"Bayinya yang mana?" Amanda memiringkan kepala walau sudah melihat foto hasil pemeriksaan ultrasound. Gadis itu memandang Firda penasaran.
Namun, Firda sendiri hanya terkekeh dan menggaruk kepala. "Enggak tahu, he he."
"Lah, kan situ emaknya sendiri!" Andre menyahut geram.
Firda lalu bilang, "Kan kita di SMA gak diajarin cara membaca gambar hasil ultrasound?" Jadi ya mana tahu dia bentuk bayinya gimana pas umur empat atau lima minggu.
Ini anak pengetahuannya soal edukasi seks kok dangkal amat sih? Andre bergumam dalam hati. Pantesan dia hamil duluan.
Faktanya memang, Firda dari kemarin-kemarin hanya membaca buku soal penyakit kanker saja untuk bersiap-siap soal Tante Bina. Firda tidak berniat sedikit pun memperlajari soal bayi. Lagi pula, Firda juga tidak berniat menjadi ibu. Ketika bayi ini lahir nanti, dia bakal diadopsi orang lain. Amanda dan Andre juga bakal sepakat menemani Firda ke panti asuhan terdekat untuk menggali informasi soal proses pengadopsian di negara ini. Makin cepat diurus makin baik.
Sementara Dewa yang sedari tadi duduk di sisi ranjang, manggaruk sagunya sendiri dan memandang foto itu dengan saksama. "Kayaknya bayinya yang ini deh!" tunjuknya dan Andre tidak tahu harus merespon kagum atau bagaimana. Padahal Dewa bukan ayah kandung si bayi. Ini anak kok bisa pinter beginian?
Ngomong-ngomong soal ayah kandung, ada yang Andre curigai dari Firda. Andre memang sempat menduga kalau pacar Firda bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini. Terutama karena Firda sering kemari untuk melihat Tante Bina bekerja. Firda juga termotivasi untuk kuliah kedokteran pula. Jadi ya masuk akal apabila ada seorang pria di sini, naksir sama Firda dan malah kebablasan.
Namun, apa Andre harus memikirkan ini sedemikian rupa? Firda sendiri bilang tidak ingin melibatkan "si ayah" ini. Ya, setidaknya kalau dia adalah dokter, hidup Firda bisa terjamin meski hamil di luar nikah.
Andre memejamkan mata sejenak dan memikirkan bagaimana mengungkapkan misteri ini tanpa Firda mencegahnya.
***
Esok harinya, Firda, Andre dan Amanda mendatangi Panti Asuhan Bunga Matahari.
Tempatnya terletak tak jauh dari SMAN 2. Panti ini mempunyai hubungan dekat di SMAN 2 karena tiap hari Jumat kalau ada acara sumbangan, pasti Panti ini menjadi salah satu penerima uang sumbangan. Sebab berada di tengah-tengah perkotaan, gedung berlantai dua ini cukup ramai. Banyak anak-anak bermain di lapangan muka tanpa peduli kalau mereka berada di tempat tinggal anak-anak yang tak memiliki orangtua.
Firda dan Andre bertanya-tanya ke orang sekitar di mana mereka bisa menemui penanggung jawab tempat ini. Sementara Amanda ikut-ikut saja kemana dua temannya pergi. Harusnya Amanda hari ini mau menemani Dewa saja, lagian dengan begitu Amanda punya alasan berduaan sama Dewa sama seperti yang kemarin-kemarin. Namun ya, Dewa sendiri yang nyuruh Amanda buat ikut, kalau ditolak kan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Fiksi RemajaSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...