Part 7

69 15 0
                                    

Cia tidak harus berbuat apa dan pasrah begitu saja. Jantungnya begitu berdebar kencang. Hatinya dipenuhi harsa tiada tara.

"I-iya." Cia melepaskan diri dari pelukan Ryan.

Ryan hanya tersenyum kecil melihat sikap Cia yang mulai luluh dengannya. Akhirnya, mereka pergi ke kelas untuk mengikuti pelajaran.

********************************

Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Ryan mengajak Cia untuk pergi ke taman.

"Cia, kita ke taman, yuk!" ajak Ryan pada Cia yang tengah sibuk merapikan bukunya.

"Hm, boleh."

Cia dan Ryan turun ke bawah dan pergi ke taman. Sesampainya di sana, mereka berbincang hangat. Entah kenapa Cia merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Ada apa, ya?

'Kenapa aku deg-degan banget, ya? Apa ini yang namanya jatuh cinta? Tapi, kenapa aku begitu bahagia saat menatapnya? Aduh Cia!' jerit Cia dalam hati.

"Hm, Cia," panggil Ryan sambil membelai kepala Cia.

"Iya, kenapa?"

Ryan memetik bunga mawar yang ada di taman sekolah lalu memberikannya kepada Cia sambil berlutut di hadapan Cia.

"Cia, dari awal pertama aku menemuimu, aku sudah tertarik padamu. Walaupun kamu judes, bahkan sering membuatku menyerah, tapi aku takkan kalah. Aku terus berjuang untukmu. Ayo kita pacaran." Ryan menyatakan perasaannya pada Cia sambil menatap dengan tatapan serius.

"Maaf, ya aku gak bisa." Cia beranjak pergi meninggalkan Ryan sendiri.

Belum jauh Cia melangkah, Ia menoleh ke belakang sambil berteriak,"kok gak ngejar, sih?"

Ryan menoleh ke arah Cia yang sedang tersenyum. Ryan begitu heran dan bingung.

"Tunggu! Jangan tinggalin aku!" jerit Ryan dengan bernada.

"Ahahahaa."

"Jadi maksud kamu gimana? Kamu nolak aku tapi nyuruh aku ngejar kamu?" tanya Ryan kebingungan.

"Kata siapa aku nolak kamu?" ujar Cia sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Maksudnya?"

"Maksud aku, aku gak bisa nolak kamu, Ryan." Cia memegang tangan Ryan sambil tersenyum lebar.

"Jadi? Hari ini kita jadian?" tanya Ryan memastikan.

"Iya, Sayang. Tepat pada hari ini Cia dan Ryan resmi berpacaran," ujar Cia meyakinkan Ryan sambil mencubit batang hidung Ryan yang seperti perosotan. Ya, sangat mancung.

"Makasih, Cia. Makasih kamu sudah mau menerima ku apa adanya." Ryan begitu terharu sambil memeluk Cia yang memiliki badan mungil.

"Ya udah, yuk kita pulang!" Cia mengandeng Ryan dan pergi meninggalkan taman sekolah menuju parkiran.

Di perjalanan, Cia dan Ryan menikmati hari di mana nabastala mulai gelap dan swastamita di ufuk barat sudah nampak memancarkan keindahannya.

Sepanjang jalan mereka berbagi kebahagiaan, menunjukkan sikap perhatian, bahkan saling bermesraan.

"Cia, aku bersyukur ternyata aku masih diberi kesempatan." Ryan menarik tangan Cia dan melingkarkannya pada pinggangnya.

"Kesempatan apa?" tanya Cia dengan dagunya yang berada di bahu Ryan.

"Kesempatan untuk memiliki dan mencintaimu, ahay!" ujar Ryan girang.

"Aku juga. Aku cuek tuh karena merasa semua cowok sama aja. Tapi, ternyata aku melihat kamu berbeda dari yang lain." Cia tersenyum dari kaca spion motor Ryan.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang