***
Hari ini mereka kembali berkumpul di taman, dan ternyata jaemin juga satu komplek bersama mereka
"Ooo nama kamu jaemin?" Tanya Haechan
Jaemin pun mengangguk lalu membuka tas kecilnya, ia mengeluarkan beberapa tangkai permen
"Taraaa, aku punya permen"
"Kalo kalian mau temenan sama aku, aku janji bakalan kasih kalian makanan setiap hari" ujar Jaemin penuh percaya diri
Jeno bertepuk tangan antusias, ia suka permen
Jaemin pun membagi bagikan permen tersebut namun saat ia memberikannya kepada Renjun anak itu tak menerimanya, ia hanya melipat tangannya di depan dada sambil menatap jaemin remeh
"Kenapa?" Tanya jaemin
"Aku gamau temenan sama kamu"
Jaemin memiringkan kepalanya bingung
"Teman ku cuman Haechan" ujar Renjun tegas
Jaemin tertawa lucu lalu menarik tangan Renjun dan meletakkan permennya
"Yaudah gapapa, yang penting makan aja dulu" ujar Jaemin
"Dirumah ku ada banyak, lain kali main kerumah ku ya, bunda punya dapur yang besar, bisa masak apa aja yang kalian mau!" Ujar Jaemin
"Tukang pamer" sinis Renjun
"Kamu punya bunda?" Tanya Jeno polos
"Iyalah! Aku juga punya ayah"
"Aku cuman punya ayah" ujar Jeno sambil tersenyum
"Dia juga" ujar Haechan sambil menunjuk Renjun
Renjun menurunkan jari Haechan kasar
"Aku juga punya bang winwin!" Ujar Renjun nyolot
"Iya, dia juga punya bang winwin"
"Aku gapunya Abang" ujar Jeno sambil menggeleng
"Memang! Kan cuman aku yang spesial! Jadi cuman aku yang punya Abang!" Jelas Renjun nyolot
Jaemin menepuk nepuk bahu Renjun pelan
"Kamu jangan marah marah terus loh, ntar masuk rumah sakit" ujar Jaemin
"Siapa bilang!?" Ujar Renjun kesal
"Kamu tau? Kata bunda setiap aku marah jantungku berkerja 2 kali lebih cepat, makanya aku sering bolak balik masuk rumah sakit"
"Itu namanya kamu penyakitan bodoh!" Ujar Renjun kesal
Haechan meringis mendengar Renjun
"Maaf ya jaemin, Renjun memang galak, tapi dia baik kok" ujar Haechan
"Gapapa, yang penting kita temanan kan?" Ujar Jaemin sambil tersenyum manis
"gak!" Seru Renjun kesal
***
"Iiihh gamaaau" rengek Renjun karna Haechan terus menariknya dan Jeno mendorongnya dari belakang
"Udah dua hari jaemin ga kelihatan! Kita harus cari tahu! Jangan jangan dia di culik!" Ujar Haechan tegas
"Mana mungkin ada yang mau culik anak penyakitan! Ntar mereka disuruh bayar rumah sakit!"
"Ini kan rumahnya?" Tanya Haechan yang diangguki Jeno
"Jen, aku yang ketuk pintunya tapi kamu yang tanya bundanya kalo dia keluar" ujar Haechan
Jeno pun mengangguk menurut lalu berdiri dibelakang Haechan yang sedang mengumpuli niat untuk mengetuk pintu
Namun belum sempat ia mengetuk tiba tiba pintu tersebut terbuka membuat semuanya kaget
"Loh? Kalian siapa?" Tanya seorang wanita cantik
"Tante, Tante bunda nya jaemin ya?"
"Oh kalian temannya jaemin?"
"Iya tan, jaemin kemana ya?" Tanya Haechan
Bunda jaemin pun tersenyum manis, senang saat menyadari anaknya kini sudah memiliki teman
"Kalian mau ikut ngelihat Jaemin?"
***
Jaemin tersenyum senang saat melihat haechan dan yang lainnya datang
"Jaemin kamu kenapa?" Tanya Haechan cemas
"Tuh kan, penyakitan" sinis Renjun malas
"Hus, ada bundanya" bisik Jeno
"Jangan dekat dekat!" Tegas Renjun membuat Jeno memundurkan langkahnya
"Jantungku kemaren sakit, jadi harus di rawat biar bisa tahan lama" ujar Jaemin polos
"Jaemin itu punya kelainan jantung, jadi jantungnya beda dari kalian bertiga" jelas sang bunda
"Kenapa beda?" Tanya Haechan
"Jantungnya gampang sakit, kalo sakit bisa bahaya, dia gabisa main sebanyak kalian, dia harus di jaga dengan baik kalo gamau sakit kaya gini" ujar bunda
"Kalian mau kan jagain Jaemin?" Tanya bunda
Haechan dan Jeno yang merasa bahwa mereka adalah teman jaemin pun mengangguk antusias
"Makasih ya sayang, mulai sekarang kalian panggil Tante jadi bunda aja ya"
"Oke bundaaa" seru keduanya sedangkan Renjun hanya memutarnya malas
***
Setelah bermain cukup lama bunda pun memutuskan mengantar ketiganya pulang
"Bunda" panggil Haechan
"Ya?"
"Jaemin bisa sembuh kan?" Tanya Haechan
"Tentu saja bisa, kalau Tuhan kasih orang baik buat donorin jantung ke jaemin pasti dia bakalan selamat" ujar bunda lembut
"Bunda, echan mau jadi orang baiknya" ujar Haechan antusias membuat bunda terdiam di tempatnya
"Jangan bodoh! Kamu mau mati!?" Tanya Renjun nyolot
Bunda terkekeh pelan, ternyata Renjun cukup pintar di bandingkan umurnya
"Gabisa sayang, Jaemin pasti sedih kalo harus kehilangan kamu, orang tua kamu juga pasti bakalan sedih"
Haechan menggeleng cepat
"Mami sama papi bilang mereka gasuka sama haechan, mereka bilang haechan anak haram"
"Jeno juga" lanjut Jeno dari tempat duduknya
"Aku juga" lirih Renjun benar benar pelan sambil menolehkan kepalanya ke luar jendela
Bunda mengelus rambut Haechan saat lampu merah tiba
"Kalau kamu mau jadi orang baik, kamu belajar yang benar, biar besar nanti bisa jadi dokter terus bantu Jaemin berobat, okay?"
"Tapi kan jadi dokter itu susah" ujar Jeno polos
Ia mengingat sinetron yang ia tonton di televisi
"Bisa kok, asalkan belajar yang benar" ujar sang bunda
"Okay! Echan bakalan jadi dokter!"
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan