Part 22

53 10 0
                                    

"Rachel! Gila lo!" jerit Vania yang begitu kaget.

"Mau apa lo semua? Hah!" Rachel tertawa jahat.

"Lo kaya psikopat tahu gak sih?! Ryan itu temen lo, Hel! Lo tega bunuh dia?!" decak Vania pada Rachel.

"Haha! Gue memang psikopat! Mau Ryan gebetan gue, suami gue, bahkan teman sekalipun gue gak peduli! Kalo gue kesel ya udah gue akan habisi nyawanya! Haha!" Rachel memegang pisau itu dan hampir melukai Ryan.

Dengan sigap Fahri yang berada di belakang Rachel menggagalkan aksinya. Fahri memukul Rachel dengan kayu balok hingga Rachel tidak sadarkan diri.

"Silahkan bawa Rachel ke kantor polisi, Pak," tutur Fahri pada Pak Polisi dan memborgol tangan Rachel lalu membawanya ke dalam mobil tahanan.

Sedangkan Cia langsung dibawa ke rumah sakit untuk melakukan tindakan medis.

Sesampainya di sana, Cia langsung dilarikan ke UGD untuk perawatan intensif. Tidak lama kemudian, orang tua Cia datang ke rumah sakit dengan begitu cemas.

"Nak, Cia kenapa?" isak Risma pada Vania sambil memeluknya.

"Cia tadi diculik oleh Rachel dan Fahri, Tante!" jelas Vania sambil melirik sinis Fahri yang sedang menunduk.

"Kamu kenapa tega sama anak Om, Nak?!" bentak Ronald pada Fahri.

"Sa-saya minta maaf, Om, Tante, saya menyesal," sesal Fahri sambil mencium tangan Risma dan Ronald.

"Saya kecewa sama kamu!" ketus Risma lalu duduk di kursi sambil menunggu perkembangan anaknya.

Tidak lama kemudian, Dokter keluar dari ruangan Cia dan disambut oleh keluarga Cia dan sahabatnya.

"Apa ada keluarga dari Cia?" tanya Dokter tersebut.

"Kami, Dok," tutur Risma dan Ronald.

"Begini, anak Ibu untungnya segera dibawa ke rumah sakit. Kalau tidak kami tidak bisa memastikan kondisi Cia sekarang ini," jelas Dokter tersebut.

"Keadaanya sekarang bagaimana, Dok?" tanya Risma khawatir.

"Dia tidak apa-apa kok, hanya sebuah peluru yang melukai dada Cia. Namun, sudah kami atasi," lanjut Dokter tersebut.

"Syukurlah! Kami boleh masuk, Dok?" tanya Ronald pada Dokter.

"Boleh, Pak. Silahkan." Dokter mengarahkan ke dalam kamar Cia yang tengah berbaring.

"Baiklah, terima kasih banyak Dokter," tutur Risma dan Ronald.

Mereka langsung masuk ke dalam ruangan dan melihat Cia terbaring lemah untuk kesekian kalinya di rumah sakit.

"Ini semua karena kamu, Fahri! Lihat, 'kan Cia begini karena ulah kamu!" murka Ronald pada Fahri.

"Om, sudah, Om. Fahri khilaf dan sudah meminta maaf. Om sabar, ya semua hanya musibah, Om," ujar Ryan menenangkan Ronald.

"Udah, Pa. Yang penting Cia selamat sudah cukup." Risma membela Fahri.

"Ahh! Sakit!" lirik Cia memegang dadanya.

"Cia, Sayang! Bangun, Nak, ini mama," panggil Risma sambil membelai rambut Cia.

"Ma? A-aku di mana?" tanya Cia kemudian duduk di brangkar.

"Kamu di rumah sakit, Sayang," jelas Risma pada Cia.

"Cia, aku minta maaf sudah melukai kamu," tutur Fahri sambil memegang tangan Cia.

"Iya, gue udah maafin lo." Cia tersenyum namun wajahnya masih agak kesal.

"Sini, Sayang aku suapin kamu, ya," ujar Ryan sambil menyiapkan bubur hangat pada mulut Cia.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang