***
"Gila ya lo! Ngilang ngilang tiba tiba Nemu udah di infus aja"
Renjun hanya mengerjap pelan, sumpah badannya masih sangat lemas tapi Haechan tak henti hentinya mengomel
"Sstt Chan udah dong, kasihan Renjunnya" tegur Jaemin
Untung ada Jaemin, kalau tidak mungkin Renjun akan memutuskan pingsan lagi saja
"Lagian kenapa sih? Lo dari mana hah?"
Renjun menatap Haechan datar
"Bisa diem ga sih njing" gumamnya
"Lo itu yang anjing, kita lagi pusing mikirin masalah Jeno malah sakit gini"
"Yaudah fikirin aja Jeno gausah fikirin gue, gue juga ga minta difikirin" dumel Renjun
"Oh yaudah, abis ini gue gabakalan lagi datang kesini"
"Yaudah"
"Yaudah""Heh udah udah, kenapa mesti berantem sih" tegur Jaemin
"Chan udah dong, ini Renjunnya baru bangun udah di ajak berantem"
"Tau! Mending minggat aja Lo anak babi" umpat Renjun membuat Haechan langsung memukul kepalanya gemas
Renjun meringis kuat, tenaga Haechan memang biasa saja tapi salahkan tubuhnya yang kelewat lemah, bahkan lebih lemah dari jaemin yang memiliki penyakit jantung
"Gue mukulnya pelan ya setan, gausah pake mewek gitu!" Seru Haechan
"Sakit bego!" Kesal Renjun
Haechan tidak mengada ngada, mata Renjun memang berkaca kaca
Tiba tiba pintu ruang rawat Renjun terbuka menampilkan sosok papanya yang masih menggunakan jas yang sama
Haechan dan jaemin pun serentak berdiri lalu merunduk sopan untuk menyapa
"Dia harus istirahat, kalian lebih baik pulang dulu"
Suara bariton itu terdengar datar namun siapapun yang mendengarnya tau bahwa itu perintah mutlak dan tidak untuk di lawan
Haechan dan Jaemin pun mengangguk lalu segera pamit dari sana
"Balik duluan ren" ujar Jaemin yang hanya diangguki oleh Renjun
Setelah mereka berdua pergi ruangan itu kembali hening, karna bosan Renjun pun memilih untuk bersiap mengambil hpnya namun urung karna papanya segera meraihnya
"Istirahat"
"Ga ngantuk" jawab Renjun seadanya
"Jangan melawan"
"Kalo orang ga ngantuk di suruh tidur ya mau gimana, ih udah siniin hpnya" rengek Renjun berusaha bangkit dari baringnya
Badannya tersentak kecil saat papanya mendorongnya
Dagunya di tarik sedikit kasar lalu papanya membenarkan nassal cannula nya
"Jangan banyak bergerak" tegas papanya
Renjun pun mendengus sebal lalu mendorong tangan papanya menjauh
"Kalau gamau tidur jawab pertanyaan saya"
"Gamau" ujar Renjun nyolot
"Jeno itu kawan kamu?"
"Iya, emang kenapa?"
"Sejak?"
"Ck, kepo"
"Sejak kapan bergaul sama Jeno"
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan