***
Tepat 30 menit yang lalu dokter Donghae mengizinkan ketiganya masuk ke dalam ruang rawat Jeno dan sejak saat itu lah mereka langsung masuk tanpa bantahan
Keempatnya sama diamnya, bahkan makanan jeno yang seharusnya ia santap kini sudah berubah dingin karna terlalu lama di diamkan
Jaemin, haechan dan Renjun hanya menghela nafasnya melihat Jeno yang sedari tadi hanya diam
"Jen" panggil jaemin sambil mengelus punggung sang sahabat
Jeno tak menjawab, bahkan matanya tak mengedip sama sekali
Renjun mengalihkan pandangannya kearah langit langit sambil mengipas ngipas matanya yang terasa panas
"Makan dulu Jen" ujar Haechan sambil menyodorkan se sendok nasi kearah Jeno namun laki laki itu tak kunjung menjawab
Jeno menolehkan kepalanya kearah haechan perlahan membuat Haechan jadi deg degan sendiri
"Gue mau mati" lirih Jeno dengan suara yang benar benar kecil membuat haechan mematung di tempatnya
Tiba tiba tubuh Jeno limbung begitu saja membuat haechan spontan langsung menangkapnya
Jaemin langsung bangkit dari duduknya lalu mengambil alih tubuh Jeno sedangkan Renjun langsung mengambil piring dan sendok yang haechan pegang
"Awas awas" ujar jaemin mengusir Haechan yang masih duduk di kasur Jeno
Jaemin lalu membaringkan Jeno perlahan di kasurnya
Mata laki laki itu terpejam membuat wajahnya terlihat damai walau pucatnya tak berwarna
Entah bagaimana air mata Renjun pun lolos begitu saja namun buru buru ia hapus
Temannya
Sahabatnya
Orang yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya sendiri
Orang yang dulu memiliki senyum tercerah diantara mereka
Orang yang selalu tersenyum maklum terhadap semuanya
Kini bagai raga tak bernyawa
Tak ada lagi senyumnya
Tak ada lagi tawanya
Tak ada lagi binar dimatanya
Tak ada rangkulan hangat untuk mereka
Tak ada lagi suara berat namun menyejukkan yang selalu membuat orang disekitarnya merasa damai
Jeno yang sekarang bukan lah Jeno yang dulu
Mereka bersumpah
Mereka benar benar merindukan Jeno
Walau raganya masih disini
Tapi jiwanya entah kemana
***
Hampir seharian Jeno habiskan untuk memejamkan matanya dan sekarang ia bahkan sudah bosan hanya sekedar memejamkan matanya
Matanya terus terbuka tapi seluruh badannya diam
Ia hanya menatap langit langit dalam diam
Rasanya Jeno bergerak pun malas, bukan hanya nyeri yang ia rasakan di seluruh tubuhnya, ia bahkan jijik jika mengingat kenapa ia masih bisa hidup
Tak terasa air matanya pun mengalir dan isakan itu lolos dari bibir Jeno begitu saja
Tangannya terulur memeluk tubuhnya, ia menunduk dalam dan menangis pilu
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan