2 – Hasil Dari TestPack
"Gue mungkin hamil." Firda menyatakannya, bukan untuk mengerjai teman-temannya atau bermain-main dengan pikiran mereka.
Dewa, Andre dan Amanda sudah mengenal Firdaus sejak kecil. Dibanding temannya yang lain, Firda juga dikenal memang tidak banyak bicara. Dilihat dari tampang juga, Firda itu cakep mirip orang Arab. Matanya lebar dan kulitnya halus nan putih. Siapapun pastilah naksir. Cuma sayang beribu sayang, Firda itu punya selera tinggi buat milih pacar. Macam audisi, lebih banyak yang ditolak dari pada diterima. Kalau menyontek perhitungan Andre sejak beberapa tahun terakhir, Firda itu hanya menjalin hubungan tiga tahun sekali.
Akhir-akhir ini baik Andre, Ama dan Dewa sama-sama tak tahu kalau Firda ternyata sedang pacaran. Tahu-tahu hari ini mereka bertiga datang dan mengetahui kemungkinan Firda hamil anak orang. Maka dari itu, bagi siapapun berita ini begitu mengejutkan.
"Mungkin?" Andre mengulang, "jadi belum yakin dong?"
"Eh, tunggu!" Dewa menginterupsi, "Firda masih anak SMA woy! Juga sejak kapan lo punya pacar, Fir?!"
Firda menyecap bawah bibirnya. "Maaf ... gue mendadak kabarin."
"Yang penting sekarang, lo musti tes dulu deh," kata Ama.
Andre mengangguk dan bilang Firda harus melihat hasilnya dulu sebelum berperasangka. Sementara Dewa memilih diam. Berkutat sendiri dengan pikirannya.
Argh Firda mungkin hamil? Hamil? Hamil? Masa ... ada yang lebih dulu membalap gue?!
Firda menunduk. "Gue takut," lirihnya dan Dewa pun ikut memandang wajh gadis itu. Ada cubitan penyesalan di hati Dewa mengetahui dirinya masih seperti orang bodoh bahkan di situasi serius seperti ini. Firda masih SMA, beberapa bulan mendatang UN akan dilaksanakan, jika benar gadis itu hamil, maka apa yang harus dilakukannya?
Wajah Ama melunak dan menepuk punggung Firda. "Kami bakal di sini nungguin."
Dewa merasa suaranya tersekat. Hanya memandang mata gadis itu, sekali lagi suntikan rasa nyeri menyerang ke dada Dewa. Ah, jangan sampai ini membuatnya bersikap aneh. Apa yang penting sekarang, adalah ada untuk Fiirda.
"I-iya kami nungguin kok!" sahut Dewa.
Pipi Firda menggembung, sementara matanya berbinar memohon. "Ja ... janji ya?"
Anjay, kok Firda imut banget sih?!
Dewa menghela napas panjang dan raut wajahnya melunak. Tuh kan, Firda masih Firda yang Dewa kenal. Tidak perlu merasa sakit hati sekarang, Dewa merutuki diri. Gadis ini butuh bantuan dan tak boleh ditinggal sendiri. Setelah berdiskusi singkat, membiarkan waktu berlalu sekian menit Ama-lah yang kemudian mendorong Firda agar segera ke toilet dan sekaligus memutuskan untuk menjadi penjaga pintu.
"Kalau Firda beneran hamil, kita harus bagaimana?" Andre membuka suara dan memandang ke arah pintu toilet yang tertutup, tempat di mana Firda sedang mengklarifikasi takdir dengan testpack yang baru dibelinya.
Di samping pintunya sudah ada Amanda yang menjaga dan menundukkan kepala ke lantai. "Firda udah enggak punya orang tua," lirihnya, "dia cuma punya Tante Bina, tapi beliau jarang pulang."
"Yang berarti ... Firda cuma punya kita," Dewa melanjutkan dan mengigit bawah bibirnya.
Semua diam lagi. Padahal beberapa menit yang lalu usai Firda menyatakan maksudnya mengumpulkan mereka semua di sini, sudah ada jutaan pertanyaan yang terlontar begitu saja. Mengapa Firda tak pernah memberitahu kalau dia punya pacar selama ini? Padahal selama ini Firda tampak baik-baik saja. Dia juga tak pernah bilang kalau punya masalah sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Novela JuvenilSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...