Sudah berapa lama gue di kantor kepsek?
Amanda bertanya-tanya seraya matanya melirik ke arah jam dinding. Dia berpikir pasti Firda, Andre dan Dewa sudah kembali ke kelas, belajar seperti biasa dan mungkin mereka juga akan melupakan Ama pernah sekolah di sini.
Dengan begini, cuma gue yang ancur, Amanda tersenyum pada betapa ironisnya pemikiran itu, sementara di seberangnya Pak Kepala Sekolah sedang berdebat dengan guru lain tentang kasus Amanda.
"Dapat dari mana kamu barang haram itu?" tanya salah satu guru penasaran.
"Saya beli sendiri dari luar," jawab Ama.
"Kamu tidak pernah membagikan barang itu ke murid lain?"
Amanda menggeleng.
"Apa kita harus melaporkan ke polisi?" tanya guru lain cemas.
Wah, bisa-bisanya ada guru yang mau menjarain gue, Amanda meringis dalam hati.
Pak Kepala Sekolah memejamkan mata dan akhirnya memutuskan, "Jangan dilapor ke polisi, nanti malah malu-maluin sekolah kalau ada wartawan tahu murid di sini ada yang memakai narkoba, lagi pula hanya satu murid saja yang kena. Kita tidak perlu membesar-besarkannya" Pria tua itu memandang Amanda tajam. "Serahkan saja kembali ke orangtuanya."
Entah mengapa penjara terdengar lebih baik dari pada kembali ke rumah orangtua Ama. Tak lama usai keputusan itu telah dikeluarkan, seorang satpam masuk ke ruangan dan berkata Ibu Tiara—Ibu Amanda—sudah datang.
Ah, datang juga ibu sialan itu.
Kala pintu terbuka lagi, dan sosok ibunya masuk ke ruangan, Amanda hanya bisa meremas kain rok kelabunya.
"Ada masalah apa ini?" tanya Ibu Tiara tanpa memandang kehadiran Amanda sekalipun.
****
Hari itu Amanda resmi dikeluarkan dari sekolah. Tak peduli Amanda adalah siswa kelas 12, tak peduli hanya tinggal hitungan minggu menuju UN dan kelulusan, tak ada toleransi. Amanda harus segera direhabilitasi dan melepas hubungan apapun dari SMAN 2.
"Merepotkan," keluh Tiara saat dia bersama putrinya keluar dari ruang kepala sekolah. "Nanti kamu sekolah di rumah saja, Mama akan menyewa tutor yang baik supaya kamu bisa lulus ujian paket C."
Apa hanya itu yang ibunya pikirkan? Amanda baru saja mengakui dirinya adalah pecandu narkoba. Pecandu berat lagi, dan hal yang ibunya pedulikan apakah Amanda bisa ikut ujian paket C?
"Dari mana kamu dapat seragam lusuh ini?" Tiara memperhatikan Amanda dari puncak kepala sampai ujung kaki.
Amanda baru ingat, apa dia bisa mengembalikan seragam ini pada Andre ya? Apa Ama masih bisa bertemu lagi dengan teman-temannya sehabis semua ini selesai?
"AMAAA!!!" jeritan serak itu muncul seketika kala Amanda sudah nyaris memantapkan hatinya berjalan melewati gerbang sekolah.
Amanda tersentak. Suara itu bagaikan peluru yang melubangi dadanya. Amanda kemudian memutar tubuhnya ke belakang.
"Ama jangan pergi!!" Firda berteriak lagi dan di saat yang sama gadis itu ditahan oleh Andre dan Dewa. "Gue minta maaf ... Ama ... Ama maafin gue ...."
Kenapa mereka masih di sini? Bukankah jam pelajaran sudah dimulai? Apa mereka bolos demi Ama? Kenapa mereka malah menunggu demi seorang teman yang hanyalah seorang pecandu narkoba?
Demi teman yang seberengsek Amanda?
"Heh! Kelian ini kenapa! Beraninya bolos!" Satpam dan guru kini bekerja sama menangkap tiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Teen FictionSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...