Part 12

46 12 2
                                    

Setelah mereka selesai makan, Ryan mengantarkan Cia pulang ke rumahnya. Terpapar bintang gemilang di atas nabastala yang indah. Mendukung kemesraan Cia dan Ryan yang sedang di mabuk cinta.

"Sayang, kamu tahu gak apa bedanya aku sama tanaman kaktus?" tanya Ryan pada Cia sambil fokus menyetir motornya.

"Hm? Kamu manusia, tanaman kaktus, ya tanaman?" Cia menaruh kepalanya pada pundak Ryan.

"Salah!"

"Hm, kamu punya pacar, tanaman gak punya pacar?" tebak Cia lagi.

"Bukan, sayang," ujar Ryan dengan sabar.

"Terus apa dong?"

"Nih, kalau tanaman kaktus 'kan bisa hidup tanpa air. Sedangkan aku, tidak bisa hidup tanpa kamu," gombal Ryan sambil tertawa kecil.

BLUSH!

'Ryan!!!!' batin Cia menjerit dan hanya tersenyum malu.

"Haha! Lagi gak?" tanya Ryan merasa puas.

"Lagi apa?" Cia mendongak dan menatap Ryan dengan dekat.

"Ya lagi ngeboncengin calon istriku lah, hahaha!" Ryan tertawa lepas melihat pipi Cia yang merah merona.

"Ish! Kamu mah, calon istri apanya!" Cia memukul pundak Ryan dengan manja namun Ryan memegang tangan Cia.

"Haha, amin dong."

"Iya, amin!!" bisik Cia ditelinga Ryan.

"Jangan pergi, ya, Cia," gumam Ryan sambil mencium tangan Cia.

"Aku gak akan kemana-mana, kok, Yan."

Jomblo jangan nyegir-nyengir aja😆
Canda nyengir🤣

Lanjotttt thorrr!!

Cia akhirnya sampai di rumahnya. Ryan dengan peka langsung melepaskan helm yang Cia kenakan.

"Makasi untuk hari ini." Ryan menatap manik Cia dan tersenyum kecil.

"Kenapa tertawa?" tutur Cia dengan heran.

"Gak apa-apa. Kamu lucu banget, pipinya merah gitu."

"Ih apa sih!" sanggah Cia lalu menatap sinis Ryan.

"Bilang saja kamu terpesona ... Cia terpesona (bernada). Iya, 'kan? Haha," ledek Ryan.

"Gak tau ah!" decak Cia merajuk pada Ryan.

"Jangan ngambek dong, Sayang. Makin gemes 'kan pipinya mengembang." Ryan terus tertawa melihat sikap Cia yang menggemaskan.

"Ya udah sana pulang. Sudah malam," tutur Cia.

"Oke, sa pamit mo pulang," kata Ryan dengan bernada.

"Hati-hati, ya."

Ryan pun pergi dan Cia langsung masuk ke dalam rumahnya, lalu ke kamar untuk mandi. Cia berganti baju piyama berwarna biru muda dan langsung duduk ditepi kasurnya.

'Oh, Tuhan! Betapa manisnya dia!" Cia memejamkan matanya dan mengingat kejadian Ryan memegang dan mencium tangan Cia.

Keesokan harinya, Cia berangkat ke sekolah. Seperti biasa Cia bangun tidur, mandi, dan berganti baju seragam. Namun, kali ini Cia tidak disambut hangat oleh kedua orang tuanya karena masih ada urusan di luar kota. Meskipun demikian, Cia memiliki Bi Intan yang selalu ada untuknya.

"Pagi, Non. Sarapan dulu Non," saran Bi Intan pada Cia.

"Iya, Bi. Bibi juga makan, ya."

Setelah selesai sarapan, Cia pamit kepada Bi Intan dan langsung berangkat ke sekolah. Cia berjalan ke kelasnya. Cia mengambil topinya lalu kembali turun ke bawah menuju lapangan sekolah karena akan mengikuti kegiatan upacara.

RYAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang