9 - Pesan Dari Andre

63 8 0
                                    

9 – Pesan Dari Andre

"Orang yang nyuruh Firda aborsi itu elo, kan?"

Bibir ini terasa kelu. Tubuh ini membeku. Perasaannya terasa ditelanjangi oleh mata itu. Padahal hanya Andre, si cecunguk berkaca mata yang sangat sombong. Sok pintar. Hobi berdebat dengannya. Sikapnya selalu saja memuakkan, tak sabaran, dan penuh kata-kata sumpah serapah.

Namun, mengapa orang ini ... dan tatapan matanya ... seolah bisa langsung membongkar segala topeng kepalsuan Amanda?

Melihat Ama yang yang tak menjawab, Andre dengan angkuhnya berkata, "Elo bisu?"

Mulut Ama langsung rapat berkerut. Ah, kenapa rasanya ingin menangis? Padahal hanya Andre yang songong dan belagu! Padahal harusnya tidak seperti ini!

"Bu-bukan gue!" Ama akhirnya menjawab, "lo bangke banget ya, Ndre! Nuduh temen sendiri!"

Tenangkan dirimu, Amanda! Jangan termakan tipuan cowok sombong ini!

Andre menyeringai kecil. "Justru gue yakin seratus persen elo yang racunin kepala Firda buat aborsi!" tukasnya, "melihat elo temenen sama Tania, gue yakin lo ketularan liciknya mereka! Enggak perlu sampe repot-repot nyuruh kok! Gue tahu isi otak lo! Lo cuma perlu ngasih sedikit kata-kata racun supaya Firda kepikiran dan gue selalu tahu lo emang selalu pinter ngendaliin orang dengan mulut lo, atau muka lo, atau duit lo!"

Ama memberanikan diri mengacak pinggang dan mendengus kesal. "Gue tahu elo haternya Tania dan gue udah berapa kali pun bilang gue enggak terpengaruh mereka!"

Satu alis Andre terangkat dan seringainya kian memuakkan bagi gadis itu. "Ini bukan masalah si jalang Tania temen busuk lo!" akunya, "gue cuma mau bilang berhenti make topeng palsu sama temen lo sendiri!"

"Topeng?" Ama mengulang dengan nada mencibir. "Maaf ya, Ndre. Gue enggak ngerti lo ngomong apaan? Gue ngerasa elo mulai belagu deh, lo bilang gue make topeng? Hah! Kayak elo enggak sadar aja selama ini elo tuh sok ngatur kita semua kayak elo ketua geng aja! Elo emang bertingkah sok enggak peduli, padahal lo maunya kita semua ngikutin elo aja! Lo pikir hidup ini harus masuk standar elo doang? Iya gue tahu idup lo kacau apalagi pas tahu lo tuh anak haram lahir tanpa ayah! Tapi jangan gila kuasa dong ya, Ndre! Hidup kami bukan punya lo doang!"

Rahang Andre mengeras bagai batu. Sejak dari dulu Amanda selalu sukses menarik saraf amarahnya hingga tegang. Namun, detik ini Andre hampir kalap. "Lo jangan berani bahas soal ibu gue lagi!"geramnya.

Gadis itu akhirnya tersenyum merasa menang. "Heh, makanya ya lo jangan sok suci ngatain Firda segala! Kan akhirnya posisi kalian hampir sama!" cerca Ama dan memundurkan langkahnya agar menjaga jarak, "kalo elo temen gue, lo harusnya bukan asal fitnah gue, tahu kagak! Jangan kira karena elo sedikit lebih pintar dari pada gue, lo boleh aja gitu sok belagu kayak gini?! Mulut lo tuh bacot aja!"

Andre balas memajukan tubuhnya. Hingga rasanya mata pemuda itu menjadi cermin diri Ama. Hingga rasanya napas mereka hampir menyatu. "Justru, karena gue adalah temen lo, gue pengen menyadari mata lo yang buta itu! Nyerah aja soal Dewa! Dia enggak bakal balas perasaan lo! Apalagi dari gadis yang hatinya busuk ditambah taik narkoba! Terima aja kenyataan, Dewa enggak bakal naksir sama cewek kayak elo, Ama!"

Tamparan keras melayang di pipi Andre. Menghentikan waktu. Menghentikan pagi yang damai. Semua langkah siswa yang awalnya ingin memasuki gerbang SMAN 2, sejenak diam memperhatikan Ama dan Andre.

"Hey! Ada apa ini?!" teriak Pak Satpam menghampiri mereka berdua, "pagi-pagi sudah berantem! Kalian enggak malu pakai seragam sekolah sendiri?!"

Andre menyesap rasa sakit itu dengan mendesis tajam. Matanya menangkap wajah Ama, bibir yang berkedut, mata yang melotot dan kulitnya yang memerah seperti tomat yang ingin meledak. Sungguh kejadian langka Andre bisa memancing Ama sejauh ini. Entah mengapa, Andre bisa merasa sepercik bangga.

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang