***
Donghae hanya diam menatap kondisi putranya yang begitu memprihatinkan
Bahkan mata sembabnya tak lagi bisa mengeluarkan air mata
Sakit sekali rasanya saat ia ingin memaksa air matanya keluar namun tak ada lagi yang bisa ia lakukan
"Daddy yang salah..." Gumam Donghae lemah
Ia meremat kertas yang ia genggam sembari memejamkan matanya berharap air matanya turun lagi untuk mengurangi rasa sesak
Namun tetap saja, Donghae sudah tak bisa lagi mengeluarkan air matanya
Ia bahkan tak tahu harus bereaksi apa tentang surat pendonoran organ yang dulu sempat Jeno bahas
Anak itu tak main main, ia benar benar mendaftarkan diri untuk mendonorkan organnya
"Jeno anak baik..." Lirihnya lemah
"Jaemin sama Renjun pasti sembuh karna Jeno" gumam Donghae
"Daddy janji... Daddy bakalan biarin jantung dan paru paru Jeno tetap hidup selamanya" gumamnya
"Jeno yang tenang disana ya nak?" Ujar donghae lemah
Ia menggigit bibirnya kuat berharap sakitnya bisa mengalahkan panas di dadanya
"Padahal Daddy pengen lebih lama lagi sama Jeno..." Ujar Donghae
"Jeno pergi duluan sama mommy ya?" Gumam Donghae
"Jeno capek ya nak?"
Tak ada jawaban, donghae kembali menangis tanpa air matanya, rasanya begitu menyakitkan
"Jeno pasti senang sebentar lagi ketemu mommy di surga ya nak?"
Donghae meremat bajunya sendiri, dadanya semakin perih rasanya
Donghae tak memiliki riwayat penyakit jantung, asma atau apa pun
Ini tak bisa di jelaskan dengan teori kedokteran
Sakitnya jauh lebih menyiksa
"Tungguin Daddy ya... Sampai ajal Daddy ngejemput"
"Daddy harus jadi orang baik dulu kan nak? Biar bisa nyusul kalian ke surga..."
"Nanti kalau bisa Daddy yang operasi Jeno... Biar ga sakit waktu jantungnya di ambil"
"Daddy sayaaang banget sama Jeno, Jeno anak Daddy satu satunya, jagoan Daddy, i love you son, yang tenang disana ya nak?" Gumam Donghae lemah lalu menggenggam tangan Jeno
Matanya memejam sambil mengecup tangan lemah itu
"Semoga di kehidupan selanjutnya kamu tetap jadi anak Daddy ya sayang, Daddy janji bakalan bahagiain kamu nanti"
"Love you" bisiknya lemah
Hampir 5 menit Donghae diam di posisi yang sama sambil terus menggenggam jemari putih pucat itu
"Jeno?" Ujarnya kaget
"Jeno?" Panggilnya lagi
Ia menggeleng lemah, dan di detik itu air matanya terjatuh untuk pertama kali setelah beberapa waktu terasa kering
"Jenoo..." Lirihnya lemah lalu mencium punggung tangan Jeno untuk yang terakhir kalinya
***
Haechan sudah lelah menangis, tak ada tanda tanda ia akan bahagia setelah ini
Ia hanya bisa memeluk kakinya lemah dengan air mata yang tak kunjung berhenti
Bayangan sahabat sahabatnya pergi masih terpatri jelas di benaknya
Apalagi saat papinya mengabari bahwa Renjun telah pergi beberapa waktu lalu
Rasanya jiwa Haechan ikut pergi bersamanya
"Ren..." Gumamnya lemah tanpa arti
Matanya memejam sejenak membiarkan air matanya jatuh
Tak ada yang lebih menyiksa dari ini
Bahkan kabar kehamilan maminya masih jauh di banding ini
Hingga Haechan rasa ia tidak akan pernah menangis lagi karna ini adalah kesedihan terbesarnya
"Kalian bohong" gumamnya lemah
"Gue benci hidup sendirian" ujarnya sambil mengeratkan pelukannya di kakinya
Matanya terus memandang ruang rawat Jeno
Hanya satu orang yang bisa masuk ke sana
Bahkan Haechan hanya bisa melihat dari balik kaca karna tak ingin mengganggu Donghae
Alisnya bertaut saat melihat Donghae keluar dari ruangan tersebut dengan berderai air mata
"Om" gumamnya tertahan karna Donghae sudah pergi menjauh
Haechan tahu ada yang tak beres di dalam, makanya ia menangis
Entahlah bagaimana rasanya kehilangan satu lagi sahabatnya di hari yang sama
Namun tangisnya mereda sejenak saat melihat seseorang bermasker hitam berjalan menuju ruang rawat Jeno
"Bajingan" erangnya pelan lalu bangkit dari duduknya
Ia berjalan cepat kearah laki laki yang akan membuka pintu tersebut
SRRKK
Keduanya sama sama terkejut, bahkan Haechan sampai menajamkan matanya
"Haechan!" Panggil Donghae yang datang dengan seorang dokter dan papinya
"Papi..." Lirih Haechan lemah
Donghae kaget bukan main melihat laki laki bajingan yang seharusnya di penjara itu kini tengah menancapkan sebuah pisau di perut haechan
BUGH
Haechan hanya mengerjapkan matanya saat papinya memukul laki laki itu hingga ambruk bersamaan dengan tubuhnya yang kini sudah bersimbah darah
Donghae dan beberapa perawat yang ada disana tentu langsung menahan tubuh laki laki itu dan memanggil polisi
Papi menggeleng ribut lalu meraih tubuh Haechan yang sudah terkulai lemas
"Engga... Engga haechan jangan tutup mata" gumam papi sambil mendekap Haechan yang hanya diam sambil memegangi perutnya
Papi semakin menangis histeris melihat pisau yang cukup besar masih menancap di perut anaknya
"Pa... Pi nghhhh" lirih Haechan lemah
"Tolongin anak saya!" Seru papi dengan nada lemahnya
Para perawat langsung tangkas membawa sebuah brangkar dan menaikkan Haechan kesana
Haechan sedikit meringis, rasanya sakit sekali
Matanya mengerjap saat melihat sosok ketiga temannya di hadapannya
Dengan baju putih dan senyum cerah
Jadi ini yang mereka maksud untuk terus bersama
• T A M A T •
***
Epilog nya besok ya 🤭
Tetap harus baca!!!
Gaboleh engga (~‾▿‾)~
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan