10 - Nasib dari Anak Hasil Zina part. 1

134 8 1
                                    

10 – Nasib dari Anak Hasil Zina part. 1

Bibir Dewa mengerut ketika melihat seorang nenek di atas kursi roda lewat di depannya, dibantu oleh dorongan salah satu suster. Dinding hijau pudar. Lantai vanilla. Aroma obat dan bubur makanan beraduk menjadi satu dalam atmosfer pendingin ruangan. Dewa melirik Andre di sampingnya yang masih begitu santainya memegang ponsel.

"Kenapa gue mau-maunya diajak elu?" keluh Dewa menyandarkan punggungnya ke kursi.

Tanpa memandang wajah temannya, Andre menjawab, "Karena elo adalah orang baik hati dan tidak sombong."

Dewa berjengit mendengar pujian aneh itu dari mulut Andre. "Enggak!" balasnya, "ini karena elo adalah orang licik, egois dan bisa-bisanya ngatur orang semau elo!"

Andre mengangkat wajah dari layar ponsel. Wajahnya seketika kaku dan otaknya berputar mengingat Amanda. Dasar gadis itu, mulut dan sifatnya betul-betul memuakkan. Di sisi lain Dewa hampir menangkap hal aneh dari Andre, apa kalimatnya barusan menyakiti Andre? Rasanya tidak mungkin kan?

Tak lama kemudian kemudian anak itu malah membuat raut sedih seolah kata-kata Dewa tadi menyakiti hatinya. "Dewa ... lo tuh temen gue. Masa gue tega-teganya ngemanfaatin temen gue sendiri demi tujuan egois gue?"

Dewa mendecak dan langsung memalingkan muka. "Bacot mulut lo tuh, Ndre!"

Ini anak kenapa sih! Hati Dewa menggerutu.

Andre terkikik. "Santai kali, Dew." Pemuda itu menghela napas dan berusaha mengendalikan amarahnya untuk sekali ini. Sebab hari ini ada orang yang lebih pantas mendapatkannya.

Namun, di sisi lain Dewa tak bisa santai. Sejak Andre memberitahunya soal ayah dari anak Firda, Dewa tak bisa tenang semalaman. Mungkin memang tak penting rasanya mengetahui si tuan brengsek itu. Terutama Firda sendiri sudah tak ingin membahasnya. Meski jujur, dalam hati Dewa merasa kalah.

Walau Firda bersikeras untuk melupakannya, tetapi Dewa masih belum puas.

"Jangan-jangan Arif Hilman ya orangnya?" Dewa asal menebak.

Ya, Arif Hilman namanya. Alasan Andre membawa Dewa ke Rumah Sakit Cahaya Intan adalah untuk menemui orang itu. Andre bilang Arif adalah salah satu sponsor yang untuk acara perpisahan sekolah nanti. Andre kemari untuk menyerahkan proposal acara dan menerima bukti bantuan dana dari beliau.

Andre memperbaiki posisi kaca matanya. "Masa lo kira selera Firda itu tua-tua keladi?"

"Jadi bukan dia dong?" Dewa merasa kecewa.

"Ya bukanlah!" Andre rasanya ingin menjitak Dewa akan ketidakpekaannya. "Pak Arif itu udah menikah! Kerabat Kepala Sekolah!"

Andre sudah meneliti betul siapa Arif Hilman ini. Umur 35 tahun, memiliki riwayat penyakit stroke parah. Tak bisa keluar dari rumah sakit sejak beberapa tahun terakhir ini. Satu istri, dan dua anak perempuan. Perusahaannya bergerak di bidang tekstil dan gaya busana terkini. Kebanyakan istrinya yang bekerja, Arif hanya memegang bagian administrasi dan bagian kepala perusahaan. Kekayaan keluarga beliau tak perlu ditanya. Rumah berlantai empat, dengan delapan kamar mewah. Cukup untuk para pembantu tinggal di dalam.

Kesimpulannya, Arif hidup gelimang harta dan keluarga bahagia. Sangat bertolak belakang dengan apa yang Andre kira.

"Ahh! Gue jatoh! Adoooohhhh ...." Tiba-tiba sosok pria tersandung begitu saja di depan Andre dan Dewa.

Dewa dengan sigap langsung mendekat dan membantu orang tadi berdiri. Andre dibelakang Dewa hanya memicing curiga pada adegan aneh yang baru saja terjadi. Orang yang jatuh ini ternyata memakai jas putih layaknya milik dokter.

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang