Part 9

62 12 0
                                    

Keesokan harinya, bagaskara mulai terlihat di ufuk timur. Cia yang masih diselimuti selimutnya akhirnya terbangun karena sinar matahari yang memasuki sela-sela jendela kamarnya.

"Aduh cepat banget sudah pagi saja. Baru kemarin aku liburan, eh sudah masuk sekolah saja," gerutu Cia sambil beranjak ke kamar mandi.

Setelah selesai, Cia memakai seragamnya dan langsung turun ke bawah untuk sarapan.

"Pagi, Mama," sapa Cia sambil duduk di kursi.

"Hai, pagi juga cantik." Risma yang sedang berada di dapur langsung menyapa anak kesayangannya.

Risma membawa makanan dan ditaruh di meja makan. "Nih sarapannya Mama sudah siapin."

Cia langsung menyantap sarapan yang dibuat oleh sang Mama dengan lahap.

"Terima kasih, Ma."

Setelah selesai, Cia pergi ke sekolah dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"Nak, Mama sama Papa nanti mau pergi ke ada pekerjaan di luar kota, Malang, Jawa Timur. Kamu gak apa-apa, 'kan, Nak? Nanti Bibi yang akan menjaga kamu," ujar Risma kepada Cia.

"Yah, Mama." Cia membulatkan matanya yang berbinar-binar.

"Kamu bukan anak kecil lagi, Sayang. Jaga diri kamu, ya, Nak," pesan Ronald pada Cia.

"Kenapa tiba-tiba, Pa?" tanya Cia dengan memasang wajah sedih.

"Namanya pekerjaan, Nak. Kamu sepertinya bahagia banget, ya, hahaa," ledek sang Papa pada Cia.

"Ah, Papa mah. Aku bahagia banget malah," ujar Cia tersipu malu.

"Baguslah kalau kamu bahagia, Nak. Udah sana berangkat, nanti telat," perintah Ronald pada Cia.

"Iya, Ma. Aku berangkat dulu, ya," pamit Cia sambil mencium punggung tangan Risma dan Ronald.

"Hati-hati, Nak."

"Iya, Ma, Pa."

Cia keluar rumah dengan tergesa-gesa. Karena beberapa menit lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup. Namun, saat Cia sedang berjalan, ada satu motor yang menghalangi jalannya.

"Cia, ayo naik!" ujar pengemudi tersebut.

"Ta-tapi--"

Tanpa menunggu Cia, seseorang itu langsung menarik Cia untuk naik ke motornya. Dengan terpaksa Cia naik dan motor tersebut langsung menuju ke sekolahan Cia.

Setelah sampai, mereka memang tidak terlambat. Namun, sepasang mata melihat mereka bersama. Seseorang itu turun dan membuka helm. Ternyata ia adalah Fahri.

"Kok lo, sih?!" decak Cia sambil memukul Fahri.

"Iya, kenapa? Gak suka?" ujar Fahri dengan sombongnya.

"Makasi. Huft! Gue pikir tadi Ryan," sesal Cia.

"Makanya otak lo itu diisi dengan pelajaran. Jangan Ryan mulu." Fahri meninggalkan Cia di parkiran sendiri.

'Serakah banget tuh cewe, udah punya Ryan malah boncengan sama yang lain.'

'Kasihan Ryan diduain. Mending bebeb sama aku aja.'

'Gak tahu diri banget itu cewe.'

Cia yang mendengar bisikan cibir dari teman-teman yang meliriknya langsung menghampiri mereka.

"Sorry? Are you talking about me?" tegur Cia dengan sopan.

"Dih! Lo cakep? Pengen banget diomongin," sanggah salah satu murid ternyata kelas sebelah.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang