KRING!
Bel pertanda pergantian pelajaran pun telah berbunyi. Para siswa di kelas kelas tersebut mulai saling berkeluaran dan mengemas barang-barang.
"Baiklah, anak-anak. Cukup sekian pelajaran kita hari ini, mudah-mudahan kalian memahami materi yang Ibu jelaskan tadi," ujar Bu Kurnia lalu pergi meninggalkan kelas Cia.
"Terima kasih, Bu!" teriak semua anak serentak.
Pak Dirga, selaku wali kelas Cia datang ke kelas untuk mengajar. Pak Dirga salah satu guru yang bisa dibilang asik, masih muda, dan pengertian. Sifatnya memperlakukan murid-murid bagaikan hubungan adik perempuan dengan kakak laki-laki.
"Anak-anak, hari ini kita tidak belajar dulu karena sebentar lagi kita akan mengikuti study tour ke daerah Bogor. Kita akan belajar tentang alam di sana, dan Bapak harap kalian mempersiapkan semuanya dengan baik." Pak Dirga menulis di papan tulis.
"Asik, kita jalan-jalan," seru Vania pada Cia yang terkekeh melihat sikapnya.
"Cia, nanti kita bareng, ya," pinta Ryan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Nah, kalian membawa barang bawaan seperti yang tertulis di papan tulis dan keperluan lainnya seperti obat-obatan dan lain-lain," ~ujar~ (jelas) Pak Dirga menerangkan.
"Baik, Pak!"
"Ingat! Jangan membawa barang berlebihan juga. Nanti ribet sendiri bawanya," pesan Pak Dirga lagi.
"Akhirnya refreshing juga otak gue," teriak Zidan dengan bersemangat.
"Baiklah, kalian sekarang boleh pulang karena Bapak dan Ibu guru akan rapat mengenai study tour yang akan diadakan." Kata Pak Dirga keluar kelas.
Cia beranjak ke luar kelas melamun di balkon sekolah sambil menghirup udara segar. Vania yang berada di sampingnya merangkul Cia untuk pulang bersamanya.
"Ayo, Cia kita pulang bareng!" seru Vania sambil menggandeng tangan Cia.
"Iya, yuk!" lanjut Cia mengiyakan.
"Cia, kamu mau pulang sama aku, gak?" tanya Ryan yang muncul dari belakang Cia dan Vania.
"Aku pulang sama Vania dulu. Kamu duluan aja," tolak Cia secara halus.
"Kamu marah, ya sama aku?" ujar Ryan memasang wajah menyedihkan.
Cia menghela napas dalam-dalam. "Aku gak marah sama kamu. Gantian dong aku pulang sama Vania, kasihan dia gak ada temen buat pulang."
"Ya udah kamu hati-hati, ya. Jangan lupa kabarin aku." Ryan membelai rambut Cia berwarna hitam pekat.
Cia dan Vania pulang bersama. Di perjalanan, Cia begitu senang karena bisa pulang bersama Vania. Karena, mereka jarang pulang bersama semenjak Cia menjalin hubungan dengan Ryan.
"Lo semenjak ada Ryan menurut gue lebih susah meluangkan waktu sama gue," gerutu Vania sambil cemberut.
"Ya, maap. Nanti juga lo kalo deket sama cowok kaya gitu juga," ujar Cia sambil terkekeh.
"Jangan berubah, ya, Cia. Tetap jadi sahabat yang gue kenal," harap Vania pada sahabatnya.
"Berubah? Power ranger kali ah! Hahah!" Cia tertawa terpingkal-pingkal.
"Ish, serius gue, Cia," rengek Vania sambil berjalan di samping Cia.
"Iya, gue gak akan berubah. Gue akan selalu menjadi teman sejati dan sahabat terbaik lo, Van." Cia memegang tangan Vania dan mereka pun berpelukan.
"Terima kasih sudah mau menjadi temanku," ujar Vania pada Cia kemudian melepas pelukannya.
"Aku, juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Teen FictionSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...