Part 17

37 10 0
                                    

Pelajaran pun dimulai. Cia dengan fokus terus memperhatikan guru yang sedang menerangkan.

Namun, Cia tidak dapat fokus lagi karena Ryan selalu mengganggunya. Bahkan membuat fokusnya terbuyarkan.

"Pst! Pstt!" bisik Ryan pada Cia yang terus menatap papan tulis di depannya.

PTAKK!

Terdengar bunyi penggaris yang Ryan lemparkan ke meja Cia. Guna mengalihkan perhatian Cia dan membuat Cia menatap Ryan. Segala cara Ryan lakukan agar Cia melihatnya.

TAKK!!

Lagi-lagi Ryan membuat pesawat kertas yang ia buat untuk Cia. Ia melemparkan pesawat itu ke arah Cia, namun sayang seribu sayang. Pesawat itu malahan terbang ke arah guru yang sedang mengajar. Ya! Siapa lagi kalau bukan Pak Robert.

"Siapa yang membuat pesawat ini?" tanya Pak Robert dengan tegas.

"Ini pasti ulah kamu, 'kan?" bisik Cia sambil menoleh ke arah samping.

"Aku hanya ingin dapat perhatian kamu," rajuk Ryan lalu menunduk.

"Apa ini tulisannya 'Cia, aku dan pak Robert itu berbeda. Pak Robert mengajar bahasa Indonesia, sedangkan aku mengajarkanmu arti cinta dan bahagia." Pak Robert membaca pesawat kertas yang berisi surat itu dengan suara yang lantang dan nyaring dengan logat bataknya.

"Mampus gue!" gumam Ryan ketakutan.

"Alamak! Siapa yang nulis ini? Maju ke depan!" tegas Pak Robert.

"Saya, Pak!" ujar Ryan sambil mengacungkan tangan dan berjalan ke depan kelas.

"Siapa yang menyuruh kamu menulis ini? Ini jam pelajaran lho, kamu malah asik dengan duniamu sendiri," tegur Pak Robert.

"Maaf, Pak. Saya salah," sesal Ryan sambil menunduk.

"Cia mana? Siapa yang namanya Cia?" tanya Pak Robert lagi.

"Saya, Pak!" ujar Cia dengan mengacungkan tangan kanannya.

"Kamu perhatiin lagi si Ryan ini. Dia butuh belaian dan kasih sayang. Ahay, anak muda ini!!" ledek Pak Robert sambil tertawa kecil.

"Saya boleh duduk, Pak?" pinta Ryan pada Pak Robert.

"Sebagai hukumannya, saat istirahat tiba, kamu lari keliling lapangan 5 putaran karena sudah melanggar peraturan saat jam pelajaran dimulai."

"Baik, Pak."

"Sudah, silahkan duduk," perintah Pak Robert.

"Terima kasih, Pak."

Jam istirahat berbunyi. Ryan menuju lapangan dan berlari sebanyak 5 putaran. Napasnya yang tidak beraturan membuat tubuhnya seketika lemas.

Cia terus menyemangati Ryan. Namun dari jauh, Cia melihat Ryan terkapar di tengah lapangan. Cia langsung berlari dan melihat keadaan Ryan.

"Yan! Bangun, Sayang! Ih jangan bercanda," kata Cia pada Ryan sambil menaruh kepalanya di pangkuannya.

"Ryan! Kamu kenapa?" tanya Rachel yang sok ikut campur.

"Ga usah lo peduli sama Ryan!" ketus Cia sambil mendorong Rachel.

"Ga usah kasar dong!" pekik Raisya membela Rachel.

"Cia, Ryan kenapa?" tanya Vania dan Rina serentak yang muncul tiba-tiba.

"Aku gak tahu." Cia membawa Ryan ke UKS dan menidurkannya di sana.

"Yan, bangun dong!" pinta Cia sambil menunduk dan mencium tangan Ryan.

"Bangun, Yan!" ujar Rina sambil mengoleskan minyak angin pada pelipisnya.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang