***
Haechan mendengus sebal karna Jeno tak kunjung menjawab panggilannya
"Kemana sih" gumam Haechan
"Diangkat ga?" Tanya Jaemin
"Engga! Nyebelin banget sih!" Kesal Haechan
"Yaudah tunggu bentar lagi aja, paling bentar lagi balik kalo udah laper" ujar Jaemin santai
"Gue ke kamar renjun dulu, kalo kenapa Napa kabarin"
Haechan pun mengangguk lalu kembali menghubungi Jeno
Ia berjalan ke bangsal anak untuk mencari keberadaan Jeno, biasanya sih mereka kalo bosan pasti main kesana tapi ia sama sekali tidak menemukan batang hidung Jeno
Bruk
"Aduh" ringis Haechan saat tak sengaja menabrak seseorang
"Mami" ujar Haechan kaget
"Astaga kamu ini punya mata ga sih!? Kalo istri saya keguguran gimana!?"
Badan Haechan menegang mendengar suara bariton milik pria yang sama sekali tidak ia kenali
"Mami? Dia... Siapa?"
"Ngapain kamu disini?"
"Kamu kenal dia?" Tanya laki laki itu
"Dia anak laki laki sialan itu"
Haechan meremat tangannya keras, matanya memerah menahan tangis
"Ck! Cari perhatian saja! Pasti mau minta uang" sinis laki laki itu
Haechan menatap laki laki itu geram, ia melirik maminya yang memegang sebuah berkas
Tangan Haechan dengan tidak sopannya langsung merebut berkas tersebut lalu membukanya
Badannya melemah melihat isi berkas tersebut
"Mami? Hamil?" Gumam Haechan lemas
Ia menatap maminya tidak percaya
"Jangan berlagak perduli! Kamu yang memilih hidup dengan laki laki bodoh itu! Saya juga tidak ingin punya anak bodoh seperti kamu! Jadi lebih baik kita lupakan semuanya" ujar mami lalu merebut berkas tersebut dan pergi dari sana
Air mata Haechan jatuh tanpa izin, ia memegang kedua lututnya sanking lemasnya
Apa ini semuanya?
Rasanya dunia Haechan hancur, kenapa masalah datang bertubi tubi seperti ini?
***
"Makasih dokter" ujar Jeno senang sambil turun dari mobil Donghae
"Kalau lapar lagi samperin dokter aja, kita makan bareng lagi, okay?"
Jeno pun menunjukkan gestur oke di jarinya sambil tersenyum senang
"Jeno pamit ya dok" ujar Jeno yang hanya diangguki oleh Donghae
Jeno pun melangkah senang kearah rumah sakit, ia harus menemui haechan dulu sebelum pulang, kalau tidak pasti anak itu akan marah
"Jeno"
Badan Jeno menegang saat mendengar suara bariton yang sangat ia kenali
Ia membalikkan badannya pelan untuk memastikan siapa yang memanggilnya
Rasanya kaki Jeno melemah saat melihat sosok yang paling ia benci di hadapannya
Jeno ingin berlari dari sana namun kakinya terasa terpaku disana
Tangannya ditarik dengan cepat membuat badannya terhuyung
Jantungnya berdegup kencang, ia memberontak mencoba lepas dari laki laki bejat itu
"Lepasin! Jeno gamau! Lepasin"
PLAK
Jeno meringis saat merasa ujung bibirnya robek
"Nghhh ngg" ringis Jeno saat ayahnya mencekik lehernya
"Jangan melawan!"
Jeno bergerak ribut, ia kesulitan bernafas namun ayahnya tak perduli
"Kamu fikir... Saya ambil kamu dari orang tua kandung kamu"
"Besarin kamu susah payah"
"Untuk apa?" Ujarnya pelan di samping kuping Jeno
"Untuk saya lepas setelah dewasa begitu saja hah!?"
"Sa... Kit"
Ayahnya melepas cengkramannya lalu membekap mulut Jeno dan membawanya ke tangga darurat
"NGGGHHH"
Ia melepas ikat pinggangnya lalu mengikat tangan Jeno melingkar ditangga
Ia merobek baju Jeno membuat anak itu memekik
Ia menggumpal baju tersebut lalu membekap mulut Jeno kasar
Jeno menangis di tengah kesakitannya, ia harap seseorang menolongnya bagaimana pun caranya
Jantungnya berpacu ribuan kali lebih cepat, ia benar benar takut
Semua kejadian yang telah lalu kembali terulang di benaknya membuatnya semakin ketakutan
Tangan laki laki itu bergerak membuka kancing celana Jeno membuat Jeno berontak
"MMMPPPPHHHH" seru Jeno tertahan sambil menggeleng
Rasanya Jeno ingin muntah sanking sakitnya
Bisa gila dia karna tatapan ayahnya yang seperti akan menerkamnya
"Mmmpphhhhh mpppphhhhh"
"Diam!"
Jeno menangis, ia bergerak tak karuan saat kancing celananya di buka lebih jauh
BUGH
"SIALAN!" Pekik sang ayah saat seseorang memukulnya dari belakang
BUGH
BUGH
BUGHDengan sisa sisa tenaganya Jeno berusaha lepas dari ikatan laki laki itu namun nihil
"Laki laki sialan!" Umpat Donghae sambil memukuli laki laki tersebut hingga terjatuh
Donghae buru buru berjalan kearah Jeno dan melepasnya namun belum sempat ia menarik Jeno kedalam pelukan tiba tiba laki laki itu bangun dan memukul donghae
BRUK
"NGGGG!" Pekik Jeno saat Donghae terpental akibat dorongan ayahnya
"Kenapa!? Udah tau sekarang kalo dia anak Lo!?"
Jantung Donghae berpacu ribuan kali lebih cepat
Ia mencengkram kerah laki laki itu lalu menatap Jeno yang masih menangis di sana
Jeno tak mengerti, yang ia tahu ia harus pergi dari sana sekarang, namun tenaganya sudah terkuras habis
"Seharusnya gue ga pernah percaya waktu Lo bilang anak gue ga selamat bajingan!" Ujar Donghae lalu menghajar laki laki itu membabi buta
Jeno meraung ketakutan, bahkan ia masih trauma dengan ayahnya dan sekarang ia disuguhi adegan kekerasan
Jeno memeluk badannya sendiri erat, ia menunduk dalam penuh ketakutan meraung Raung kesakitan padahal tak lagi ada yang menyentuhnya
Kepalanya rasanya mau pecah, nafasnya tercekat, kesadarannya berada di ambang batas
Ia hanya butuh seseorang membawanya pergi dari sana, tangisannya begitu pilu
Ia bahkan berusaha menendang sekuat tenaga walau tak ada siapapun di hadapannya
"Jeno, Jeno... Jeno" lirih Donghae sambil berusaha memeluk badan jeno
Jeno tak menjawab, badannya benar benar lemas, fikirannya kacau
"Jen! Bangun! Jeno! Shit!" Umpat Donghae langsung menggendong Jeno
"Tahan sebentar Jen" lirihnya
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan