***
Haechan tersenyum melihat ponselnya, asisten papinya bilang bahwa apartemen pesanannya sudha siap huni
Semenjak kejadian yang menimpa Jeno kemaren Haechan memutuskan untuk membeli apartemen menggunakan uang papinya
Nanti setelah Jeno keluar dari rumah sakit ia akan mengajak Jeno tinggal bersama disana
Untung papi banyak uang, jadi Haechan sedikit lega
"UNTUK APA BELIKAN DIA APARTEMEN!?"
Haechan menghela nafasnya berat, maminya benar benar membuat kepalanya hampir pecah
"KAMU SENGAJA MAU MEMISAHKAN SAYA DENGAN ANAK SAYA!?"
"Jangan berlagak seperti kamu perduli dengannya"
"DIA ANAK SAYA!"
Haechan mendengus sebal, lebih baik ia buru buru keluar dari rumah dan segera berangkat kerumah sakit di banding harus mendengar keributan di rumahnya
Haechan berjalan santai menuruni tangganya sambil bersenandung
"MAU KEMANA KAMU?"
Haechan menoleh kearah maminya
"Main sama temen" ujarnya santai
PLAK
Haechan terdiam saat dengan lantangnya maminya menampar pipinya
"Kamu gila ya!?" Bentak papi langsung menarik Haechan mendekat kearahnya
"Sini kamu!" Ujar mami sambil menarik tangan Haechan kuat
"Kamu mau pisah dari mami hah!?"
"Apasih mii" ujar Haechan berusaha lepas dari cengkraman maminya
"Jangan gini, tangannya haechan jadi sakit" ujar papi sambil berusaha melepas tangan mami
"Kalian memang sekongkol kan!?"
"Siapa yang sekokongkol sih mi, kenapa sih kamu selalu negatif thinking"
"Oh jadi kamu nyalahin aku!?"
"Siapa yang nyalahin kamu sih"
"Oke fine! Kalo kalian emang gamau tinggal sama aku! Kita cerai aja"
Papi menghela nafasnya lelah, setiap mereka bertengkar pasti berujung meminta cerai
"Udahlah mi, kita kan udah sering bahas ini"
"Kenapa!? Kamu takut gabisa ngebesarin Haechan sendirian hah!?"
Haechan memejamkan matanya, kepalanya rasanya ingin pecah saja
Ia menoleh kearah papinya dengan mata yang berkaca-kaca
"Pii" gumam Haechan sambil menggeleng
"Echan udah ga kuat pi" lirihnya
Maminya tertawa sinis sambil memutar bola matanya kesal
"Tuh kan! Anak kamu aja udah pengen kita cerai"
"Ga gini caranya mi" ujar papi yang masih kekeuh mempertahankan rumah tangga mereka
"Jangan sok sedih gitu! Dia lahir juga salah kamu! Coba kamu dulu nahan hasrat! Aku gabakalan hamil di luar nikah!"
"Iya, ini salah papi, tapi-"
"Halah! Udah dibilang jangan sok sedih"
"Haechan masih butuh kita"
"Seharusnya dulu aku milih buat gugurin dia aja, dibanding harus nikah sama kamu yang bahkan hartanya lebih sedikit dari papi aku"
Haechan menatap maminya kesal, padahal papinya benar benar bekerja sangat keras untuk memenuhi semua keinginan Haechan, maminya ingin papinya sekaya apalagi sih
Haechan segera meraih tangan papinya emosi
"Pi, kita tinggal berdua aja ya" lirih Haechan
"Chan, kamu gaboleh gitu, kamu butuh sosok mami"
Haechan menggeleng tegas lalu memeluk ayahnya
"Cih! Bapak sama anak sama aja! Silahkan kamu tinggal sama papi mu yang miskin itu! Aku pergi!" Ujar maminya lalu pergi dari sana
"Mi! Mami!" Panggil papi namun di tahan oleh Haechan
"Pii, udah... Emang papi ga capek?" Tanya Haechan lirih sambil mendongakkan kepalanya
"Chaan" ujar papinya sambil melepas pelukannya
"Dengar papi" ujarnya sambil memegang kedua bahu Haechan
"Hidup tanpa sosok ibu itu bukan hal yang mudah, lebih baik sekarang kita minta maaf sama mami ya" ujar papi namun Haechan tetap menggeleng
"HAECHAN GABUTUH MAMI!" Tegas Haechan membuat papinya terdiam
Haechan pun menangis, persetan dengan Renjun yang selalu mengingatkannya bahwa laki laki tidak boleh lemah
Ia sedang kesal dan itu tidak bisa di debat
"Please pii... Haechan capek" lirihnya lalu kembali ke pelukan papinya
"Chan, kamu tau kan semua perusahaan yang papi pegang punya keluarga mamimu"
"Haechan gabutuh uang! Haechan ga butuh mami! Haechan cuman mau hidup tenang Pi, haechan capek, sumpah" lirihnya
Papinya hanya diam, ia pun akhirnya memilih membalas pelukan Haechan lalu mengecup puncak kepala Haechan lembut
"Maafin papi ya" gumam papi yang merasa bersalah
Haechan pun hanya diam namun tetap mengeratkan pelukannya
***
Keesokan harinya Haechan memutuskan untuk tidak sekolah karna ketiga temannya yang lain juga tidak masuk
"Kenapa cabut?" Tanya jaemin sambil melipat baju Jeno
Hari ini bertiga akan pulang setelah beberapa hari di rawat
"Bosen di sekolah, gaada kalian" ujar Haechan malas
Ia beringsut di kasur Jeno lalu memeluk badan Jeno yang dalam posisi duduk
"Kenapa hmm?" tanya jeno lembut sambil mengelus rambut Haechan
Haechan hanya menggeleng, matanya yang bengkak ia paksa menutup
"Lo tuh ga bakalan kelihatan keren jadi jangan sok misterius" ujar Renjun membuat Haechan mencebik sebal
"Diam bangsat" ujar Haechan
"Ututututu, baby pudu" ledek Jaemin
"Minta kena tampar ya" sinis Haechan
"Kenapa? Sini cerita" ujar Jeno lembut
Haechan pun mengambil posisi duduk lalu menegakkan badannya
"Kayanya otak gue korslet deh" ujar Haechan
"Kenapa?"
"Ah gatau deh" ujar Renjun malas lalu kembali tidur
"Anjing! Berasa anak perawan lagi pms" sinis Renjun
"Tau, labil banget" sahut Jaemin
"Ish, jangan tanyain gue, gue lagi gabisa di ganggu"
"Najis" ujar Renjun dan Jaemin bersamaan
"Jen, pulang dari sini kita ke apartemen gue aja ya" ujar Haechan
Jeno mengernyitkan dahinya bingung
"Kenapa?"
"Males gue di rumah, isinya nyebelin semua" kesal Haechan
"Sama, rumah gue juga" ujar Renjun malas
"Lagian Lo mau pulang kerumah sama aja nyari mati, mending tinggal bareng gue lah" ujar Haechan
Mau tidak mau Jeno pun mengangguk, tidak mungkin juga ia pulang kerumah ayahnya, terlalu bahaya
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan