Sesampainya di rumah, Cia kembali ke kamarnya dan mandi lalu merebahkan dirinya. Ia belajar di meja, namun pikirannya terus memikirkan Ryan.
"Ish! Pergi lo dari pikiran gue! Gue mau belajar," rengek Cia kemudian menutup bukunya dan rebahan di kasurnya.
"Ryan! Lo kenapa malah welcome ke mereka sih? Lo tuh gak peka banget sih kalo gue itu cemburu!" decak Cia pada dirinya sendiri.
Cia memutuskan untuk mendengarkan lagu galau yang sesuai dengan perasaannya hari ini. Ya! Cia memutar lagu Kenanglah aku - Naff.
Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski 'tak bersamaku
Bila nanti kau 'tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmuCia akhirnya memejamkan mata, merebahkan pikiran, dan terlelap tidur.
Keesokan harinya Cia bangun dan bersiap-siap. Cia mandi, ganti baju, dan memakai seragamnya. Orang tua Cia seperti biasa menyambutnya dengan hangat.
"Pagi, Sayang," sapa Risma dengan semangat.
"Pagi, Ma." Cia begitu lemas dan duduk di kursi untuk sarapan.
"Kenapa, Nak? Kelihatannya lemes banget. Kamu sakit lagi?" tanya Ronald heran pada Cia.
"Fisik aku ga sakit, Pa. Tapi hati aku yang sakit." Cia memakan roti dan meminum susu sambil melamun.
"Siapa yang nyakitin kamu?" tanya Mama dengan lembut.
"Ryan. Dia masa ke kantin sama temen aku," gerutu Cia layaknya laporan kepada sang Ayah.
"Kamu harus banyak sabar. Ryan itu pintar, baik, gak sombong. Mungkin saja dia mau berbuat baik, gak ada salahnya, 'kan?" ujar Ronald menasehati Cia.
"Iya, udah Cia berangkat sekolah dulu, ya." Cia mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan langsung pergi ke sekolah.
Setelah sampai di Sekolah, Cia begitu lemas dan tidak bergairah. Ryan melihat Cia dari jauh namun tidak menyapanya, karena bagi Ryan mungkin Cia butuh waktu untuk sendiri.
Pelajaran pertama dimulai.
KRING!
Waktunya istirahat pun tiba. Ryan tetap saja mengabaikan Cia dan mencoba membiarkan Cia menenangkan dirinya. Ia tidak ingin Cia malah semakin marah jika dirayu.
'Ah! Sudahlah! Biar saja. Ryan juga gak peduli. Apakah dia msih sayang sama aku? Kenapa dia malah cuekin aku? Seharusnya 'kan dia bujuk aku! Huh! Dasar cowok!' batin Cia dalam hati.
Ryan langsung menghampirinya yang bersama dengan Vania. Ryan mencoba meminta maaf pada Cia.
"Cia! Aku minta maaf, ya," sesal Ryan sambil memegang tangan Cia.
"Hm."
"Kamu jangan marah."
"Gimana aku gak marah sih? Cowok aku sendiri lebih milih di aja ke kantin sama si PHO cap badak itu daripada bujuk pacarnya sendiri," seru Cia pada Ryan.
"Iya, aku salah. Maafin aku," ujar Ryan lagi.
"Gak tahu lah! Sekarang terserah kamu. Aku cape!" decak Cia pada Ryan yang membuatnya terdiam.
Cia terus berjalan bersama Vania. Namun langkahnya terhenti saat Ryan memeluk Cia dari belakang dan berbisik di telinganya "Aku janji gak akan ulangi lagi. Maafin aku."
Cia berbalik dan menatap Ryan. Lalu pergi meninggalkan Ryan sendiri. Vania begitu heran sekaligus terharu melihat perjuangan Ryan yang begitu sayang pada sahabatnya, Cia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Teen FictionSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...