***
"Ini kenapa?" Tanya Renjun sambil meluruskan tangan Haechan yang dihiasi banyak sekali sayatan
Haechan hanya diam saat Renjun mempertanyakan luka sayatan di tangan haechan
"Haechan ini kenapa?"
"Mami bilang Haechan mendingan mati" lirih Haechan
"Huuuh, kan udah dibilang, mami cuman bercanda Chan, jangan difikirkan" ujar Renjun
"Tapi orang bilang kalo kita lagi mabuk kita pasti ngomong jujur" gumam Haechan
Renjun meringis samar, kasihan Haechan, untungnya papanya tidak pernah meminum alkohol dan berakhir mabuk, Renjun paling takut melihat orang mabuk
"Gausah difikirin!"
"Tapi mami ngomongnya sambil nangis, mami pengen banget aku mati"
"Engga, percaya deh sama aku" ujar Renjun
"Iya percaya" ujar Haechan polos
"Kamu ingat kan Chan, aku selalu bilang, aku bakalan selalu ada buat kamu, aku juga bakalan selalu obatin luka kamu, aku juga selalu nyiapin plester buat kamu" jelas Renjun
Haechan pun mengangguk, setiap ia terluka Renjun selalu menyampaikan kalimat yang sama, jadi ia sudah hapal
"Dan kalo sampe luka nya gabisa aku sembuhin pake plester, itu artinya apa?"
"Artinya bahaya" jawab Haechan polos
"Kamu tau kan bahaya itu apa?"
Haechan mengangguk
"Kalo sampe luka yang kamu buat gabisa di sembuhin pake plester, itu artinya bahaya, dan aku gamau kamu dalam bahaya, ngerti?"
"Ngerti"
"Jangan di ulangin lagi"
"Iya, maaf"
"Minta maaf sama diri sendiri, kasihan badan kamu"
"Iya nanti"
"Sekarang"
"Maaf badan" ujar Haechan polos
"Pinter" ujar Renjun sambil menepuk nepuk rambut Haechan
"Chaan" panggil Renjun saat mendapati Haechan melamun
"Iya?" Jawab Haechan
"Udah selesai" ujar Renjun sambil melepaskan tangan Haechan
Haechan menatap tangannya yang sudah di baluti dengan kain kasa
"Lain kali jangan pukul pohon lagi ya Chan" ujar Jaemin
Haechan pun mengangguk sambil menyunggingkan senyumnya
Haechan tetap lah Haechan, anak yang polos dan jujur kepada teman temannya
Barusan ia langsung menjulurkan tangannya dan menceritakan semua kronologinya secara jujur
"Ayo jemput jeno" ujar Haechan semangat
Renjun pun bangkit dari duduknya lalu mengambil tas sekolahnya
"Dia udah disini dari tadi" ujar Renjun dengan nada datarnya
"Loh?" Tanya Haechan kaget saat melihat Jeno sudah duduk diam di ujung sofa
"Jeno? Dari kapan?"
"Makanya jangan melamun, ayo Jen" ujar Jaemin
Haechan mendengus sebal lalu ikut bangkit bersama teman temannya
***
Sesampainya di kelas jaemin langsung mengeluarkan bekal bekal buatannya dan bundanya
"Ini buat Haechan... Ini Renjun, ini gue dan ini Jeno" ujar Jaemin sambil membagi bagikannya
"Mari makaaaan" seru Haechan semangat
"Sshh aw aw aw" ringis Haechan karna tangannya belum bisa di tekuk terlalu dalam
"Makanya jangan banyak gaya babi" ujar Renjun geram
Haechan pun memanyunkan bibirnya, gimana cara dia makan kalau begini
"Suapin"
"Najis, salah Lo yang bego mukul mukul pohon tolol" seru Renjun to the point
Haechan pun mendengus sebal dan dengan perlahan memakan sandwich buatan Jaemin
"Jen?" Panggil Jaemin karna temannya itu terus saja melamun dan tak menyentuh bekalnya sama sekali
"Jeno" panggil jaemin lagi
"Heran, kenapa pada doyan melamun sih" dumel Renjun
"Jeno" panggil jaemin sambil menyentuh bahu Jeno
Jeno menoleh kaget dan langsung mendorong jaemin membuat anak itu tersentak kaget
Jaemin memegang dadanya mencoba menetralisir detak jantungnya yang berpacu lebih cepat karna kaget
"Jeno!" Bentak Haechan langsung membantu Jaemin
Jeno menatap ketiganya takut, ia memundurkan dirinya perlahan dan kebetulan ia berada di samping dinding
Jeno merasa dirinya terpojokkan, ia pun semakin panik
"Jeno, calm down" ujar Renjun langsung berdiri mendekat kearah jeno
"Jangan sentuh!" Bentak Jeno sambil menutup kupingnya
Kebetulan kelas sudah cukup ramai membuat Jeno menjadi tontonan masa
"Jen" panggil Jaemin lagi namun Jeno semakin ketakutan
"Jangan" ujar Haechan sambil menahan jaemin
Ia tidak mau jaemin terluka, bisa bisa mereka harus melarikan Jaemin kerumah sakit
"JANGAAAANNN!" Pekik Jeno membuat semua orang menegang
'dia kenapa?'
'kaya orang gila'
'kalian jangan dekat dekat, bahaya'
'dia gila?'
'kasihan jaemin'
'ketua kelas, cepat panggil guru'
'hati hati dia bisa jadi gila'
'aku takut'
'renjun jangan sentuh dia, bahaya'
'dia sepertinya gila"SHUT UP!" Bentak Haechan kepada teman temannya yang seenaknya berbicara tanpa filter
"Jen, calm down, ini kita" ujar Renjun
"JANGAN! JANGAN! JANGAN!" Pekik Jeno berulang ulang sembari menutup telinganya ketakutan
"Tolong... Tolong... Tolooong" lirihnya
"Jenoo" panggil jaemin kembaki mendekat kearahnya
"Jaemin tolong..." Lirih Jeno di ambang keputus asaannya
"Iya, aku disini" ujar Jaemin sambil memeluk Jeno
"Chan, panggil guru, cepetan!" Ujar Renjun
Haechan pun langsung berlari dari tempatnya untuk memanggil guru
"Aku takut, aku takut, jangan... Jangan... Tolong tolong siapapun tolong" racau Jeno di tengah isakannya
Jaemin menarik Jeno semakin erat di dekapannya berharap anak itu segera tenang walau ia tidak tahu kapan itu akan terjadi
KAMU SEDANG MEMBACA
best brother [END]
FanfictionTerkadang kita membutuhkan mereka yang bernasib sama untuk menguatkan