22 - Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

72 7 3
                                    

22 - Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

Amanda ingin sekali bilang kalau semua ini terasa sesak.

Kamar hotel murahan ini. Teman-teman Rizal yang ikut nongkrong. Bau asap rokok dan minuman keras. Aroma parfum dari para gadis seusia yang diundang. Amanda bahkan bisa menemukan teman-teman yang seorang pecandu pula.

Namun, Amanda masih merasa sesak meski semua orang tampak ramah padanya.

Masih terasa sesak.

"Ama, lo gak suka di sini?" ucap Rizal manja mendekap gadis itu dari belakang.

Gue enggak suka di sini, batin Amanda membalas.

"Enggak papa kok." Gadis itu berdusta. "Gue pw aja di sini."

Padahal teman-teman Rizal baik pada Amanda. Padahal Amanda juga tak perlu lagi mengurusi Tania. Padahal Rizal juga tampak begitu menyayangi Amanda. Terlebih lagi sedari tadi Rizal enggan melepas pelukannya pada tubuh kekasihnya.

Sungguh sesak. Memuakkan.

Sudah lima menit berlalu Amanda merasakan perutnya diraba-raba oleh Rizal seolah ada harta karun di sana. Juga lampu temaram yang menyala di tengah ruangan, membuat orang-orang tak bisa melihat Amanda terus-terusan menepis tangan Rizal yang merayap ke salah satu buah dadanya.

Sekarang makin terasa sesak sekaligus menjijikkan.

"Gu-gue pulang aja deh!" sahut Amanda buru-buru menuju pintu.

Rizal dengan tenangnya menyusul Amanda ke luar. Di tariknya tangan Amanda dengan kasar hingga punggung gadis itu menabrak dinding. "Kenapa cepet pulang, hm?" tanya Rizal dingin.

Amanda sempat meringis akibat perbuatan Rizal tadi. Namun, ia berusaha tenang. "Gue ngantuk, Zal," lirih Amanda manja, "lagian Mama gue pulang hari ini, beliau mungkin lagi nyari gue."

Raut Rizal yang awalnya keras perlahan melunak. "Ya udah," ujarnya menghela napas dan memberi Ama bungkusan berisi obat-obatan haram.

Amanda hampir ingin tersenyun puas sampai ia mendengar suara seorang pria paruh baya mendehem tiba-tiba di belakang. Secara reflek Ama menarik Rizal dan menyembunyikan benda mencurigakan tadi. Dengan hati-hati Amanda memperhatikan pria itu lewat dengan sinisnya. Sembari mengeluh kalau anak-anak zaman sekarang pacarannya parah betul.

Ketika pria tadi masuk ke kamarnya, barulah Amanda bisa bernapas lega.

"Lo bisa agresif juga ya?" Rizal terkikik dan Amanda merasakan pipinya memanas.

Gadis itu langsung merebut barang haramnya dan mendorong Rizal menjauh. Namun, Rizal malah semakin merapatkan dirinya pada Amanda.

"Cium gue dulu." Rizal membelai wajah Amanda lembut.

Amanda meneguk liur. Cowok ini gila betul! Cium? Amit-amit! Enggak mau! Enggak mau pokoknya!

"Lo boleh pulang abis nyium gue," bisik Rizal lagi dan rasanya Amanda tak punya pilihan lagi selain memuaskan si pemuda mesum ini. Rizal memang keras kepala orangnya dan Amanda tak ingin menghabiskan energinya lama-lama di sini, kalau bisa.

Dengan hati-hati Amanda mendorong wajahnya mendekat. Dia berpikir, Rizal tidak menyebut secara spesifik ciuman apa yang dia inginkan. Kalau begitu, cium pipi saja tidak apa-apa kan? Toh sama-sama cium.

Ketika bibir Amanda menyentuh pipi Rizal ah ... rasanya jantungnya mau copot saja! Syukur-syukur pemuda itu malah tersenyum geli mendapat ciuman singkat di pipi.

Namun, belum sempat menarik napas, Rizal membalas dengan merebut bibir Amanda seketika. Rizal menangkap kedua tangan Amanda dan menariknya ke atas kepala. Tubuh mereka saling bergumul liar untuk beberapa detik, hingga Rizal memutuskan menurunkan jemarinya ke salah satu buah dada gadis malang itu.

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang