malam duka

9.2K 1.2K 128
                                    

TRIGGER WARNING

***

"Jen Jen, bangun, udah malam" ujar Jaemin sambil menggoyang goyangkan badan Jeno ribut

Sehabis makan siang tadi mereka semua serentak tertidur di kamar Jaemin

"Hah?" Tanya Jeno dengan setengah sadar

"Udah jam 9, nanti ayah kamu pulang" Ujar jaemin

Jeno langsung terduduk dengan wajah kagetnya

"Hah!? Kok ga bangunin dari tadi" ujar Jeno langsung mengambil barang barangnya yang berceceran

"Ayo aku antar naik sepeda" kata Haechan langsung beranjak dari tempat tidur

"Aku pulang duluan ya" ujar Jeno buru buru

"Mereka kenapa?" Tanya Renjun yang baru bangun

"Jeno pulang kemalaman" ujar Jaemin

"Kenapa ga dibangunin?" Tanya Renjun sambil menguap

"Kan aku eh gue juga ketiduran" ujar jaemin mencoba mengingat perjanjian mereka untuk memakai kalimat gue-lo dalam percakapan sehari hari

"Gue nginep disini aja, mager balik" ujar Renjun lalu kembali tidur

"Makan malam dulu" ujar jaemin

"Besok pagi aja, ngantuk" racau Renjun lalu kembali terlelap

***

Jeno meneguk salivanya pelan lalu menatap Haechan yang juga memandang rumahnya dengan tatapan ketakutan

"Jen, gausah pulang sekalian aja deh" ujar Haechan tiba tiba ngeri sendiri

"Gapapa kok, makasih udah nganterin ya" ujar Jeno sambil menepuk pundak haechan lalu berlari masuk kerumahnya

"Hati hati" gumam Haechan saat melihat Jeno masuk kerumahnya

Ia hanya bisa menghela nafasnya berat lalu membalikkan sepedanya kembali kerumahnya

Sedangkan di dalam Jeno tengah menegang saat melihat ayahnya menunggunya di ruang tamu

"Dari mana aja"

"A a ayah"

PLAK

Jeno meringis saat merasa ujung bibirnya koyak

"AAAGHH" erang Jeno saat rambutnya dijambak dengan kuat lalu di seret paksa

BYUR

Jeno benar benar kaget saat air yang begitu dingin di semburkan paksa ke wajahnya

"Ayah ayah ja- mbpphhh"

Jeno bergerak tak karuan saat kepalanya di celupkan ke dalam bak mandi

"Hhh ayah ayah jangan ayah ampun"

Ayahnya tak perduli dan kembali mencelupkan kepala jeno ke dalam bak sampai ia lemas dengan sendirinya

"Gatau diri banget kamu! Udah saya biayain hidup capek capek malah keluyuran! Kamu mau ngabisin uang saya ya!?"

"Jangan yah jangan" ujar Jeno berontak saat sang ayah dengan kejamnya menelanjanginya

"Ayah tolong yah, Jeno minta ampun" rengek Jeno

"Ampun kamu bilang?" Erang sang ayah sambil mencekik leher Jeno

Reno mengerang kesakitan berusaha melepaskan tangan ayahnya

"Setelah semua yang saya korbankan kamu malah kaya gini! Maaf kamu bilang!?"

"Uhuk uhuk uhuk" Jeno terbatuk hebat saat ayahnya melepas cekikannya

Matanya melebar saat ayahnya membuka lemari yang paling ia benci seumur hidupnya

Baru saja Jeno akan kabur tiba tiba ayahnya menariknya dan menghantamkan badannya ke lantai

"Jangan coba coba kabur" ujarnya sambil menarik rambut Jeno membuat anak itu berdiri terpaksa

"Jangan ayah jangan jangan" rengek Jeno namun tak di dengar oleh sang ayah

"ARGGH" erang Jeno kuat saat sebuah benda kecil memasuki bagian belakangnya yang baru baru ini ia ketahui namanya vibrator

Jeno menangis sejadi jadinya, ia benci hidupnya yang tidak berharga di mata ayahnya

Ia benci karna harus memiliki rasa sayang yang besar kepada ayahnya yang selalu menyiksanya bahkan melakukan kekerasan sexual kepada anaknya sendiri

Ayahnya benar benar gila, Jeno ingin mati saja kalau begini

Siapapun tolong Jeno

***

Haechan menghela nafasnya berat saat sampai dirumahnya, seharusnya ia memilih menginap saja di rumah Jaemin saat menyadari maminya dirumah

"Yaudah lah udah terlanjur" gumam Haechan lalu berjalan lunglai memasuki rumahnya

"Nghhh"

Haechan mengernyitkan dahinya saat mendengar suara aneh dari kamar kedua orang tuanya

Entah bagaimana Haechan tersenyum samar saat menyadari suara apa itu

Difikirnya ada baiknya kalau memang mami dan papinya sedang berbaikan

"Gapapa lah buat adek aja sekalian" gumamnya sambil terkekeh lalu berjalan menuju kamar

Namun saat ia memegang kenop pintu kamarnya langkahnya terhenti

'tapi papi kan lagi di luar negri' batinnya

Ia pun berjalan mendekat kearah kamar orang tuanya, matanya melebar saat melihat seseorang yang tidak ia kenal bercumbu dengan maminya dari balik pintu yang terbuka sedikit

"Mami" ujar Haechan membuat keduanya tersentak

"Ngapain disitu" tanya maminya datar

"Mami, dia siapa"

"Bukan urusan kamu" ujar Maminya dingin

"Mami... Selingkuh dari papi?"

"Ck, terserah mami mau selingkuhin dia atau gimana, gausah berlagak seperti kami berdua saling cinta. Kami menikah juga karna ga sengaja, karna saya hamil kamu"

Haechan mengerjapkan matanya pelan, apa ini? Apa barusan maminya menekankan bahwa ini salahnya?

"Lagian ngapain sih ngurusin saya? Papi mu saja ga pernah perduli"

"Mi tapi-"

"Pergi" potong mami

Haechan masih diam di tempatnya membuat maminya mencebik kesal

"Pergi Haechan, kamu tau saya ga pernah suka kehadiran kamu" sinis maminya

Uhh, mata Haechan terasa panas, tapi Renjun bilang dia tidak boleh menangis di depan lawannya

Maminya mencebik sebal dan memilih tidak memperdulikan Haechan lagi, ia kembali melumat bibir pasangannya membuat haechan memejamkan matanya seiring dengan bulir bulir air matanya yang mengalir

Haechan memilih pergi dari sana, entah kemana pun kakinya membawanya asalkan bukan dirumahnya

Ia mengusap air matanya kasar, ia harus kuat seperti Renjun, ia tidak boleh menangisi orang yang tidak menyayanginya

"ARRGHH" erang Haechan sambil menendang pohon yang ada di hadapannya

"FUCK FUCK FUCK FUCK!" Umpatnya bertubi tubi sambil memukuli pohon tersebut tanpa perduli tangannya akan terluka

"SIALAN! BODOH! NGAPAIN LO LAHIR! ANJING! GOBLOK! BAJINGAAANNN" erang Haechan frustasi

Kedua buku tangan haechan berubah menjadi merah karna di aliri darah, tapi ia tidak perduli

Ia butuh menyalurkan emosinya

"Lo goblok Chan goblooookk" umpatnya tiada henti

best brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang