45 - Pembalasan Untuk Tania

11 3 0
                                    

"Kamu anak SMA?"

Amanda meneguk air liur. Gadis itu berusaha memasang senyum. "A-anu saya baru ingat harus pergi, jadi --"

"Tadi ni anak mau ngapain?" Yuli mendelik ke temannya di meja resepsionis.

Anjir, langsung nembak!!!

Si resepsionis tersenyum sedih. "Itu pasien yang hamil muda itu."

"Oh ...." Yuli memandang Amanda seperti pemenang lari maraton yang baru saja mengalahkan musuh bebuyutan.

Kabur!!! Itu saja yang Ama bisa pikirkan!!!

"Astaga!!!" sahut Suster Yuli dan merangkul bahu Amanda tiba-tiba. "Kenapa gak bilang sama kakak sih?"

Hah? Amanda ternganga sekaligus syok.

"Kamu kenal, Yul?"

Yuli menangkap kedua pipi Amanda dan mencubitnya gemas. "Dia keponakanku!" jawabnya.

Muka Ama langsung asem seasem-asemnya. Ini orang sedeng atau kenapa sih?

Namun, tatapan Suster Yuli verhasil membuat Ama tak berkutik. Setidaknya Ama tidak merasakan niat jahat dari orang ini.

"Lagi jam istirahat, kita ke kantin ya!" Suster Yuli menggenggam tangan Ama. "Kakak yang traktir! Bilang sama Bibi makasih banyak udah ngasih mangga bulan lalu!"

Ama mengangguk canggung mengikuti akting Suster Yuli. "I-iya sama-sama."

Sekilas Ama mendapat wajah kesal Suster Yuli yang agak kesal. Gila ni orang, mau akting doang! Gue juga yang dimarahin!

Tanpa membuang waktu lagi, mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kantin di gedung sayap kanan. Yuli terus menggandeng Amanda melewati rekan kerjanya dengan senyum ramah.

"Senyum dong," bisik Yuli.

Gimana gue bisa senyum anjir! keluh Ama dalam hati. Adanya gugup tahu!

"Kamu juga pasti temennya Andre dan Dewa kan?" tanya Yuli ketika langkah mereka mulai memasuki area yang di penuhi meja makan dan aroma bubur yang baru matang.

"Emangnya itu penting?" balas Ama berusa acuh.

Yuli menyeringai dan membelikan Amanda jus tomat. Mereka berdua pun duduk bersebelahan sembari menatap pemandangan taman rumah sakit yang ramai pula di seberang.

"Tomat bagus buat orang adiksi kayak kamu! Minum!" suruh Yuli dan dirinya sendiri memesan segelas kopi hangat.

Ama semakin ternganga.

Kok dia baik sih? Mana ditraktir beneran lagi. Yah jus tomat doang sih, tapi kan mayan!

"Kamu kenapa masih aja suka jenguk cewek itu?" tanya Suster Yuli memulai pembicaraan.

Kening Ama mengernyit. Dia mau membicarakan apa sebenarnya?

"Firda kan teman saya." Ama menjawab tegas. "Ya wajar dong saya mau jenguk!"

Yuli terkekeh dan menggeleng. "Orang awam aja gak bakal mau sebegitu nya. Yah, aku dengar sih kalau kehamilan anak itu dibantu disembunyikan sama kalian. Anak zaman sekarang sedeng bener! Aku kira kamu atau teman-temanmu bisa waras sedikit!"

Rahang Ama mengeras. "Maksud, Suster apa?" sahutnya dingin. Ama tak menyangka bisa bersuara seperti Andre ketika serius. "Kalau ini yang mau Suster bicarakan. Mending udahan aja sekarang!"

Yuli pun seolah juga tak mau mengalah. "Kamu sebagai teman harusnya sadar! Firda itu sedang memanipulasi kalian semua! Memangnya kalian masih bisa kasihan begitu walau dia mengandung anak hasil perselingkuhan?"

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang