Vania begitu terkejut melihat Cia yang lemas dan lesu. Cia dan Ryan sedang makan bakso bersama.
"Lho? Cia, lo kenapa lesu banget? Ryan macem-macem sama lo, ya?" tuduh Vania dengan melakukan jurus bango untuk memukul Ryan.
"Van, apaan sih. Ryan yang nolongin gue dari Fahri," jelas Cia dengan nada kesal.
"Iya, maaf. Emang Fahri kenapa?" tanya Vania penasaran.
"Tadi Fahri narik tangan Cia dan mau menciumnya. Untung saja gue lewat koridor dan langsung menolongnya," jelas Ryan sambil menyeruput minuman yang ia pesan tadi.
"Astaga Cia! Gue minta maaf, ya udah ninggalin lo tadi. Makasih juga, Yan sudah menolong Cia," ujar Vania.
Ryan memegang tangan Cia sambil berkata,"gue akan selalu menolong Cia sebisa gue. Karena Cia adalah pacar kesayangan gue. Iya, 'kan, Sayang?"
"Iya, Sayang."
"Nih kamu harus makan yang banyak biar makin gembul." Ryan menyuapkan bakso kedalam mulut Cia.
"Uhm, enak banget," tutur Cia setelah memakan bakso tersebut.
"Nih, kamu juga makan dong, Sayang?" Cia menyuapkan bakso kedalam mulut Ryan.
"Iya lah enak, 'kan disuapin makannya," sindir Vania karena melihat kemesraan mereka.
"Makanya cari pacar," ujar Ryan diikuti kekehan Cia.
"Gak mau! Pacaran itu dosa dan hidup gak cuma masalah percintaan," tutur Vania dengan bijak.
"Iya, Van. Bilang saja kamu di ghosting mulu jadinya gak mau pacaran. Iya, 'kan? Haha!" ledek Cia pada Vania yang sudah cemberut.
"Ululuu jangan ngambek, Van," bujuk Ryan sambil tertawa.
"Bully aja sesuka kalian. Gue gak apa-apa kok. Semoga kalian langgeng, ya. Gue senang bisa melihat kalian bahagia." Vania tersenyum lebar dan memeluk Cia.
"Makasih, ya, Vania. Lo emang sahabat terbaik gue." Cia mempererat pelukan Vania.
TING! TING! TING!
"Yah, sudah masuk kelas lagi," dengus Vania.
"Hahaha, ya udah yuk! Kita masuk." Cia menggandeng Vania dan mengabaikan Ryan.
"Heh! Masa aku ditinggalin sih!" decak Ryan yang berada dibelakang Cia dan Vania.
"Eh, iya, hahaha!" Cia dan Vania pun tertawa melihat tingkah Ryan yang seperti ditinggal Ibunya ke pasar.
Mereka masuk ke kelas dan duduk di tempat masing-masing. Saatnya pelajaran Bahasa Indonesia. Guru yang bisa dibilang killer, siapa lagi kalau bukan Pak Ribet alias Pak Robert.
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran kesukaan Cia, terutama materi puisi. Namun, di saat Pak Robert sedang menjelaskan entah mengapa Cia menjadi tidak paham.
"Baiklah, sekarang kumpulkan tugas kalian masing-masing di meja saya. Sekarang juga," perintah Pak Robert sambil memperhatikan semua murid yang ada di kelas.
"Ini tugas saya, Pak." Cia menaruh bukunya dimeja Pak Robert.
"Saya cek dulu."
"Baik, Pak."
Beberapa lama kemudian ...
"Ini nomor 5 kamu jawabannya salah. Kenapa jawabannya yang C?" tanya Pak Robert sambil menatap Cia tajam.
"Semuanya silahkan duduk dulu kecuali Cia," ujar Pak Robert pada murid sekelas yang sudah mengantri dibelakang Cia.
'Duh elah, mampus deh gue.' batin Cia sambil menatap Ryan dengan menggigit bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYAN [END]
Teen FictionSetelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, C...