang kurang belaian? Harusnya aku senang karena Arka masih berusaha untuk menjaga mahkotaku,,
"Tapi, kenapa aku malahh,,, Tapi, sedikit lagi aku akan keluar,, Argghhh, sial!" Anita menjambak rambutnya sendiri, ia benar-benar tersiksa karena ini. rasanya ia geram sekali pada Arka. Setelah selesai makan, Anita membawa bekas piring milik Arka dan dirinya ke wastafel.
Mengingat bisikkan Arka tadi, ia segera melangkahkan kakinya ke kamar Arka dan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintunya. Anita masih diam di dekat pintu dan melihat Arka yang tengah bermain game di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓
Romance𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 21+ •Scene at a Glance• 𝙎𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙂 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧 𝘽𝙖𝙘𝙝. Kemampuan jari-jarinya terhadap tuts Piano itulah yang paling Anita suka. Tapi, Ketertarik...