46. SAXEI ||🍁Hukuman kecil🍁

439 13 0
                                    

Happy
.
.
.
.
.
.
.
Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa baca doa!

«............................................»
"Jika kamu berkesempatan menjadi barang, aku akan memilihmu menjadi bendera. Sebab aku ingin melihatmu terus ditarik ke atas sampai menemukan tahta tertinggimu."
-Sarez Antaxean-




Subuh buta. Perlahan, langit kemerah-kemarahan menampakkan sinarnya memberi tahu jika waktu fajar akan segera tiba. Ditemani suara jago kluruk yang memberi efek seni musik alami. Suara kukuruyuk yang khas, membuat manusia-manusia bumi mulai membuka kelopak matanya.

Tak ayal seorang gadis yang sudah siap dengan seragam sekolah langsung turun menuruni anak tangga yang lumayan bisa terhitung. Kakinya melangkah membawanya pergi ke arah makanan berada. "Mama?" beonya mengernyit bingung dengan keberadaan wanita paruh baya yang sudah memakai celemek.

"Loh, udah siap? Jam berapa ini sayang?"

Hari ini Xeira sengaja berangkat pagi-pagi sekali, bahkan cahaya matahari belum sempat menerobos indra penglihatan. Terhitung dua bulan setelah acara pertunangan Sarez dan Xeira yang digelar besar-besaran membuat hari-hari Xeira tak bisa tenang. Satu persatu teror netizen always bermunculan dinotif ponselnya. Awalnya Xeira abai, tapi lama-lama jengah juga.

Besok akan ada acara prom night yang digelar oleh SMA GHS untuk perpisahan kelas XII. Ya, Sarez sudah dinyatakan lulus satu minggu yang lalu. Dan Xeira menjadi salah satu panitia yang harus disibukkan oleh pekerjaan yang bejibun. Sudah terhitung tiga hari Xeira selalu berangkat pagi-pagi buta untuk melakukan pekerjaan disekolah, pastinya tanpa sepengetahuan Sarez. Sebab, jika Sarez tahu betapa effort nya Xeira dalam bekerja, sudah dipastikan Sarez akan melarang.

Setelah statusnya berubah dari pacaran menjadi tunangan, Sarez semakin posesif padanya. Hal sekecil apapaun yang Xeira perbuat langsung dilarang keras. Seperti kemarin saat dirinya belanja ke supermarket sendirian, Sarez yang menunggu Xeira di rumah langsung marah melihat Xeira menenteng kresek berukuran tak terlalu besar. Xeira sampai heran, itu hanya kresek bukan karung berisi batu.

Untung saja belakangan ini Sarez jarang menemui Xeira karena kesibukan Sarez mencari universitas. Sarez memutuskan untuk berkuliah di Indonesia, meski awalnya Ravender sempat menolak, tapi dengan segala pertimbangan akhirnya setuju.

"Kamu akhir-akhir ini berangkat pagi-pagi sekali, pulang juga larut malam, gak capek sayang?" ucap mamanya dengan raut kekhawatiran khas seorang ibu.

Xeira tersenyum. "Ini udah tugas Xeira Ma..."

Terdengar helaan napas dari hidung mama Xeira. "Kalau Sarez tahu, pasti sekolah kamu langsung dituntut."

"Ish Mama, jangan bikin Xei takut."

"Yasudah, sana berangkat."

"Okeyyy... Salim!"

"Hati-hati. Dan jangan lupa bawa bekal, udah mama siapin di atas meja makan."

"Siap Ibu negara!"



♡♡♡♡♡



Bahagianya hati Xeira pagi ini, Xeira menyusuri trotoar jalan seraya bersenandung. Pagi ini Xeira tidak meminta diantar sopir untuk berangkat sekolah, entah mengapa Xeira ingin jalan kaki menikmati pagi dingin. Remang-remang Xeira melihat perempuan yang tengah berjongkok memunguti barang yang sepertinya terjatuh.

Xeira bergegas menghampirinya. "Maaf Mbak, ada yang bisa saya bantu?" tawar Xeira di belakang perempuan yang berjongkok.

Perempuan itu berdiri lalu berbalik badan. "Tidak usah, terima kasih," tolaknya halus.

SAREIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang