***
Keesokan harinya, seperti biasa Jeno dan yang lain akan membawa jaemin ke taman hanya untuk sekedar berjemur
Bedanya hari ini Haechan sudah tidak memakai baju pasien lagi
Namun sepertinya kondisi jaemin jauh lebih buruk hari ini
Bahkan ia tak banyak berbicara sanking lemasnya
Jeno yang melihat jaemin banyak berkeringat pun berinisiatif untuk menghapus keringatnya pelan
Jaemin mengerjapkan matanya pelan sambil mengeratkan genggamannya pada tangan jeno
Ia menunduk saat haechan mendorong kursi rodanya
Jeno melirik jaemin yang sudah keringat dingin
"Kita cuman mau ketaman" ujar Jeno sambil mengelus rambut Jaemin
Jaemin menggeleng pelan lalu mendongakkan kepalanya
Wajahnya yang terlihat begitu pucat membuat Jeno langsung menyuruh Haechan menghentikan kursi rodanya
"Kenapa?" Tanya Renjun sambil berlutut di depan jaemin guna menyamakan sudut pandang mereka
Jaemin tak menjawab, hanya saja tangannya yang mencengkram kuat baju pasiennya membuat ketiganya panik
"Dadanya, sakit" gumamnya dengan nafas yang tidak beraturan
Matanya terpejam erat dan dahinya berkerut
"Ba bawa ke kamar, biar gue yang panggil dokter" ujar Renjun langsung bangkit
Haechan pun membantu menegakkan badan Jaemin sedangkan Jeno masih belum melepaskan tangannya
Mereka berlari mendorong kursi roda jaemin ke ruang rawat
Sesampainya di ruang rawat Jeno langsung menggendong jaemin dan membaringkannya di tempat tidur
Jaemin menangis menahan sakitnya
"Sakit Jen" lirihnya
"Iya... Tahan sebentar ya, Sebentar lagi dokternya datang" bisik Jeno sambil mengelus rambut Jaemin
"Gue... Gue belum mau mati" lirihnya sembari memejamkan matanya
***
"Jantung jaemin semakin lemah, kondisinya juga semakin parah, kita harus segera mendapatkan donor"
Renjun mengelus punggung Haechan yang kini tengah menunduk dalam sedangkan Haechan hanya bisa meremat tangan Jeno
"Kita bisa kehilangan dia kapan saja, bagaimana pun hasilnya kita harus terima dengan lapang dada" ujar Donghae membuat bunda jaemin semakin menangis di pelukan sang suami
Ayah jaemin hanya bisa mengulangi kata kata penguat agar istrinya bisa tabah, bagaimana pun mereka sudah tau ini akan terjadi suatu hari nanti
"Makasih buat usaha kalian semua, jaemin bisa bertahan sampe sekarang juga karna kalian" ujar ayah jaemin
"Kalau begitu kita permisi dulu, sepertinya bunda jaemin juga butuh istirahat"
Donghae dan yang lainnya mengangguk pasrah lalu membiarkan mereka pergi
Jeno menatap laki laki yang belakangan ini ia panggil Daddy itu dengan tatapan sendu sedangkan yang di tatap hanya bisa pasrah
"Sorry son, Daddy udah ngelakuin semua yang Daddy bisa" ujar Donghae sambil mengelus rambut Jeno
Jeno hanya mengangguk pasrah, padahal keadaan sudah mulai membaik perlahan tapi entah kenapa semesta kembali mempermainkan mereka
"kalian pulang aja, istirahat, nanti sore balik lagi kesini" ujar Donghae sambil mengelus rambut Jeno lembut
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan