23 – Janji Dari Andre
"Pesan dari si Dedew?" Satu alis Andre terangkat. Mau apa lagi anak itu? Apa dia tidak puas memerasnya jadi suami boongan Firda dalam sehari? Kalau nanti Andre sempat menjenguk, ingin deh rasanya Dedew ia tempeleng.
Amanda hanya mengeluarkan amplop putih tebal dari dalam saku jaketnya. Dia serahkan amplop itu pada Andre tanpa ragu. "Sumbangan dari rekening Dastan," sahutnya menyeringai lebar memperlihatkan deretan gigi.
Firda terkesiap sampai menutup mulutnya agar tak memekik kaget.
Andre langsung mengangkat tangan ke depan, sementara satu tangan yang lain memijit keningnya. "Gue bingung nih!" katanya, "tadi katanya pesan dari Dedew, kok sekarang malah belok ke Dastan? Ayah tiri lo sendiri? Dia tahu Firda hamil?"
Amanda mendecak dan memutar bola mata terhadap pertanyaan yang cukup konyol itu. "Yaelah mana mungkin Dastan tahu Firda hamil!" balasnya, "Dedew bilang buat jaga-jaga takut asuransi kesehatannya ditolak!"
Amanda kemudian menjelaskan bahwa isi amplop itu adalah uang saku dari Dastan. Terhitung ada setengah juta di sana, untuk mengcover biaya pemeriksaan nanti. "Asuransi dari pemerintah gak bakal ngurusin biaya ultrasound kecuali si ibu dalam keadaan genting." Amanda memandang Andre dan Firda bergantian. "Kalau pemeriksaan ultrasound biasa doang harus dibayar sendiri, kalian pasti udah tahu kan?"
Firda menarik lengan Ama. "Jangan, Ama! Andre sama gue udah sepakat patungan kok!"
Amanda bersikeras dan mendorong amplop itu ke dada Andre. "Enggak papa! Duit Dastan masih segudang kok. Hilang dikit juga tuh orang enggak tahu! Dedew nyuruh gue, ambil aja!"
Segera Amanda menjauhkan diri dari dua temannya. "Taksi onlen gue lagi nunggu nih, kalian cepetan sana masuk! Rumah sakit ngantrinya bisa lama banget lho!"
"Eh Ama mau kemana? Kok buru-buru?" tanya Firda melihat Amanda sudah buru-buru menjauh seolah sedang membalap dengan sesuatu.
"Mau jenguk Dedew doang kok!" ujarnya melambai dan mengucapkan salam. Gadis itu berlari kecil menjauh dan perlahan senyum bibirnya menipis hingga rautnya kembali dingin. Bukan karena Amanda benci datang kemari, hanya saja pikirannya berkelumit dengan banyak hal.
Namun, Amanda sekarang fokus lebih dari sebelumnya. Apapun yang terjadi, apapun masalahnya, sampai kelulusan semua nanti, Amanda akan menahan semua. Itu adalah satu-satunya yang bisa ia lakukan.
"Ama!" Suara Andre memanggil dari belakang, tepat ketika Amanda sudah menggapai pintu taksi biru.
Senyum. Senyum!
"Eh, Andre!" Amanda menyapa dengan seringai terbaiknya. "Sampe repot-repot nyusul gue, duitnya kurang?"
"Jangan akting sama gue," ujar Andre dingin dan menyentuh gagang kaca matanya agar jelas menatap Amanda.
Gadis itu tercenung mendengarnya. Namun, di saat yang sama ia merasa lega. Bang Andew syalan. Lo selalu aja tahu. Kenapa sih lo pinter banget? Kan nyusahin gue!
"Terus lo mau ngomong apa sama gue, Ndre?" Amanda menyandarkan punggungnya ke taksi.
"Gue enggak tahu Dedew udah ngomong apa sama elo." Andre melipat dua tangan ke dada. "Tapi lo harus tahu walaupun Dedew niatnya baik, gue tetep enggak suka kalau ada orang lain berusaha ikut campur masalah hidup gue apalagi masalah ayah kandung gue. Bukannya gue menolak bantuan temen gue, tapi ... gue cuma pengen temen gue ada saat gue butuh. Sesederhana itu kok. Hidup gue juga sama kacaunya ... malahan kita semua sama kacaunya, Ama. Tapi ... ketika kita berempat bersama ... nongkrong sama-sama ... makan bareng di kantin ... ngabisin waktu ngobrol doang ... bahkan saat kita bertengkar gini aja ... gue ngerasa ... masalah hidup gue ... bukan apa-apanya. Gue ngerasa hidup gue pasti bakal baik-baik aja selama ada kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Ficção AdolescenteSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...