"Tapi gue heran, kenapa secepat ini tanpa kasih tahu aku?" gumam Cia pelan.
"Udah, jangan nangis lagi. Makan aja, ya gue traktir deh!" hibur Fahri kemudian memanggil pelayan cafe dan memesan beberapa makanan dan minuman.
Cia hanya mengangguk dan bersandar di bahu Vania. Tidak lama kemudian, makanan pun datang dan Cia langsung menyantapnya dengan lahap.
"Buset! Pelan-pelan, Cia! Lo laper apa kesurupan?" tegur Vania sambil melongo melihat Cia makan begitu banyak.
"Gapapa lah, Sayang. Kasihan dia lagi galau jadi mungkin butuh asupan makan," kekeh Fahri sambil menatap Cia dengan heran.
"Dulu kayanya gue deh yang galauin cowok. Kenapa malah sekarang lo, Cia," ujar Vania sambil menelan air liurnya melihat Cia makan.
"Hehe, maapin, ya. Makasi udah mau traktir gue, Fahri," ujar Cia sambil mengelap mulutnya dengan tissue.
"Kalau lu keinget sama Ryan, makan aja, ya biar lupa." Fahri menuju kasir untuk membayar makanan yang ia pesan tadi.
"Udah, lo jangan nangis mulu, Cia. Lebih baik kita bahagia," kata Vania sambil menepuk pundak Cia berkali-kali.
"Iya."
"Yuk kita pulang!" ajak Fahri pada Cia dan Vania.
"Tunggu, jangan pulang dulu. Aku ingin pergi ke danau sebentar saja," pinta Cia pada Fahri dan Vania.
"Ya sudah."
Cia naik motor sendiri, sedangkan Fajri dan Vania naik motor berdua.
Cia menikmati angin yang menerpa dirinya. Menatap langit melihat terangnya cahaya bagaskara."Dulu, aku dan Ryan selalu begini seperti Vania dan Fahri. Berboncengan berdua mengelilingi kota," gumam Cia sambil tersenyum kecil.
Tidak lama kemudian, mereka sampai dan Cia langsung menuju ke Danau. Cia berteriak untuk menghilangkan kesedihannya. Menatap air danau yang hijau ditemani pohon-pohon yang sejuk.
"RYAN!! AKU TUNGGU KAMU KEMBALI!" jerit Cia yang didengar oleh Vania dan Fahri.
"Biasalah orang lagi galau jadi begini," ujar Vania pada Fahri.
"Mungkin dengan begini Cia merasa sedikit lega," timpal Fahri sambil merangkul Vania.
"RYAN! AKU SAYANG SAMA KAMU!"
"AKU SELALU OVERTHINGKING TENTANG KAMU! SEMOGA KAMU BAIK-BAIK DI SANA!" teriak Cia membuat Fahri dan Vania menggelengkan kepala.
"Oit! Sudah belum? Yuk pulang, sudah sore," ajak Vania pada Cia.
"Iya, terima kasih, ya," ujar Cia kemudian tersenyum.
Mereka akhirnya meninggalkan Danau dan pergi ke rumah masing-masing. Cia mandi dan langsung menuju balkon kamarnya. Menatap indah langit di malam hari dan menikmati suasana malam yang mataram.
Flashback on
"Ih, Sayang. Kamu yang bener dong rapihin barangnya," kekeh Cia sambil melirik Ryan yang tengah merapikan barang customer di Papaya Market.
"Iya, bawel." Ryan terus fokus merapikan hingga melupakan Cia hang berada di sampingnya.
"Ish, kalo kerja itu terlalu asyik banget. Aku dilupain," rengek Cia pada Ryan.
"Enggak, Sayang." Ryan mengelus kepala Cia.
Cia mengelap keringet Ryan yang mulai mengalir di dahinya. "Ya ampun, maaf, ya. Aku ganggu kamu kerja. Lihat nih, kamu sampai keringetan begini."
"Ya ampun, kalian berdua so sweet sekali," celetuk salah satu pelanggan Papaya Market.
"Hehe, iya nih Bu. Pacar saya manja banget," goda Ryan dengan gaya bicara seperti ibu-ibu sedang gosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Teen FictionSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...