Cia begitu shock hingga akhirnya penculik tersebut berkelahi dengan seseorang yang menyelamatkannya.
'Ia seperti pangeran yang ada di drama korea,' batin Cia sambil tersenyum simpul.
Akhirnya, penculik tersebut berhasil ditaklukan oleh seseorang itu, ia adalah Fahri teman kecil Cia.
Fahri adalah anak yang ramah, baik, manis, pengertian, pintar, dan solid. Ia gemar bermain bola basket, melukis, dan bermain musik terutama gitar.
Fahri datang menghampiri Cia. Ia melepas tali yang mengikat tubuh Cia.
"Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Fahri cemas sambil memegang bahu Cia.
"Hm, i-iya gapapa kok," sahut Cia dengan ketakutan.
"Tenang, ya gak usah takut sekarang ada aku di sini," ujar Fahri menenangkan Cia.
"I-iya. Wajah kamu kaya gak asing, deh," ujar Cia pada Fahri.
"Masa sih? Oh, iya nama gue Alfahri Budivian. Lo bisa panggil gue Fahri," jelas Fahri memperkenalkan diri pada Cia.
"Fa-fahri? Nama lo kaya temen kecil gue. Mungkin sekedar kebetulan," sahut Cia.
"Bokap gue namanya Samuel Budivian. Nyokap gue namanya Rianti Winata.
"BENER, 'KAN! LO TEMEN KECIL GUE," ucap Cia dengan histeris.
"Emang nama lo siapa?" tanya Ryan penasaran.
"Milea," kelakar Cia.
"Yeh, gue serius," cicit Fahri kesal.
"Iya, maaf. Nama gue Stephanie Gracia, biasa dipanggil Cia. Nama papa gue Ronald Gunawan dan nama mama gue Risma Marianata," ucap Cia panjang lebar.
"Bener! Udah lama banget kita gak ketemu, Cia," balas Fahri sambil memeluk Cia.
Cia membalas pelukan tersebut. Suasana berubah menjadi suasana haru.
"Ya udah yuk kita keluar dari sini." Fahri melepas pelukan Cia dan menarik tangan Cia. Mereka keluar dari tempat yang mengerikan itu.
Akhirnya Cia diantar pulang oleh Fahri. Saat di perjalanan, Fahri dan Cia saling bercanda dan bernostalgia.
"Inget gak dulu waktu SMP lo sering banget tidur di kelas, udah ngiler terus ngorok lagi, hahaha," kekeh Fahri sambil terus fokus mengendarai motor.
"Haha, lo masih inget aja. Gue juga inget dulu lo pernah nangis gara-gara takut disuntik. Iya, 'kan? Hahahaa," ujar Cia tidak mau kalah.
"Ish lo mah." Fahri mengerem motornya begitu mendadak. Hingga Cia memeluk Fahri begitu erat.
Fahri menatap Cia dari kaca spion dan tersenyum kecil.
'Gemes banget sih manusia satu ini.' batin Fahri sambil memegang tangan Cia.
"Modus nih," ujar Fahri.
Cia pun sontak menghindar dan melepas pelukannya.
"Lo kali yang modus, pegang-pengan tangan gue," decak Cia kesal.
"Iya-iya maaf, mobil didepan mengerem mendadak wkwk."
"Iya."
Mereka pun sampai di rumah Cia. Cia turun dari motor Fahri dan berdiri di hadapan Fahri.
"Terima kasih sudah mau mengantarku pulang," ujar Cia.
"Iya, sama-sama. Oh, iya Mama sama Papa lo kemana?" tanya Fahri melihat rumah yang begitu mewah nan elegan nampak sepi dan sunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Novela JuvenilSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...