Namun, Cia hanya terdiam tanpa suara. Kedua orang tuanya terus mengkhawatirkannya. Sampai akhirnya, Ryan pun berusaha mencairkan suasana.
"Hm, Om, Tante. Perkenalkan saya Bryan Adelio, temannya Cia. Saya yang membawa ke rumah sakit karena Cia tadi pingsan. Kata Dokter, Cia terkena penyakit maag akut. Penyakit ini bisa disembuhkan asalkan pola makan Cia teratur, Om, Tante," jelas Ryan pada kedua orang tua Cia.
"Terima kasih, Nak Ryan sudah menjaga Putri kami," ujar Ronaldo.
"Sama-sama, Om. Kalau begitu, saya pamit dulu, ya Om." Ryan mengambil tasnya dan pamit kepada kedua orang tua Cia.
"Ryan, jangan pergi!" lirih Cia sambil menahan pergelangan tangan Ryan.
"Cia, sekarang 'kan ada Mama sama Papa yang menjaga Cia di sini," terang Risma.
"Kalian? Bukannya selama ini kalian sibuk dengan pekerjaan kalian masing-masing?" ketus Cia sambil menatap orang tuanya.
"Kami bekerja juga untuk kamu, Cia." Papa mengelus kepala Cia.
"Apa harus seharian penuh Pa? Buat apa Papa dan Mama mati-matian kerja tanpa memikirkan perasaan Cia. Cia sendiri di rumah, Ma, Pa. Cia berasa tidak mempunyai orang tua karena kalian terlalu sibuk. Cia itu butuh kasih sayang dan perhatian dari kalian." Suara Cia menjadi parau dan Cia pun menangis sejadi-jadinya.
"Maafin Mama dan Papa, Cia. Kami berjanji akan lebih memperhatikan kamu, Sayang." Papa dan Mama Cia memeluk Cia dengan kasih sayang.
Lebih baik kehilangan harta dibandingkan kehilangan kasih sayang orang tua. Ryan pun ikut terharu dan Ryan tetap pergi karena tidak ingin mengganggu keluarga yang mulai menjalin hubungan yang harmonis.
"Om, Tante saya pamit, ya. Cia, cepat sembuh, ya." Ryan keluar dari kamar dan pergi ke rumahnya.
Beberapa hari kemudian ...
Cia masuk sekolah dan sudah sembuh dari penyakit maagnya walaupun begitu, Cia harus menjaga pola makannya.
Cia disambut dengan Vania yang selalu ada untuknya. Pada saat jam istirahat, Cia pergi ke kantin untuk makan siang. Ia memesan bakso, sedangkan Vania memesan mie ayam.
Mereka duduk di tempat paling pojok, karena menurut mereka tempat itu adalah tempat yang paling nyaman dan teduh.
Saat mereka sedang duduk, Cia melihat seseorang yang tidak asing baginya.
'Sepertinya aku mengenal dia. Tapi siapa, ya?' pikir Cia dalam hati.
Makanan pun datang. Cia dan Vania melahap sampai habis. Setelah makan, Cia dan Vania berbincang-bincang.
"Tau gak? Itu yag duduk di pojok dekat kita, dia namanya Alfahri Budivian, anak baru di sekolah kita juga. Cuma dia anak XI-IPA 2," jelas Vania pada Cia.
"Al fa-fahri Budivian?" gumam Cia mengeja nama tersebut.
"Iya, lo kenal?" tanya Vania.
Sontak Cia langsung menghampiri Fahri dan benar saja, Fahri yang dimaksud Cia adalah teman kecilnya yang sudah menyelamatkan Cia waktu Ia diculik oleh penjahat.
"Fahri?" panggil Cia dengan ragu.
"Iya." Fahri menoleh dan terkejut bahwa Cia satu sekolah lagi dengannya.
"Argh! Kita satu sekolah lagi!" jerit Cia histeris kemudian langsung dipeluk oleh Fahri.
Saat adegan itu, Ryan tiba-tiba saja datang. Ia melihat Cia dipeluk oleh cowok lain.
"Permisi, boleh gabung, gak?" tanya Ryan sambil menatap mereka berdua.
Cia dengan sigap langsung melepas pelukan Fahri. Namun, Fahri begitu terkejut melihat kedatangan Ryan, cowok asing baginya yang menurutnya ingin mendekati Cia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Teen FictionSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...