Part 24

50 10 0
                                    

"Lho? Pak Santoso?" ujar Ronald tiba-tiba.

"Pak Ronald?" sahut Santoso bertanya yang membuat suasana menjadi tawa dan bahagia.

"Iya, saya Santoso." Santoso mengulurkan tangan kepada Ronald.

"Papa kenal sama Papanya Ryan?" tanya Cia heran.

"Iya, Santoso ini teman rekan kerja Papa," jelas Ronald.

"Anak jeng cantik juga, ya," puji Yuliana pada Risma.

"Iya, jeng," kekeh Risma.

"Ibunya saja cantik apalagi anaknya," lanjut Yuliana memuji.

"Jeng bisa saja."

Tanpa disangka, keluarga Ryan dan Cia semakin akrab. Namun, perbincangan mereka berakhir di sini karena pembagian rapot akan segera dimulai. Tidak lama menunggu, Ryan dan Cia sudah mengambil rapot mereka dan betapa terkejutnya Cia melihat hasil rapotnya.

"Cia, hasil kamu berapa?" tanya Ryan penasaran.

"Nilai aku rata-rata 9, Yan. Dan aku juara 3," ucap Cia dengan girang.

Ryan memeluk Cia sambil berbisik,"aku bangga sama kamu, selamat, ya, Sayang."

DEGH!

Seluruh aliran darah Cia, entah mengapa begitu. Pelukan ini nampak berbeda, lebih mengartikan makna yang sulit ditafsirkan.

Ryan melepas pelukannya dan merangkul Cia dengan lembut. Sedangkan Cia meletakkan kepalanya dengan manja di bahu Ryan.

"Nilai kamu berapa, Sayang?" tanya Cia penasaran.

"Hm, rata-rata 9 juga, juara 4 di bawah kamu," jelas Ryan kemudian tertunduk.

"Cia, Ryan!" panggil seseorang dari belakang yang ternyata Vania dengan Fahri dan Rina.

"Cia, lo rangking 3?" tanya Fahri yang datang tiba-tiba.

"Iya," balas Cia.

"Lo Yan?" tanya Fahri lagi.

"Cuma rangking 4," jelasnya kemudian tertunduk.

"Yaelah, juara 3 dan 4 doang mah gak keren," timpal Fahri dengan sombong.

"Lo rangking 1, Ri?" tanya Vania antusias.

"Jelas, bukan," sahut Fahri.

"Lalu?" tutur Rina dengan menaikkan alisnya.

"Rangking 36 dari 36 siswa, hahaha, spesial, 'bukan?" kekeh Fahri tanpa malu dan justru malah bangga.

"Dahlah!" geram Vania.

"Ya udah, yuk, kita jalan saja," ajak Ryan sambil menggandeng tangan Cia.

"Yuk!" seru Rina dengan antusias dan tidak sabar.

"Lah, gaskeun!" sahut Fahri dengan bergaya.

Mereka berangkat diiringi semilir angin yang sepoi-sepoi dan menyejukkan.

Sesampainya di sana, mereka mulai bermain, mulai dari istana boneka, kereta misteri, kora-kora, rooler coaster, dan permainan lainnya yang menantang dan menegangkan.

Setelah puas bermain, mereka membeli makanan dan berbincang-bincang hangat. Namun, saat Ryan sedang bermesraan dengan Cia, handphone Ryan berbunyi.

KRING! KRING!

"Halo"

"Kamu di mana, Nak?"

"Iya, aku lagi di Dufan sama teman-teman. Kenapa, Pa?"

"Oh, udah selesai, Nak?"

"Udah, Pa. Ini lagi duduk aja"

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang