46 - Aku Harap Bisa Menyelamatkanmu

13 2 0
                                    

"Gila ya." Andre menggeleng-geleng dan menyesap teh esnya, lalu melahap baksonya kembali dalam satu gigitan.

Sementara Dedew diam tak bernafsu makan, dan Ama memandang Andre cringe.

"Gue gak nyangka kalau Firda yang bikin pertunangan Suster Yuli sama Dokter Lukman batal," tambah Andre lagi setelah puas menghabiskan baksonya.

Amanda mengangguk. "Dia mungkin malu bilang ke kita. Dibilang pacaran juga gak bisa. Dia pasti mikir kita bakal jijik sama dia yang hamil gara-gara jadi selingkuhan."

Dewa membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu. Namun, kata-kata itu tertahan dan tak jadi diungkap.

Amanda kemudian menceritakan bahwa Firda bertemu Dokter Lukman karena pria itu adalah mahasiswa dokter yang magang di bawah tanggung jawab Tante Bina. Kadang Dokter Lukman disuruh mengantarkan Firda pulang. Saat itu Suster Yuli dan Dokter Lukman sudah berencana untuk menikah di akhir tahun.

Lalu pertunangan itu kandas sepihak dari Dokter Lukman sendiri. Suster Yuli yang masih marah kemudian menemukan fakta pria itu bertengkar dengan Firda di rumah sakit.

"Gue udah periksa tanggalnya, mereka bertengkar pas di hari Firda dianter Dewa ke rumah sakit," jelas Amanda dan Andre otomatis melirik Dewa.

Dewa menutup mulutnya lagi dan semakin ruwet pikirannya. Pantas saja pulang dari rumah sakit Firda menangis dan tak pernah mengatakan alasannya.

"Jadi sekarang karena kita sudah tahu, sekarang apa?" Amanda memegang teh esnya erat.

Andre mengangkat bahu dan menyisir rambutnya ke belakang. Untuk pertama kalinya dia tak keberatan mengatakan, "Gue gak tahu. Masalah Firda udah di luar kemampuan kita. Gue bingung harus apa."

Tiba-tiba Dewa berdiri. "Gue mau pergi."

Dahi Andre mengerut. "Mau ke mana lo, Dew?"

Dewa mengambil tas sekolahnya dan menjawab, "Gue harus pergi pokoknya."

Setelah mengatakannya, Dewa meninggalkan Andre dan Amanda kebingungan.

***

Pemandangan kota di atas atap rumah sakit tampak begitu berbeda. Lukman menghela napas dan menatap sedih layar ponselnya. Dia membuka riwayat chat terakhir dari Firda dan bagaimana mereka berakhir bertengkar.

Gadis itu bahkan tidak akan pernah mengakui keberadaan Lukman.

Lukman kemudian menyandarkan tubuhnya ke tembok dan memikirkan bagaimana dia pertama kali bertemu Firda.

Dulu dia hanyalah anak pemalu dan mengunjungi Dokter Sabrina setelah uang jajannya habis. Kadang Lukman bertemu pandang dengan Firda dan tersenyum ala kadarnya.

Lalu ketika Firda tersenyum balik, rasanya jantungnya berdegup lebih kencang. Hingga kemudian Dokter Sabrina lebih sering menyuruh Lukman untuk mengantarkan Firda pulang, mulai dari sana harinya bimbang.

Kadang Firda mengajaknya minum sebentar di rumah dan hanya mereka berdua. Gadis itu tidak mudah dibaca, tetapi ketika jemari mereka tak sengaja bersentuhan, dia tak pernah marah atau apa. Lukman pun tak ingin berkomentar sejak sentuhan itu malah memperburuk kondisi jantungnya.

Sentuhan-sentuhan kecil itu lalu berakhir ketika Firda memberanikan diri berkata, "Kak, aku suka sama kakak. Menurut Kakak gimana?"

Dan Lukman kehilangan akal sehatnya saking senangnya. Rasanya batas yang sudah bangun seketika runtuh. Hatinya menginginkan gadis itu. Mulai dari mencium sampai terbawa ke ranjang. Lukman nyaris lupa kalau dia sudah memiliki Yuli.

Yah, itu salah Lukman sendiri pula dan Firda marah sekali ketika tahu Lukman menjadikannya selingkuhan. Pertunangannya batal dan Lukman kehilangan Firda.

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang