Part 18

34 9 0
                                    

Bus pun berhenti di parkiran. Semua murid turun dan berjalan menuju tempat kemping yang lumayan jauh. Cuaca yang bisa dibilang lembab karena habis turun hujan membuat jalanan menjadi basah dan licin.

"Yeayyy sudah sampai!" jerit Vani dengan girang.

"Hust! Kalo kamu lagi ada di daerah orang lain jangan berbicara sembarangan," nasihat Cia pada Vania dan Rina yang berada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya mereka serentak.

"Pamali," sahut Cia singkat.

SYUUTTT!

Saat tengah berjalan di tempat yang terjal, Cia terpeleset. Kakinya terantuk batu membuat dirinya merintih kesakitan.

"Astaga, Cia!" ujar Rina panik.

Cia memegangi kakinya yang terluka dan berusaha untuk berdiri, namun tidak bisa. "Ahhh! Sakitt!"

"Cia kamu bisa berjalan, Nak?" tanya Pak Dirga seraya memegang bahunya.

"Gak bisa, Pak! Sakit!" ringis Cia.

"Kalau gitu, Fahri coba kamu gendong Cia." Pak Dirga memanggil Fahri.

"Iya, Pak." Fahri menggendong Cia, pandangan itu membuat Ryan jengkel dan risih saat memandangnya.

"Makasi," ujar Cia dengan nada juteknya.

"Iya, Sayang. Sama-sama." Fahri tersenyum simpul.

"Inget, ya! Jangan sok kegantengan. Lo disuruh sama Pak Dirga, bukan kemauan gue!" decak Cia pada Fahri.

Sesampainya di tempat kemping, Cia diturunkan lalu Vania dan Rina membantu Cia. Ryan juga langsung menghampiri Cia.

"Kamu gak diapa-apain, 'kan?" tanya Ryan cemas.

"Enggak, Sayang."

"Syukurlah!"

"Perhatian semuanya! Bapak minta kepada kalian semua untuk berkumpul dengan kelompok masing-masing dan segera membangun tenda kalian!" perintah Pak Dirga sambil membacakan nama kelompok.

"Semoga aku dengan Ryan," harap Cia yang didengar oleh Ryan.

"Amin." Ryan tersenyum tipis sambil menatap Cia.

"Ryan, Cia, Rachel, Fahri, dan Rina, kalian sekelompok," tutur Pak Dirga.

"Doa kita dikabulkan," ujar Ryan pada Cia.

"Yeay!" tutur Cia dengan antusias.

Dengan semangat mereka membangun tenda tersebut. Namun, saat membangun tenda, Ryan merasa kehausan.

"Kamu haus?" tanya Cia dengan peka.

"Iya. Minum aku habis, Cia." Ryan terus membangun tenda dengan keringat yang mengalir.

"Tuh di tas aku ada minum. Kamu ambil saja," perintah Cia pada Ryan yang sudah kelelahan.

"Makasi, ya."

"Sama-sama," sahut Cia sambil mengelap keringat Ryan.

Saat membuka tas Cia, Ryan begitu terkejut mengapa ada obat-obatan terlarang. Ryan langsung mengambil obat-obatan itu dan menghampiri Rachel.

"Heh! Lo ga cukup apa nyakitin Cia? Emang selama ini Cia salah apa sama lo?!" ketus Ryan pada Rachel yang sedang duduk santai sambil bermain handphone.

"Maksud kamu apa?" tanya Rachel sok polos.

"Halah! Gak usah pura-pura gak tau! Lo masukin obat-obatan ini ke dalam tas Cia, 'kan?!" decak Ryan pada Rachel.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang