***
Setelah menyeret keduanya pulang akhirnya Renjun pun pulang
Ia masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai
"Dari mana kamu?"
Renjun menoleh kearah asal suara tersebut, ia menatap ayahnya nanar
Wajahnya masih sembab sehabis menangis
"Kenapa?" Tanya Renjun tiba tiba
Anak kecil itu mengepalkan tangannya, jiwanya masih belum siap, mentalnya juga masih belum kuat
Pertahanannya runtuh begitu saja, air matanya mengalir deras
"Papa juga mau pukul Renjun!?" Tanyanya dengan nada tinggi namun tak berhasil membuat papanya takut
"Anak kecil mana yang pulang jam segini"
"MEMANG KENAPA KALO AKU ANAK KECIL!?" Pekik Renjun frustasi
Air matanya mengalir deras, pijakannya sudah tak terasa lagi, anak itu terjatuh di lantai
"Semua papa itu sama aja! Gaada papa yang baik di dunia ini! Aku benci semua papa di dunia!" Pekik Renjun frustasi
Anak itu terlihat begitu putus asa, tangisnya terdengar pilu, namun sang papa tak memilih bergerak sama sekali
"Kenapa kalian semua jadi orang tua kita!? KENAPA KITA GABISA MILIH HARUS LAHIR DARI MANA!?" Serunya sambil memukul mukul dadanya yang terasa sesak
Renjun benci menangis, apalagi menangis di depan papanya
Tapi ia benar benar frustasi, ia tidak kuat lagi, kepalanya seakan mau pecah mengingat kejadian tadi
Kini perutnya terasa mual, semuanya naik ke kerongkongannya
"Hueeek"
Renjun meringis saat rasa pedih itu datang, ia benci seperti ini
Kepalanya pusing, semua terasa berputar
Ia semakin gila karna memukul kepalanya sendiri
"Hhh... Hhh... Berhenti... Hh" Lirihnya sebelum akhirnya semuanya berputar dan ia memilih memejamkan matanya
***
Winwin mengelus tangan Renjun yang terbebas dari infus
Ia juga tidak tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya, yang ia tahu papanya menelfonnya bahwa Renjun masuk rumah sakit
Ia yang tadinya berniat tidur di rumah jaehyun, sepupunya, pun harus segera pulang karna khawatir terhadap sang adik
Ia menatap papanya sengit, air matanya tak berhenti mengalir sejak tadi
Langkahnya ia bawa kearah laki laki berperawakan tinggi itu
BUGH
Winwin memukul dada sekuat tenaga namun tak terasa apa apa untuk seukuran anak seumuran winwin
"Kenapa pah?" Lirih winwin
"Kenapa gabisa biarin Renjun hidup bahagia?" Tanyanya saat air matanya mulai mengalir
"Renjun anak papa... Renjun anak papaaaa" lirihnya
"Renjun ga salah pah, jangan salahin Renjun terus" lirih winwin
"Udah cukup winwin kehilangan mama, winwin gamau kehilangan Renjun pah" lirihnya
"Jangan sakitin Renjun lagi pah" ujar winwin sambil menggeleng
"Dia cuman punya kita, bahkan kelahiran dia gapernah diiringi sama senyum, kenapa papa gapernah bisa buat dia bahagia pah?" Tanya winwin dengan nada putus asanya
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan