***
Mata ayah meredup saat melihat Donghae tiba tiba berlutut di hadapannya
"Jangan kaya gini dok" ujar ayah tak tega
"Saya mohon, saya mohon, biarkan Jeno bertahan"
Tangis bunda pecah, ia tak bisa seperti ini, ingin rasanya ia marah kepada sang kuasa karna memberikan cobaan seberat ini kepada keluarga mereka
"Saya bersumpah, saya tadi lihat tangan Jeno bergerak, saya yakin dia akan bangun, saya mohon jangan ambil jantung dan paru paru Jeno, saya mohon, saya mohon, cuman Jeno yang saya punya, saya gabisa kehilangan Jeno, saya mohon" ujarnya penuh Isak dan air mata
"Dok" lirih papa ikut berlutut sambil memegang bahu Donghae
"Jeno tadi sempat gerakin jarinya, saya yakin dia bakalan bangun, saya ga bohong, jangan ambil anak saya" lirihnya penuh harap
Para perawat disana hanya bisa ikut menenangkan bunda jaemin yang masih terisak dan menyaksikan Donghae yang masih memohon kepada ayah jaemin
"Jeno, cuman dia yang saya punya" lirihnya
Ayah jaemin tentu merasakan sakit yang sama, jaemin juga anak tunggal, rasanya tak sanggup saat tau anaknya di ambang kematian
"Mas" Panggil papa sambil berlari kearah Donghae dan ayah Jaemin
"Mas saya sudah ketemu pendonor yang tepat untuk jaemin dan Renjun!" Ujar papa bahagia membuat tangis Donghae semakin pilu
Papa hanya bisa memeluk abangnya itu erat saat badannya hampir luruh
Tangis mereka semua pecah, haru memenubi rumah sakit itu
"Setelah ini semua akan baik baik saja, Jeno akan di rawat intensif di rumah sakit keluarga kita di Bandung, dan Renjun akan kami bawa ke german, jaemin juga akan menjalani operasi secepatnya, sebentar lagi semua bakalan baik baik aja mas" jelas papa
Tentu tak ada yang tak terharu, bahkan beberapa perawat dan pasien disana ikut menangis haru
Dan semenjak saat itu mereka memutuskan untuk merawat anak anaknya secara terpisah dengan Janji akan menyatukannya kembali suatu saat nanti
***
Belum apa apa air mata ketiganya sudah lirih
Melihat Jeno yang terbaring lemah dengan banyak alat alat aneh yang hinggap di tubuhnya
Mereka tentu sama sama pernah merasakan di pasangi alat alat seperti itu
Sangat tidak enak dan menyiksa, tak ada yang suka memakai itu
Renjun pertama kali menyentuh tangan Jeno pelan takut menyakiti anak itu
Air matanya luruh tak tertahan, benar benar menyakitkan melihat Jeno seperti ini
"Jen..." Lirihnya
Jaemin menggeleng lemah, ia tak sanggup, sungguh.
Haechan tau jaemin menahan tangisnya, ia hanya bisa memeluk jaemin dan membiarkan anak itu menangis di bahunya
"Jen, kita udah janji bakalan bareng bareng lagi" lirih Renjun
"Kalo kamu capek bilang, tapi jangan pergi" lirihnya
"Kita masih butuh kamu..."
"Jangan pergi" ujar Renjun penuh dengan lara
Jaemin semakin menangis, ia menggenggam tangan Jeno setelah Renjun melepasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan