Sinar matahari tak terlihat. Tertutup oleh awan hitam yang pekat dan angin yang bergemuruh. Langit suram, begitu mendung disertai petir yang mulai bermunculan. Awan yang menampung air hujan, kini telah menumpahkannya ke daratan.
Cia yang tadinya sedang berjalan menyusuri kota akhirnya masuk ke sebuah supermarket untuk membeli makanan sekaligus berteduh di sana.
"Selamat datang di Papaya market. Selamat berbelanja," teriak salah satu karyawan di supermarket tersebut.
Suasana keriuhan begitu terdengar saat aku berada di dalam supermarket. Banyak orang yang berlalu-lalang mengambil barang yang dibutuhkan. Ditambah dengan suara air hujan yang memenuhi supermarket tersebut.
Tanpa sengaja pandangannya terarah kepada seseorang yang cukup menarik perhatian. Cowok itu sedang membantu kasir memasukkan barang pelanggan dan begitu semangat dalam bekerja.
Cia tidak tahu siapa namanya, namun ia mendengar teman cowok itu memanggil dia "Ryan". Mungkin namanya Ryan, entahlah Cia tidak peduli.
BRUK!
Tiba-tiba, tanpa sengaja, ada seseorang yang tidak sengaja menabrak Cia. Barang yang ia bawa pun terjatuh dan terserak sembarangan
"Eh, maaf saya tidak sengaja," ujar seseorang yang menabraknya.
"Iya, gak apa-apa," sahut Cia sambil mengambil semua barang belanjaannya.
"Sini aku bantu," ujar seseorang yang ternyata Ryan.
Bryan Adelio, cowok berbadan tinggi, berambut hitam, berkulit putih, memiliki senyum yang begitu manis, memiliki mata coklat yang menawan, dan bibirnya yang begitu tipis. Dengan gengsi yang mahal, Cia menepis tangan Ryan dan ia langsung berdiri sambil menatap Ryan. "Gak usah, makasi."
Ryan hanya tersenyum kecil dan akhirnya pergi meninggalkan Cia sendiri.
Deg!
Ryan POV
'Dasar cewe aneh! Di tolongin malah gak mau, mana ada cewe yang nolak gue kaya dia!' batin Ryan kemudian kembali bekerja.
'Senyuman itu mengapa membuat hati gue seketika berhenti berdetak?' batin Cia.
Wajahnya memerah, gertakan gigi terdengar seperti kedinginan, badan Cia begitu lemas. Tanpa berpikir panjang, akhirnya ia membayar belanjaannya ke kasir. Sekilas terbit senyumnya mengingat bagaimana indahnya Ryan dan bagaimana menawannya sosok yang baru saja ia temui itu.
Ryan terus memperhatikan Cia dari jauh. Sorot matanya terus menatapnya. Cia sangat peka bahwa Ryan curi-curi pandang kepadanya. Mereka saling bertatapan, namun karena sifat Cia yang bisa dibilang cuek dan bodo amatan, akhirnya Cia keluar dari supermarket meninggalkan Ryan dan berusaha terlihat biasa saja dan melirik Ryan dengan sinis.
Tanpa diduga, Ryan datang menghampiri Cia yang sedang menunggu hujan reda dan menyodorkan payung kepadanya karena hujan akan berlangsung lama.
"Pakai payung gue aja," ujar Ryan singkat.
"Gak usah! Makasih," tolak Cia dengan satu tangannya yang membawa kantong belanja.
"Ga boleh ditolak! Mau diambil atau gue payungin sampe depan rumah lo?" ledek Ryan membuat Cia akhirnya mengambil dan berjalan pulang ke rumahnya.
Namanya juga cewek, memiliki gengsi yang tinggi. Padahal saat sudah pergi, hatinya serasa meleleh setengah mati.
True girls?
Hahaha canda gengs!^^
Lanjut!
Dalam perjalanan menuju rumah, senyuman tadi terus terbayang dalam pikirannya. Cia bisa dibilang anak yang mandiri, ia tinggal di rumah yang cukup mewah. Namun, orang tuanya sangat sibuk bekerja hingga Cia tumbuh menjadi wanita yang bodo amat dan kurang kasih sayang kedua orang tua.

KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
JugendliteraturSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...