Hai!
Jangan lupa klik tanda bintangnya, ya. Mohon krisar dari kalian juga^^Happy reading gais🐰
•
•
•
•
•
•Cia kemudian turun dari mobil dan menghampiri wanita itu. Betapa terkejutnya Cia bahwa ternyata orang itu ialah Raisya, teman yang sering mem-bully Cia.
"Lho? Raisya, kamu kenapa di sin" tanya Cia melihat temannya begitu kotor dan kelaparan.
"Ci-cia?" Raisya begitu kaget dan malu.
"Kenapa kamu bisa seperti ini?" tanya Cia lagi.
"Orang tuaku meninggal dunia, Cia. Aku hidup sebatang kara dan beginilah kisah hidup aku sekarang. Maaf, ya dulu aku sering jahat sama kamu," sesal Raisya pada Cia.
"Iya, gapapa. Aku sudah memaafkan kamu," jelas Cia sambil tersenyum.
"Cia, kamu ngapain di sini? Ini siapa?" tanya Daffa yang datang tiba-tiba.
"Oh, dia ini teman aku waktu SMA, Kak. Oh, iya kakak beli apa tadi di Alfamart?" tanya Cia.
"Oh, tadi kakak beli roti, nih," seru Daffa sambil memberikan roti pada Cia.
"Nih, rotinya untuk kamu, ya. Makan yang banyak Raisya." Cia tersenyum sambil memberikan roti tersebut pada Raisya.
"Terima kasih, ya, Cia," tutur Raisya yang langsung melahap roti dengan rakusnya.
"Ya udah, yuk kita pulang!" seru Daffa dengan menarik tangan Cia.
Akhirnya mereka pergi ke rumah Cia, lalu Daffa pamit kepada Cia untuk pulang ke rumahnya.
"Terima kasih, ya, Kak," ujar Cia yang hanya diangguki oleh Daffa.
Hari-hari telah berlalu, tahun berganti tahun. Kini, Cia sudah mendapat gelar S.Pd.
Cia melempar toga dan merasa bahagia walaupun tanpa Ryan di sisinya. Orang tuanya bangga kepada Cia karena telah berjuang sampai detik ini walaupun banyak cobaan dan rintangan yang ia lewati.
"Wah! Selamat, ya, Cia!" ujar Daffa pada Cia.
"Iya, makasih banyak, ya, Kak!" sahur Cia dengan senang.
"Cia! Congratulation!" jerit Vania pada Cia kemudian memeluknya dengan erat.
"Makasih, ya. Sudah beberapa tahun kita sahabatan sampai sekarang. Itu semua karena dukungan kamu, Van," jelas Cia lalu melepas pelukan Vania.
"Iya. Semangat, ya!" hibur Vania pada Cia.
"Anak Mama dan Papa sekarang sudah besar, ya. Selamat, ya, Nak," ucap Ronald pada Cia seraya mencium dahi anak kesayangan nya.
"Kamu hebat, Nak!" puji Risma lalu mencium dahi Cia.
"Terima kasih, Ma, Pa."
"Cia, Om mengucapkan selamat, ya atas kelulusan kamu. Ryan pasti bangga banget sama kamu," tutur Santoso pada Cia.
"Iya, selamat, ya, Sayang," timpal Yuliana pada Cia.
"Makasih, ya Om, Tante. Soal Ryan sepertinya aku salah. Aku terlalu mengharapkan Ryan datang kembali untuk bertemu, namun waktu tidak mengizinkan kita bisa seperti dulu." Cia menangis lantaran perasaannya campur aduk, entah sedih karena ditinggal sang kekasih atau senang karena perjuangannya mencapai garis akhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Ficção AdolescenteSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...