sakit

10.6K 1.2K 27
                                    

***

"Jaem" panggil Haechan sambil menyodorkan sesendok bubur kepada Jaemin

Jaemin menoleh kearah Haechan dengan tatapan sendunya

"Jisung gimana?" Tanya Jaemin

"Suster bilang dia udah dipindahin ke ICU, gausah khawatir, Jisung anaknya kuat kok" ujar Haechan

"Makan dulu ya"

Haechan kembali menyuapi jaemin namun anak itu menolak

"Chan" gumam Jaemin

"Kalo suatu hari nanti"

"Jaem" tegur Haechan sambil menggeleng

"Gue takut" lirihnya sambil mengelus dadanya

"Jangan takut, Lo bakalan tahan sampe ada orang yang mau donorin jantungnya buat Lo, selama Lo bisa hidup sehat dan semangat pasti bisa" ujar Haechan sungguh sungguh

"Umur gaada yang tau kan"

"Makanya nikmatin umurnya, kan gaada yang tau, gausah sedih sedih gitu" ujar Haechan

"Kalo gue mati duluan-"

"Gaakan"

"Denger dulu Chan" ujar Jaemin

"Kalo gue mati duluan, jangan sedih ya, soalnya Lo jelek kalo lagi nangis"

"Bangsat!" Ujar Haechan kesal dihadiahi tawa jaemin

***

"Udah dibilang jangan keluyuran dulu, demamnya makin parah kan" ujar Donghae

Tadi saat disuruh kembali ke kamar Renjun tidak langsung kembali dan mampir ke kamar renjun dulu

Jadilah Donghae menyeretnya pulang ke kamarnya sendiri

Terlebih lagi tangan Renjun sudah membengkak karna infusnya yang berantakan

Dan sekarang Renjun harus menerima ganjarannya, nafasnya kembali sesak dan terpaksa memakai masker oksigen lagi

"Katanya mau cepat cepat pulang, tapi dibilangin gabisa, lama lama saya ikat kamu ya"

Renjun hanya diam, mau membalas juga dia kan sedang memakai masker oksigen

"Kenapa lagi?" Tanya papa yang baru masuk

"Demamnya naik lagi karna nakal, mana telat minum obat"

Papa menyentuh dahi Renjun namun anak itu segera mengelak

"Kenapa" tanya papa

Renjun hanya menggeleng lalu memiringkan badannya membelakangi papa

"Masih ngambek mungkin" ujar Donghae

Papa pun hanya diam, toh dia memang tidak terlalu dekat dengan Renjun

Hanya saja papa tidak tahu apa sebenarnya kegundahan hati Renjun

Anak itu hanya berfikir lebih baik tidak menatap ayahnya dulu, makanya ia memutuskan ke kamar Jeno dibanding ke kamarnya yang berujung bertemu dengan papa

Hatinya masih sakit

"Seharusnya kamu ga lahir"

Tanpa sadar air mata Renjun mengalir lagi, kenapa dia jadi cengeng begini

"Jangan miring gitu ren, nanti susah bernafasnya" tegur Donghae namun tak di gubris Renjun

Kalau ia berbalik sekarang nanti dia ketahuan sedang menangis, ia kan tidak mau kelihatan lemah

"Ren" panggil Donghae lagi saat menyadari punggung Renjun bergerak tidak beraturan

"Loh kenapa nangis? Hmmm?" Ujar Donghae sambil menghapus air mata Renjun

Renjun hanya menggeleng dan tetap diam

"Ada yang sakit ya?" Tanya Donghae

Renjun tetap menggeleng

"Mau tidur" ujar Renjun pelan di balik masker oksigennya

"Yaudah, istirahat aja kalau gitu, biar demamnya cepat turun"

Renjun pun hanya mengangguk lalu memejamkan matanya

Donghae pun merapikan selimut Renjun dan menariknya hingga menutupi seluruh badannya

"Biarin dia tidur, jangan di ganggu" ujar Donghae sebelum keluar

Setelah Donghae keluar ruangan pun kembali sunyi menyisakan papa Yang diam menatap Renjun

Untuk kedua kalinya papa mengangkat tangannya untuk menyentuh kening Renjun namun Renjun spontan menghindar

"Kenapa ga tidur?" Tanya papa

Renjun membuka matanya sayu, tangannya bergerak membuka masker oksigennya perlahan

"Kenapa? Pengen banget aku tidur?"

"Istirahat"

"Pengen aku tidur atau pengen aku mati?" Tanya Renjun dengan nada datarnya

"Jangan ngawur" ujar pada sambil mencoba meraih masker oksigen Renjun yang ia lepas

Renjun menyingkirkan tangan papa dengan kasar

"Salah siapa aku lahir?" Tanya Renjun

Papa hanya diam

"Memangnya aku pengen lahir dan jadi pembunuh" ujar Renjun

"Kenapa papa ga buang aku aja?"

"Istirahat, jangan mikir yang aneh aneh" ujar papa sambil menarik masker oksigennya

Renjun yang emosi lalu melepasnya secara paksa lalu melemparnya ke arah lain

"Papa beneran mau aku mati kan" ujar Renjun

Papa kembali memilih diam, membiarkan Renjun dengan segala emosinya

"Papa hhh.. papa, beneran mau aku mati?" Tanyanya lirih dengan nafas yang tersengal-sengal

Papa menggeleng pelan lalu kembali mengutip masker oksigen yang berserakan

"Jangan mikir yang aneh aneh" ujar papa sambil memasangkan masker tersebut kepada Renjun

"Saya memang benci sama kamu, tapi saya lebih menyayangkan perjuangan Sarah jika kamu mati sia sia" tegas papa

Hampir semua perkataan papa itu menyakitkan, Renjun tidak pernah suka berbicara dengan papanya

Bahkan kalau masih bisa tidak bertatap muka dengan papanya Renjun memilih untuk melakukannya

Ia benar benar benci papanya

best brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang