19. SAXEI ||🍁takdir🍁

478 25 7
                                    

Happy Reading
-
-
-
Jangan lupa tinggalkan jejak
______________________________________

'Jangan mencari yang tidak pasti. Karena belum tentu kamu bertemu, dan jika bertemu belum tentu dia milikmu'

♡♡♡♡♡

Pemakaman Tiyas telah usai, hari ini Xeira izin tidak berangkat sekolah, sedangkam Varen juga tidak sekolah dengan alasan menemani Xeira.

"Lo udah kabarin Sarez?" tanya Varen saat berjalan menuju mobil.

Xeira menggeleng pelan.

"Lebih baik sekarang lo kabari dia, bagaimanapun dia pacar lo," ucap Varen bijak.

"Nanti," jawab Xeira singkat.

"Xei," panggil Varen saat mereka berdua sudah sampai didepan mobil.

"Hmm?"

"Ada sesuatu yang mau gue omongin."

"Tentang?"

"Tante Tiyas."

"Bunda? Kenapa?"

"Entah firasat gue bener atau salah, tapi ada yang ganjel gak sih dengan kematian Tante Tiyas?"

"Gue juga mikir begitu," Xeira menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Ada satu hal yang mau gue omongin."

Xeira mendongak. "Apa?"

"Gue inget banget pas gue masuk ruangan Tante Tiyas, pintunya udah kebuka. Gue pikir suster atau dokter habis cek Tante Tiyas, dan pas gue tanya dokternya dia bilang terakhir cek tadi pagi terus pas gue tanya suster yang jaga katanya terakhir dua jam sebelum gue datang, dan dia bilang pintunya udah ditutup. Menurut lo aneh gak sih?"

"Gue gak tau Ren.." Xeira kembali menangis, apa benar Bundanya meninggal bukan karena sakit. Pikiran Xeira sudah lari kemana-mana, mengapa saat mendengar cerita Varen nama pertama yang muncul adalah nama Papanya.

"Lo lupain aja, mungkin gue aja yang terlalu ribet. Kita pulang aja, oke," ujar Varen merangkul pundak Xeira.

Varen mengantar Xeira pulang dan membiarkannya sendiri, dia tau sahabatnya itu butuh waktu untuk sendiri.

"Gue pulang, kalau ada apa-apa kabarin gue," pamit Varen.

"Lo hati-hati."

Xeira masuk kedalam rumah, hal pertama yang dirasakan adalah sepi. Kenangan bersama Bundanya masih begitu membekas, disetiap sudut ruang meninggalkan kenangan Bundanya.

"Kenapa Bunda tinggalin Xeira begitu cepat.." tubuh Xeira meluruh kelantai. Xeira menatap setiap inci ruangan.

"Xei sayang, lihat fotonya bagus nggak?"

"Xei.. Bunda masakin masakan kesukaan kamu nih."

"Xei jangan nangis, Bunda ikut sedih.."

"Bunda akan selalu ada buat Xeira.."

Satu demi satu kenangan berputar kembali, kini Xeira hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Xeira berdiri dan berjalan menuju lemari didepannya, mengambil satu bingkai foto yang memperlihatkan sosok wanita yang Xeira sayang.

SAREIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang