"Saya pacarnya!" sahut Andre mengejutkan semua orang, "biar saya yang kasih napas buatan!"
Firda langsung menepuk jidatnya dan Dewa entah mengapa tanpa alasan malah batuk-batuk layaknya kakek-kakek yang baru kena stroke.
"O-oh, kamu pacarnya?" tanya si nelayan menunjuk Andre terheran-heran, "kenapa enggak bilang dari tadi? Ayuklah silakan kasih napas buatan pacarnya ...."
Firda menggeram dan kedua tangannya maju ingin mengacak-acak muka temannya yang songong ini. Untung ada Dewa yang menangkap tubuh gadis itu dan menyuruh supaya Firda beristigfar.
Namun, alih-alih tenang, Firda lantas mendesis, "Istigfar dari Hongkong! Dedew mau ditampol juga hah?"
Di-tam-pol?
Dewa langsung mematung mendengar perkataan Firda barusan. Perasaan seumur-umur Dewa tak pernah ditampar Firda. Habisnya Firda selalu baik sih, tapi kalau beneran ditampar Firda rasanya gimana ya? Jangan-jangan rasanya enak?
Kok gue jadi penasaran? Dewa tampak melamun sesaat dan Firda yang geram sendiri menggoyang-goyangkan kerah baju Dewa supaya yang empunya sadar ke dunia nyata.
Sementara di sisi lain, Andre memperhatikan bagaimana si nelayan menekan-nekan dada Amanda seirama dengan degup jantung Andre. Pemuda itu menarik napas dan mulai membungkukkan punggungnya hingga Andre bertemu wajah pucat Amanda.
Detik-detik seolah berlalu dengan lambat. Deru napasnya memburu. Sementara di belakang ada Firda yang protes dan Dewa yang masih kekeuh menenangkannya. Andre memejamkan mata dan jarak bibirnya dengan Amanda semakin menipis.
Di momen terakhir, Andre baru sadar mungkin ini adalah ciuman pertamanya dan di dalam hatinya bergejolak berbagai perasaan.
"Uhuk!" Tiba-tiba Amanda mulai terbatuk-batuk sendiri. Tubuhnya mengejang dan kepalanya mulai menggeleng tak tentu arah.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Batuk Amanda kian parah dan sebab Andre adalah orang paling dekat dengan wajah Amanda, pemuda itu malah mendapat semburan air laut asin.
"Andre ya Allah!!" Firda langsung menghampiri Andre dan menahan tawa pada temannya yang kini memasang senyum semaput. "Lo enggak apa-apa, Ndre?"
"Enggak papa, Fir," lirih Andre mengelap mulut serta hidungnya yang kemasukan semburan air made in Amanda, "rasanya asin."
Belum juga dicium udah disimbur gini ya Allah, Andre membatin, kalau Ama sadar ntar gue cekik deh.
Dewa membekap mulutnya sebelum sebuah tawa keluar. Perutnya terasa dikocok-kocok sebab dirinya menjadi saksi pada kejadian Andre hampir mencium Ama tadi.
"Untung selamat temennya ya, Dek ya?" kata si nelayan pada Dewa yang hanya bisa mengangguk.
Namun, meski sudah memuntahkan air, Amanda masih memejamkan matanya dan melirih pelan, "Dingin ... sakit ...." Lalu tanpa sadar Amanda menangis sendiri, gadis itu perlahan membuka matanya dan memandang semua orang dengan tatapan memohon.
Firda yang paling tak tega, sontak menangkap tangan gadis itu yang kini sedingin es. "Ama, lo kenapa? Sakitnya di mana?" Firda mulai meletakkan tangannya di kepala Amanda dan mengusap Amanda dengan lembut.
Amanda tak bisa menjawab dan tangisnya makin menjadi-jadi.
Mengejutkannya, Dewa berkata selanjutnya menunjuk pada jemari Firda yang terdapat bercak kemerahan. "Fi-Fir, itu darah!"
Kedua mata Andre membelalak. "A-apa di sini ada klinik dokter atau puskesmas?" Laki-laki berkaca mata itu bertanya secepat kilat pada para nelayan yang kini hanya bisa terkesiap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]
Fiksi RemajaSemua berubah ketika tahu Firda hamil saat masih duduk di bangku SMA . . . . . Apa yang bakal kamu lakuin kalau temanmu bilang dirinya hamil? Apa kamu masa bodo saja? Apa kamu mau menemaninya ke klinik aborsi? Apa kamu sanggup membantu temanmu wa...