15 – Wasiat dari Sabrina
"Bisa dilihat dari hasil pemindaian, sel kanker Ibu Sabrina terlalu besar untuk ditreatment dengan operasi, saran saya Ibu Sabrina menjalani pengobatan kemoterapi terlebih dulu untuk memperkecil sel kanker tersebut, baru kemudian kita keluarkan melalui operasi."
Firda diam menatap lembaran gelap yang dokter pegang. Lembaran yang menunjukkan hasil scan USG mammae serta beberapa berkas hasil laboratorium yang menunjukkan hasil indikasi tumor ganas yang tumbuh di area dada kanan tantenya. Dokter juga menjelaskan Tante Bina cukup beruntung sebab sel kankernya masih belum menyebar ke area vital lainnya. Namun, pengobatan untuk kanker payudara stadium 3a haruslah intensif, sebab sel kankernya yang ganas telah menyebar ke kelenjar getah bening di area ketiak dan harus dirawat sedini mungkin.
Sabrina yang sendirinya adalah seorang berprofesi dokter juga sedikit tahu hal ini. Kelenjar getah bening adalah bagian sistem imun tubuh manusia untuk melawan infeksi. Jika kelak kemoterapi adalah jalan pengobatannya, pasti melewatinya akan sungguh berat.
Sabrina kemudian memandang keponakannya yang sedari tadi begitu serius mendengar penjelasan Dokter. Padahal Tante Bina tak ingin Firdaus ikut dengannya, tetapi anak itu bersikeras ingin ikut. Sabrina saja sendirian sudah ingin lemas ketika mendengar dirinya positif kanker usai memeriksakan dirinya ke bebarapa dokter yang ia percaya.
Dengan Firdaus ikut pula, Sabrina bisa-bisa tak kuasa ingin menangis. Firda masih muda, kehilangan orangtuanya ketika masih kecil, Tante Bina adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Semua dokter terus menyatakan agar Sabrina berpikiran positif untuk pengobatan kanker ini, tetapi Sabrina sungguh tak bisa menghentikan ketakutannya jika suatu hari dirinya kalah oleh kanker ini.
Siapa lagi yang akan menjaga Firda? Anak itu akan sendirian dan kesepian. Firda nanti makan apa? Firda nanti tinggal di mana? Siapa yang akan menghibur Firda ketika anak itu merindukannya? Firda memang bukan anaknya, dan Tante Bina sendiri sudah didiagnosa mandul sejak lama. Namun, apabila Tuhan mengizinkan, Sabrina ingin hidup lebih lama agar bisa melihat Firdaus tersayangnya menikah dan dijaga oleh seseorang yang tulus menyayanginya.
"Tante, kita ke toko buku ya?" pinta Firda tiba-tiba usai pertemuan dengan dokter dan menerima resep obat.
Sabrina masih merasa dirinya lemas hanya mengangguk dan tersenyum lemah. Dia mengira Firda mungkin akan merasa lebih baik, sebab toko buku adalah tempat favorit anak itu. Namun, bahkan setelah dibawa ke toko buku, Sabrina tak sekali pun mendapati wajah Firda yang tersenyum.
Bagi Firda sendiri, ke toko buku sekarang bukan untuk bersenang-senang. Firda tahu dirinya masih SMA, masih rentan dan bahkan tengah mengandung seorang anak. Firda juga tahu dirinya bukan dokter ahli, jadi satu-satunya yang Firda pikirkan adalah ia harus mempelajari lebih banyak tentang pengobatan kanker, supaya bisa membantu Tante Bina nanti. Hanya itu yang bisa dilakukannya! Hanya itu!
Untunglah toko buku ini menyediakan kafe publik yang bernuansa kayu minimalis. Jadi Tante Bina boleh beristirahat di salah satu bangku kayu di sana.
Dengan cekatan Firda menelusuri bagian deretan buku bertema kesehatan. Beberapa saat berkeliling, langkah Firda terhenti pada salah satu buku yang dipajang dengan papan "diskon buku bestseller". Terdapat satu buku yang berjudul "Menjadi Ibu Pertama Kali" dengan sampul seorang bayi yang tertidur pulas dalam pelukan seorang wanita.
Firda mengigit bawah bibir dan menggeleng cepat. Memikirkan betapa konyolnya jika ia membeli buku itu. Kenapa pula Firda membutuhkan buku sialan itu padahal lusa Amanda akan membawanya ke klinik aborsi? Memang apa ada artinya jika dirinya menjadi seorang ibu yang melahirkan anak yang bahkan dibenci oleh ayah kandungnya? Firda benci ia harus hamil. Dia sungguh menyesal dan ingin segera menyingkirkan anak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Teen FictionSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...