6. SAXEI ||🍁ungkapan🍁

1.7K 84 34
                                    


Happy reading😇

Tinggalkan jejak ya✨

______________________________________

'mencintai merupakan yang terindah namun mencintai tanpa dicintai rasanya menyakitkan.
Bertahan atau menyerah?'


~sarez antaxean~


♡♡♡♡♡


"Xei, lo kenapa sih? Kenapa coba tadi kita gak jadi ke kantin. Padahal gue laper tauk."

Sedari tadi Adiez tak berhenti ngomel, membuat Xeira pusing. Xeira juga tak mengerti ada apa dengannya, mengapa Xeira pergi setelah melihat Sarez yang membela Nezfa. Cemburu? Ah tidak mungkin, mungkin Xeira hanya gugup jika bertemu Sarez, mengingat tadi pagi Sarez yang mengklaim Xeira menjadi kekasihnya.

"Lo nyembunyiin sesuatu ya dari gue?" tanya Adiez menelisik.

"Apaan sih enggak kok, gue tuh cuma males aja kekantin, ka-karna ra-rame iya rame," alibi Xeira.

Adiez menatap mata Xeira lekat. "Gue gak percaya, jangan-jangan lo cembokur liat Kak Sarez sama tuh cewek tadi?!"

Tepat sekali ! Namun Xeira tak akan memberi tahu Adiez apalagi tentang kejadian tadi pagi.

"Kak Sarez? Lo kenal?"

"Ya kenal lah, dia itu anak pemilik SMA GHS, pewaris tunggal keluarga gamour."

"Anak pemilik SMA ini?"

"Iya, lo gak tau?" Xeira mengedikkan bahunya pertanda tidak tahu.

"Oh iya lo kan murid baru," Adiez terkekeh pelan.

"Dan ya, lo harus tau. Kak Sarez tuh ketua geng zarcos, garis bawahi ke.tu.a, bayangin aja deh Xei," Adiez mengucapkan dengan nada sungguh-sungguh.

'Oh pantes aja suka berantem dijalanan, ketua geng toh' batin Xeira.

"Oke sekarang lo ceritain ke gue sejujur-jujurnya apa yang lo sembunyiin, lo kenal kan sama Kak Sarez?"

"Gue gak kenal, tapi minggu lalu..."
Xeira menceritakan semua kejadian minggu lalu, namun tidak untuk yang pagi tadi.

"Owh.. Sweet banget sih, gue juga mau kaya lo."

"Pengen kena pisau?"

"Ya kagak lah! Gue pengen digendong-gendong gitu, dipeluk aduh rasanya gimana tuh," ujar Adiez senyum-senyum sendiri.

"Rasanya gak tau, kan gue gak jilat kulitnya."

"Iyain biar cepet."

"Terus kenapa lo tadi pergi gitu aja pas dikantin?" sambungnya.

"Tadi kan udah gue bilang, rame." Xeira memasang wajah sesantai mungkin agar Adiez tak curiga.

Yang diucapkan Xeira sudah pasti tak sama dengan apa yang ada dipikiran dan dihatinya.

"Yang namanya kantin rame atuh neng, kalo sepi noh dikuburan," gemas Adiez.

"Lo pernah?"

"Pernah apa?"

"Dikubur," ujar Xeira tanpa beban.

"Anjir mulut lo xei, lo doain gue isdet?"

"Siapa yang doain, orang gue cuma nanya."

"Ya kalo gue dikubur gue udah mati, terus sekarang yang didepan lo ini siapa?"

"Ya mana gue tahu, kan gue baru ketemu. Siapa tau lo Adiez kw."

SAREIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang