Part 13

43 11 0
                                    

Ryan dan Vania mencari keberadaan Cia. Mulai dari kantin, UKS, taman, depan gerbang, bahkan ruang musik tidak jua menemukan Cia.

"Huft! Hampir semua sudut sekolah kita cari tapi nihil," gerutu Vania pada Ryan.

"Ayo dong semangat! Cia gue gak boleh hilang." Ryan duduk di dekat perbatasan taman dengan gudang yang terbengkalai di belakang sekolah.

"Kalau semua sudah kita kunjungi, ada satu tempat yang belum kita kunjungi," ujar Rina yang datang tiba-tiba ke arah Ryan dan Vania.

"Lho? Lo bukannya geng Rachel? Kenapa di sini?" tanya Ryan sinis.

Rina duduk di sebelah Ryan sambil berkata,"gue mau jadi teman kalian. Apakah gak boleh?"

Vania dan Ryan saling berpandangan melihat sikap Rina yang menurut mereka mencurigakan.

"Tenang saja. Aku bukan mata-mata geng Rachel, kok. Aku sudah keluar dari geng mereka karena sikap mereka seperti setan yang tidak punya akhlak." Rina termenung meratapi nasibnya.

"Iya, kami mau jadi temanmu, kok. Sekarang cari kemana lagi?" ujar Vania kelelahan.

'Cia ... Sabar, Sayang. Aku pasti akan menemukanmu,' batin Ryan gelisah.

PRANK!

Vania, Ryan, dan Rina pun kebingungan dan terkejut saat mendengar suara seperti pecahan dari arah gudang yang tidak jauh dari mereka berkumpul. Mereka dengan cepat langsung menghampiri gudang itu dan mengeceknya.

"Ada orang di dalam?" teriak Ryan namun tidak ada yang menjawab.

"Ehm! Ehm!" jerit Cia mungkin tidak terdengar dari arah luar.

"Sepertinya tidak ada orang di sini. Kita pergi saja, yuk!" Vania melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu.

"Tunggu! Aku yakin Cia ada di sini," Ryan mendekatkan telinganya pada pintu gudang tersebut.

"Ya sudah tunggu apa lagi. Dobrak saja!" tutur Rina menyarankan.

"Baik."

Perlahan Ryan menjauh dan berlari sekuat tenaga dan akhirnya ...

BRUK!

"CIA!" jerit Vania melihat Cia dililitkan tali begitu mengenaskan. Mulutnya yang dilakban hitam membuat Cia tak berdaya dan begitu lemah.

Dengan sigap Ryan berlari menghampiri Cia dan membantu Cia melepas tali yang melilit tubuhnya.

Setelah ikatannya lepas, Cia lemas hingga jatuh ke pelukan Ryan. Ryan membelai rambut Cia lalu memeluknya.

"Cia, aku khawatir sama kamu, Sayang. Kamu kenapa di sini?" tanya Ryan kemudian meneteskan air mata.

"M-maaf a-aku su-sudah membuatmu sedih," sesal Cia dengan terbata-bata.

"Cia, kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Rina pada Cia.

"K-kok kamu di sini? Rachel gak marah?" ujar Cia dengan lemas.

"Aku mau menjadi temanmu. Aku tidak ingin mempunyai teman yang tidak punya hati nurani," jelas Rina.

Cia hanya tersenyum manis dan mengganggu tanda setuju mereka telah berteman. Namun, Vania yang sedang mengitari ruangan itu menemukan gelang berwarna hitam yang berada di tempat Cia disekap.

'Apa ini? Hm, aku simpan saja, deh.' batin Vania lalu menyimpan gelang itu didalam sakunya.

"Cia, kenapa badan kamu lemas dan panas sekali?" Ryan memegang dahi Cia.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang