13 – Rizal Dari IPS 1
"Capcin satu, bu!" sahut Amanda pada ibu kantin yang tengah sibuk-sibuknya mengambil nasi dan menu ayam lalapan. Beliau berkata pada Amanda untuk bersabar sebentar dan Amanda menunggu.
Pandangan gadis itu mengedar ke sekitar, mencari wajah-wajah yang familiar baginya. Jam istirahat masih sama ramai seperti biasanya. Dipenuhi oleh siswa-siswi dari kelas sepuluh hingga dua belas, berkumpul dari satu meja ke meja lain. Menikmati hidangan entah ayam lalapan, bakso atau bahkan sekedar es teh saja dengan cemilan gorengan tahu. Tentu Amanda ingat wajah-wajah para siswa yang satu angkatan dengannya, tetapi sayang tak ada wajah mereka, yakni Firda, Andre, dan Dewa.
Meski mereka berempat terpisah kelas karena jurusan, setidaknya dalam jam istirahat pertama mereka berempat akan meluangkan waktu bersama. Jika tak bertemu sehari, rasanya ada yang kurang saja. Apalagi mengingat mereka tak pernah terpisah sejak SD. Walau rencananya, empat sahabat ini mungkin akan terpisah ketika kuliah, tetapi mereka berjanji untuk sekali seminggu meluangkan waktu untuk bertemu. Tak terbayangkan jika suatu hari mereka berpisah untuk waktu yang lama.
Namun, entah mengapa Amanda mendapat firasat kalau kehamilan Firda akan mengacaukan semuanya.
Sungguh, Ama tak pernah benar-benar menyukai gadis itu. Dia selalu bersikap sok lembut, sok perhatian dan membuat semua cowok takluk pada ucapannya. Satu-satunya alasan Amanda tetap berteman dengannya adalah karena Dewa selalu lembut pada Firda dan Ama tak punya pilihan untuk bersikap yang sama, takut jika Dewa malah membencinya. Juga alasan sama ketika Amanda menolong gadis itu dari kehamilan yang tak diinginkannya.
Ironis sekali, gadis baik-baik sekarang malah hamil. Belum lagi dia malah melibatkan semua temannya dan menolak menghubungi ayah kandung anaknya. Konyol betul. Apa Firda seegois itu sampai tak memikirkan bagaimana hidup teman-temannya jika harus didedikasikan untuk menolong Firda dan bayinya?
Sungguh, dunia bakal lebih baik kalau saja Firda bukan temannya!
"Woy!" sentak seseorang di belakang Ama dan membuat gadis itu hampir meledak jantungnya.
Ama menoleh sebal ke belakang dan mendapati cengiran jahil Dewa menyapanya. "Iih! Dedew bangsat!" gadis itu memukul bahu temannya yang jahil ini meski pukulan tersebut malah menggelikan bagi Dewa.
Bersamaan setelahnya, Capuchino Cincau pesanan Ama sudah siap. Gantianlah Dewa lalu memesan jus alpukat pada Ibu Kantin yang sama. Selagi menunggu, Dewa mengajak Ama bicara. "Yang lain mana?" tanyanya.
Ama menyesap Capuchino Cincaunya dan mengangkat bahu. "Sibuk kali."
Dewa mendesah lelah dan melanjutkan. "Kayaknya Andre masih mau perang dingin sama Firda," katanya lalu memandang Amanda lembut, "lo kayaknya juga masih sebel sama Andre ya?" tebaknya.
Ama menggigit bibir. Gosip soal dirinya dan Andre sempat bertengkar di depan gerbang sekolah sepertinya sudah tersebar luas. Padahal saat itu mereka berdua tidak sampai saling membentak. Namun, bagi angkatan siswa senior, wajah Ama dan Andre bertengkar bukanlah hal yang asing lagi. Untung tak ada yang tahu isi percakapannya. Kalau tidak mungkin Amanda tak akan dibolehkan masuk sekolah sekarang.
"Gue enggak bakal minta maaf kalau bukan Andre yang duluan," timpal Ama.
Dewa terkekeh. "Lo harusnya jangan terlalu keras sama dia mah, Ama."
"Bodo!" Ama menjulurkan lidah dan Dewa malah tertawa lagi.
"Kayaknya kita berdua aja nih yang enggak berantem," tambah Dewa dan seketika Ibu Kantin menegur mereka, memberi Dewa gelas jus alpukat pesanannya.
Tanpa sadar Ama merasa hatinya menghangat. Meski sudah berteman sekian lama, jika salah seorang dari mereka bertengkar, sebisa mungkin Dewa akan selalu berusaha netral untuk kedua pihak. Dewa tak terlalu menyukai berlama-lama dalam drama dan konflik. Dia menyukai hal-hal apa adanya. Maka dari itu jikalau pun sempat berselisih dengan Dewa, pasti dia pula yang duluan minta maaf dan menyelesaikan semuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/207753155-288-k819086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Novela JuvenilSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...