kasihan

9K 1.3K 174
                                    

***

"Renjun" panggil Haechan membuat Renjun yang sedang memakan cookies buatan bunda Jaemin menoleh

Ia buru buru meletakkan cookies terus saat melihat Haechan menangis

"Kenapa!?" Tanya Renjun sambil memegang bahu Haechan

"Echan gabisa jadi dokter" rengek Haechan sambil menangis dengan kuat

Jeno dan jaemin yang berada disana ikut menepuk nepuk bahu Haechan

"Aku udah coba, aku gabisa belajar, soalnya aku bodoh" rengek Haechan sambil sesenggukan

"Aku belum hapal kali kali kaya kamuuuu" serunya semakin nyaring

Bunda yang menyaksikan tingkah anak anak kecil itu pun terkekeh

"Renjun aja ya yang jadi dokter, aku yang punya rumah sakit aja" lirih haechan saat Renjun menghapus air matanya

"Jangan nangis" ujar Renjun

"Iya jangan nangis" ujar Jaemin

"Tapi kamu jadi dokternya ya" ujar Haechan

"Iya nanti aku jadi dokter, tapi bukan buat obatin dia, tapi buat obatin kamu" ujar Renjun tegas

"Iya, biar aku ga di amputasi" ujar Haechan sambil menghapus air matanya

"Udah jangan nangis" ujar Renjun tegas

"Main sepeda yuk" ajak Haechan yang tiba tiba berpindah haluan

"Tapi mereka kan gabisa naik sepeda" ujar Renjun

"Kamu bonceng jaemin, aku bonceng Jeno, bisa kan?"

"Males, berat" ujar Renjun sinis

"Ayooo laaahh" ujar Haechan sambil menggoyang goyangkan badan Renjun membuat si empunya pusing sendiri

"Iya iya!"

***

Mereka kini sudah sampai di taman komplek, tepatnya di kandang kelinci

"Wortelnya habis" lapor Jeno

"Kasihan kelincinya, pasti kelaparan" ujar Haechan

"Suruh mereka gigit tangan kamu aja, biar ga kelaparan" canda Renjun

"Nih" ujar mereka bertiga dengan polosnya

"Heh! Aku bercanda!" Seru Renjun kesal membuat mereka langsung menarik tangannya

Renjun berdekhem sinis

"Aku bilang gitu bukan karna cemas, aku cuman gamau bagi bagi plester, ngerti?"

Mereka bertiga pun mengangguk mengerti

"Eh, ada mobil ayah kamu Jen" ujar jaemin sambil menunjuk mobil hitam milik ayah Jeno

"Gawat! Ayah pasti marah kalo aku ga dirumah" ujar Jeno panik

"Waduh! Ayo ayo sini" ujar Haechan langsung menarik Jeno menuju sepedanya

"Ayo" ujar Renjun langsung menarik jaemin

***

"Aku masuk dari belakang aja" ujar Jeno

"Hati hati ya" ujar Haechan sambil memeluk Jeno singkat lalu disusul Jaemin

"Kalian jangan ada yang masuk ya, nanti aku makin dipukulin ayah"

Ketiganya pun mengangguk lalu membiarkan Jeno masuk kerumahnya

"Ayo kita ngintip" usul Haechan

"Jangan Chan" ujar Renjun namun tidak diindahkan oleh dua anak tuyul itu

Mereka pun mengintip dari sudut yang paling aman menurut mereka

PLAK
PLAK
PLAK
PLAK

Badan ketiganya menegang saat melihat Jeno di pukul secara membabi buta oleh ayahnya

"Kasi-" Renjun menutup mulut Haechan sebelum mereka benar benar ketahuan

Jaemin menutup mulutnya karna takut bersuara

Renjun menarik keduanya mendekat kearahnya lalu menutup mata keduanya dengan tangannya

"Agh, ayah..."

"Sakit..."

"Ngghhh..."

"Ayaaah"

***

Keesokan harinya mereka kembali bermain bersama namun dengan suasana sedikit sedih

"Jeno masih sakit ya?" Tanya jaemin

"Masih" ujar Jeno pelan

Ia tidak bisa berbicara banyak karna ujung bibirnya terluka

Jaemin dan Haechan pun memeluk Jeno pelan dan menangis bersama

"Maaf ya, jangan nangis" ujar Jeno

"Jangan minta maaf, ini kan salah ayah kamu" ujar Haechan

"Gawat... Ayah kamu pulang" ujar jaemin saat melihat mobil ayah Jeno melintas di depan taman

Jeno segera bangkit dari ayunan bersama Haechan

"Jangan" ujar Renjun

"Kenapa?"

"Buat apa kita antar Jeno pulang?" Tanya Renjun

"Kalo ki-"

"Buat di pukulin ayahnya?" Tanya Renjun sengit

Haechan dan jaemin pun segera menggeleng mereka langsung mengeratkan genggamannya ditangan jeno

"Kita tunggu sampe malam, baru pas ayah Jeno udah tidur kita antar dia pulang" ujar Renjun

Mereka pun mengangguk setuju sambil mengeratkan genggamannya kepada Jeno

***

"Makasih ya" bisik Jeno benar benar pelan

Malam sudah tiba, kemungkinan besar ayahnya pasti sudah tertidur

"Hati hati Jen, jangan sampe buat suara" bisik Jaemin

Jeno pun mengangguk lalu masuk ke dalam rumah

"Ayo kita pulang, kamu pasti dicariin bunda" ujar Haechan

PLAK

Ketiganya menegang di tempatnya mendengar suara tamparan yang begitu nyaring

Renjun buru buru menarik Haechan dan jaemin untuk bersembunyi

"Aduh, kok bisa masih bangun sih?" Tanya Renjun takut

Bagaimana juga kan ini idenya

"ANAK SIAL! BERANI BERANINYA KAMU PULANG MALAM! MASIH KECIL BEGINI SUDAH BAGUNDAL!"

"Ayah ampun ayah ampun" rengek Jeno sambil menangis kencang

Renjun menggeleng iba lalu menutup mata jaemin dan Haechan lagi

Ia meneguk salivanya kasar saat sang ayah dengan teganya menelanjangi Jeno

"JANGAN AYAH SAKIT! AYAH SAKIT!" Pekik Jeno saat sang ayah melakukan hal tidak senonoh kepadanya

"AYAAAH AAGHH" pekik Jeno membuat Renjun mengeratkan pelukannya kepada jaemin dan Haechan

Air matanya jatuh begitu saja, tapi ia tidak akan mau memperlihatkan hal tidak pantas ini kepada Haechan bahkan jaemin sekalipun

Benar benar tidak manusiawi, bahkan anak sekecil ya juga seharusnya tidak boleh menyaksikan ini

best brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang