***
"Jeno!" Panggil Renjun membuat anak itu menoleh pelan
"Selamat malam tampan" puji Haechan sambil menarik turunkan alisnya
Jeno hanya mengerjap lucu, ia menatap ketiganya secara bergantian
Renjun melirik papanya yang masih mengintip dari luar ruang rawat
Papanya hanya mengacungkan kepalan tangannya tanda menyemangati namun Renjun malah menautkan alisnya bingung
"Si a pa?" Gumam Jeno terbata
Ketiganya saling adu pandang bingung, orang tuanya masih belum menjelaskan kondisi jeno sebenarnya
Jeno memejamkan matanya saat kepalanya terasa sangat sakit hingga membuat lehernya keram
"Ssshh" eluhnya pelan
Jaemin langsung mengelus tangan Jeno pelan karna tau anak itu kesakitan
"Sakit ya?" Tanya Haechan
Jeno mengangguk pelan
"Maaf, ta pi a ku, gatau- ka li an? Si apa?" Gumamnya masih dengan terbata bata
Renjun membuang pandangannya sejenak saat air matanya akan jatuh, ia tidak ingin Jeno melihatnya menangis
Haechan tersenyum getir seakan bisa menyimpulkan apa yang terjadi
"Maaf, jangan nangis" lirih Jeno pelan
Renjun menggeleng lalu tersenyum menatap jeno
"Renjun" ujar Renjun dengan senyum cerahnya membuat Jeno menautkan alisnya
"Namaku Renjun, nama kamu Jeno kan? Kita dulu sahabatan loh" ujar Renjun
"Renjun?" Gumam Jeno
"Gimana? Kamu ingat?"
Jeno hanya menggeleng lemah, matanya memanas entah kenapa, ia semakin takut karna tak kenal siapa siapa
"Gapapa, jangan nangis" ujar jaemin sambil menghapus air mata Jeno
"Nama aku jaemin, kita sahabatan dari kecil, kita dulu satu komplek" ujar Jaemin
"Kalo aku haechan, haechan" seru Haechan semangat
Jeno mengerjapkan matanya sendu, tatapana ceria mereka malah semakin membuatnya merasa bersalah
"Gapapa gapapa, lagian masa lalu Lo emang ga perlu di ingat" ujar Renjun membuat Jaemin dan Haechan menatapnya tajam
Renjun memutar bola matanya malas lalu melipat tangannya di depan dada
"Kan kenyataan" sinisnya cuek
"Gausah dengerin dia ya? Dia emang dari dulu suka galak, kamu tuh dulu takut banget sama dia, apa apa minta tolong ke aku dulu buat sampein ke dia gara gara dia galak banget" jelas Haechan
"Engga! Mana ada! Dia bohong! Jangan percaya!"
"Jen, asal kamu tau, yang paling waras emang cuman aku" ujar jaemin
"Idih! Ngaku ngaku" ujar Renjun
"Kamu" gumam Jeno sambil melirik Renjun
"Kaki kamu kenapa?" Tanya Jeno polos membuat Renjun gelagapan sendiri
Tentu ia belum siap menceritakan apa yang terjadi dengan kakinya dan juga apa yang membuat Jeno koma selama satu tahun
"Dia sakit, sebentar lagi juga sembuh kok" potong Haechan karna tau Renjun tengah kebingungan
"Masih pusing ga?" Tanya Jaemin mengalihkan pembicaraan
"Maaf ya, aku, belum bisa, ingat kalian" gumam Jeno perlahan karna masih lemas
"Ih, dibilangin gapapa! Kita udah biasa kok dilupain" dumel Renjun
"Jangan ngomong yang aneh aneh deh di depan Jeno, Lo mau gue cekek!?" Ujar Haechan
"Coba aja kalo berani" balas Renjun
"Tuh? Liat kan? Emang cuman gue temen kamu yang normal" ujar jaemin
Jeno hanya terkekeh lemah, ia mungkin tidak ingat siapa mereka, tapi yang ia tahu ia hanya merasa nyaman
***
Setelah bermain bersama akhirnya keempatnya harus berpisah lagi, tentu karna masalah kesehatan masing masing
Terbukti sekarang badan Renjun sudah menghangat
"Ayo diminum dulu obatnya, katanya besok masih mau main sama Jeno"
Renjun hanya menurut apa kata papanya, badannya benar benar lemas, tapi ia masih rindu dengan teman temannya
"Main mulu fikirannya" ledek winwin sambil mencubit hidung Renjun gemas
"Paah, abaang" adu Renjun sambil bersembunyi di dada bidang milik ayahnya lalu memeluknya
"Abang jangan di gangguin" omel papa
"Cup cup cup, bobo aja, Abang emang nakal"
Winwin tidak kesal atau pun marah, menjahili Renjun memang hobinya nomor satu
"Pah" panggil Renjun sambil melepaskan pelukannya
"Yaa?"
"Takuuut" lirihnya dengan mata sendunya
"Lah? Tiba tiba?" Ujar winwin bingung
"Tadi Jeno nanyain, Renjun gabisa jawab, Renjun gaberani bilang Renjun yang bikin Jeno kaya gini" ujar Renjun sedih
"Pasti Jeno marah sama ren pah, ren yang bikin dia kaya gini, ntar kalo Jeno udah tau, Jeno gamau temenan lagi sama ren" ujarnya mulai terisak
"Heeeh, gaboleh ngomong gitu, ini kan bukan salah kamu, ini salah laki laki psikopat itu!" Ujar papa sambil mengelus punggung Renjun
"Tapi ren... Tapi, tapi ren yang nyetir, ren nghh pah" eluh Renjun terbata bata
"Ren, calm down" ujar papa saat menyadari anaknya mulai kesulitan bernafas
Begini lah Renjun, setahun belakangan ini membuat kesehatan mentalnya juga sedikit terguncang
Anak itu gampang menangis dan mengakui bahwa ini semua salahnya, ia juga sudah sering menyerah dan berkata bahwa ia menerima nasib kalau ia harus lumpuh selamanya
"Ren, gaboleh lemah, ingat?" Ujar winwin sambil mengelus rambut Renjun
"Ren takut paah" gumamnya sambil memeluk papanya
"Ssstt, Jeno ga mungkin marah, kan dia sayang sama kamu, sayang sama Haechan, sayang sama jaemin"
"Jeno gapernah bilang sayang sama Renjun" ujar Renjun lemah
Rasanya semuanya menjadi negatif, apapun yang terjadi membuat semua aura aura gelap di fikiran Renjun
Ia selalu berfikir yang tidak tidak, rasanya semua terasa mengancam dan membuatnya ketakutan di kala seperti ini
"Ren, kamu tau sebesar apa sayangnya sahabat sahabat kamu sama kamu, gausah di ungkapin juga kalian saling tau kan?"
Renjun meremat kaos yang papanya pakai lalu memejamkan matanya, selain sedih punggung dan kepalanya juga ikut sakit
"Jangan takut ya? Nanti kita tanya Jeno sayang sama kamu apa engga? Okay?"
Renjun tak menjawab, ia hanya mengeratkan pelukannya kepada sang papa, laki laki itu memang punya caranya sendiri untuk menenangkan Renjun
***
Pllssss ini ceritanya baru bisa ke buka...
Maaf lama ya :(
Salam dari balik layar kaca
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan