***
Ayah jaemin mengelus rambut Jeno, anak itu belum sadar sejak pertama di larikan ke UGD hingga akhirnya dipindahkan ke ruang rawat
"Ayah" panggil jaemin membuat ayahnya menoleh
"Jeno kenapa belum bangun?" Tanya Jaemin
Ayah jaemin mengelus rambut Jaemin lalu tersenyum, ia raih bahu Jaemin lembut membuat sang buah hati menatapnya
"Mungkin Jeno lagi capek, dia buthh Istirahat lebih, biarin dia tenang dulu ya"
Jaemin pun mengangguk lalu mengalihkan pandangannya kepada Jeno
Ia tersenyum kecil sambil menggenggam tangan jeno
"Makasih ya yah" ujar Jaemin tulus
"Untuk?"
"Untuk jadi ayah yang baik buat jaemin, makasih juga udah buat hidup jaemin jadi lebih berharga, makasih buat semua usaha ayah sampe jaemin masih bisa bertahan" ujar Jaemin sungguh sungguh
Ayah menatap jaemin sendu, sebagaimananya ia dokter tapi ia tetap saja manusia, hatinya masih rapuh melihat betapa beratnya hidup anaknya berikut teman temannya
Ayah pun menarik jaemin kedekapannya lalu mengecup puncak kepala jaemin
"Makasih udah kuat ya na" ujar ayah sambil mengeratkan pelukannya
Hati jaemin menghabgat, sudah lama ayahnya tidak memanggilnya Nana dengan alasan jaemin sudah besar
"Ayah malu aahh, nanti echan sama Renjun masuk gimana" ujar Jaemin sambil melepas pelukan ayahnya
Ayah pun terkekeh lalu mencubit pipi jaemin gemas
"Anak ayah udah gede aja siiih"
"Aayaaahh"
***
Renjun menatap Haechan bingung, wajah anak itu pucat dan matanya sembab
"Haechan udah makan?" Tanya papa sambil mengupas apel
"Udah om" ujar Haechan
"Lo kenapa?" Tanya Renjun
Papa melirik Haechan singkat lalu kembali mengupas apel
"Nyokap lagi?" Tanya Renjun
Haechan hanya berdehem singkat lalu memainkan hpnya
Renjun mendengus sebal lalu menarik ponsel Haechan
"Kenapa sih Chan?"
"Apanya yang kenapa" ujar Haechan malas
Ia sedang tidak bertenaga untuk berdebat, bahkan tadi malam ia tidak bisa tidur dengan tenang
"Cerita kalo ada masalah" ujar Renjun
"Kebanyakan masalahnya, sampe capek gue ceritanya" gumam Haechan malas
Papa melirik Haechan dari ujung matanya, anak itu terlihat lebih pucat dari biasanya
Selama ini papa memang menutup mata untuk sekitarnya, ia tahu bagaimana beratnya hidup Renjun dan teman temannya tapi ia memilih untuk tidak perduli
Namun seiring ia menerima keberadaan Renjun rasanya ia juga menerima keberadaan teman temannya
Melihat mereka sakit rasanya sama seperti melihat Renjun sakit
"Gue balik dulu" ujar Haechan sambil bangkit berdiri
"Malam tidur disini aja" ujar Renjun saat punggung Haechan mulai menjauh
"Hmm" jawab Haechan singkat lalu pergi dari sana
Papa sedikit bersyukur karna Haechan tidak menceritakan apa apa tentang Jeno
Kemungkinan besar dia tidak ingin Renjun terbebani tapi ada kemungkinan kalau Haechan memang sedang benar benar lelah
Tapi mau bagaimana pun Renjun tetap harus tau
"Ren"
"Hmm?" Jawab Renjun saat Haechan sudah menghilang di balik pintu
"Jeno masuk rumah sakit"
Renjun langsung mengalihkan pandangannya sepenuhnya kepada sang papa
"Hah?" Tanya nya kaget
"Maafin Haechan karna ga ceritain ke kamu, tapi itu papa yang suruh, tapi setelah papa fikir lagi kamu emang harus tau" ujar papa membuat Renjun menatapnya kaget
Tadi Renjun hampir berfikir papanya sedang bercanda
"Kok... Kok bisa? Tadi Jeno kan?"
"Jeno di serang ayahnya lagi" lirih papa
Renjun mengerjapkan matanya cepat, ia beralih menatap lantai sambil meremat jemarinya
Nafasnya menderu cepat kala mengingat kejadian yang sama sekali tak pernah ia lupakan sejak kecil hingga sekarang
"Selama ini dia dapat pelecehan sexual yang melenceng dari ayahnya" jelas papa
Renjun memejamkan matanya kala air matanya jatuh, bibirnya kelu saat ingin mengatakan bahwa ia juga tau
Rasanya malu saat ingin mengatakan bahwa ia tahu tapi selama ini ia tutup mulut karna takut
"Ren, dengerin papa" ujar papa sambil menarik dagu Renjun pelan
"Papa kasih tau ini karna gamau kamu marah, jangan buat kondisi tubuh kamu drop lagi"
Renjun menghela nafasnya lelah lalu mengangguk
"Jeno lagi dirawat intensif dan sedang menjalani prosedur tes DNA"
"Tes DNA? Untuk?" Tanya Renjun bingung
"Om mu, dia fikir Jeno anaknya"
"Hah? Maksudnya?" Tanya Renjun yang sama sekali tidak bisa mencerna semuanya dengan lancar
"Ayah Jeno yang sekarang adalah dokter yang menangani persalinan Tante kamu waktu itu"
"Setelah Jesica dan anaknya meninggal dia berhenti jadi dokter, gaada kabar apa pun, bahkan papa juga gatau kalau dia yang jadi dokter yang menangani persalinan tantemu"
"Dan om mu percaya kalo anaknya masih hidup" ujar papa membuat Renjun semakin lemas
Kenapa semuanya terasa begitu rumit
Lalu Haechan? Bagaimana dengannya
Rasanya Renjun ingin buru buru melepas selang infus ini demi menangani semua masalah yang teman temannya hadapi tanpa halangan
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan