Langit sudah mulai tampak gelap. Setelah selesai mengambil kayu, Rachel dan Ryan kembali ke tenda pukul 5 sore. Sedangkan Fahri sudah tiba lebih dulu tanpa ada Cia di sampingnya.
"Lho? Cia kemana?" tanya Ryan pada Fahri.
"Lah dia tadi bilangnya pergi duluan. Makanya gue bawa ember sendirian." Dusta Fahri dengan gaya sok kegantengannya.
"BOHONG LO!" decak Ryan lalu pergi menghampiri Pak Dirga.
"Yan, Fahri 'kan sudah bilang dia tidak tahu apa-apa. Kenapa kamu malah meyudutkannya?" tanya Rachel membela Fahri.
"Kenapa lo belain Fahri? Gue jadi curiga kayaknya kalian semua terlibat." Tebak Ryan dengan muka kesal.
Rachel tersenyum kecut dan begitu ling-lung. Sedangkan Fahri memelototkan matanya untuk mengode Rachel.
"Haha! Kalo mau licik tuh yang pinter, belajar sama gue sini," kelakar Ryan sambil menatap Fahri dengan sinis.
"A-apa sih, Yan?" bela Rachel dengan gelagapan.
"Kalo sampe Cia kenapa-napa, lu berurusan sama gue! Nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi, mata ganti mata, bro!"
Ryan menghampiri Pak Dirga yang tidak jauh darinya dengan keadaan yang panik dan cemas. "Pak! Cia belum kembali. Saya ingin pergi mencarinya."
"Cia hilang? Kok bisa? Tadi Cia pergi sama siapa?" tanya Pak Dirga yang berada di tendanya tidak jauh dari tenda Ryan.
Fahri mengacungkan tangan dengan wajah tidak bersalah. Emosi Ryan terus menyala dan Ryan terus berkoar-koar.
"Ya sudah kamu cari Cia, nanti Bapak nyusul!" Perintah Pak Dirga.
"Yan, gue sama Vania ikut," ujar Rina lalu diangguki oleh Ryan.
Mereka mulai mencari Cia. Vania dan Rina begitu lelah karena terus berjalan mengitari hutan. Namun mereka terus mencari Cia tanpa lelah. Mulai dari hutan sampai akhirnya mereka berada di tepi sungai.
"Ini harapan terakhir kita buat mencari Cia," tutur Rina pasrah.
"Cia! Kamu di mana?!" teriak Ryan sambil menyipitkan netranya ke sekeliling hutan.
"Di sini hanya ada sungai. Apa mungkin Fahri mendorong Cia ke sungai?" tebak Vania sambil meneliti dari tepi sungai.
"Cia!"
"Sayang!"
"Ciaa keluar dong!"
Mereka terus memanggil Cia bersahut-sahutan. Hingga akhirnya terdengar suara rintihan dari dalam sungai.
"Tolong!" jeritan seseorang itu yang sudah mengambang di sungai.
"Lo denger gak?" tanya Rina pada Fahri dan Vania.
"Iya, jangan-jangan itu Cia?" Ryan terus berjalan mengikuti arah sungai.
"Tolong!" Suara itu semakin lama semakin kecil hingga menghilang.
"Itu kayak Cia, Yan!" jerit Vania yang melihat seseorang sudah mengambang di sungai.
"Eh, iya!"
Ryan membuka sepatunya dan langsung berenang ke sungai untuk menghampiri seseorang tersebut. Benar aja, seseorang itu ialah Cia. Wajahnya sudah pucat dan lemas.
"Cia! Sayang, bangun!" Ryan menepuk-nepuk pipi Cia.
"Yan, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah bertahan sejauh ini, aku cape, Yan." Cia tersenyum tipis dan langsung pingsan dalam pelukan Ryan.
Ryan langsung membawa Cia ke tepi sungai dan membaringkannya di sana. Vania dengan Rina panik hingga membuat Ryan kebingungan.
"Cia, bangun!" Vania memompa dada Cia agar Cia sadar namun hasilnya nihil.

KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Fiksi RemajaSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...